Bab 800
Untung saja ayah Sania cukup berani.
Dia mengira tempat yang paling berbahaya justru adalah tempat yang paling aman,
jadi dia tidak melarikan diri.
Karena itu, Nindi punya cukup waktu
untuk menemukan orang yang dicari.
"Nindi, kamu sebenarnya mau
pergi ke mana?"
Nando mengejarnya dengan cemas.
"Aku tahu kamu masih menyimpan dendam pada Kak Darren, tapi bagaimanapun
juga dia sudah sadar dan mengakui kesalahannya. Kami juga nggak baik-baik saja
selama ini, seperti hidup dalam ketidakpastian. Jadi kalau kamu butuh bantuan,
tinggal bilang saja."
Nada bicara Nando sangat tulus.
Belakangan ini dia terus merasa
menyesal dan bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam.
"Sementara nggak perlu, aku
sudah bilang kalau waktunya tiba aku pasti akan minta bantuan kalian."
"Kalau begitu, kamu mau ke mana
sekarang? Biar aku antar."
"Nggak perlu."
Nindi menatap Nando di depannya dan
berkata, Terus, kamu nggak perlu lagi kirim orang untu mengikutiku diam-diam.
Apa kamu pikir permainan seperti ini menyenangkan?" 11
Nando merasa agak malu setelah
mendengar kata-kata ini. "Sebenarnya itu ide Kak Darren. Dia cuma ingin
tahu apa yang sedang kamu lakukan. Dia khawatir kalau kamu menghadapi sesuatu
yang nggak bisa kamu tangani sendiri. Nggak ada maksud lain."
Mereka hanya khawatir Nindi Lesmana
dalam bahaya.
Lagi pula, keluarga Morris tidak
mudah untuk dihadapi.
"Dulu ke mana saja? Waktu aku
kesusahan, aku menyelesaikan semuanya sendiri. Sekarang semuanya akan berakhir,
kalian malah ingin ikut membantu. Bukankah itu sangat menggelikan?"
Ekspresi Nindi juga tidak ramah.
Dia tahu maksud mereka mengatakan
semua itu, bukan hanya ingin tahu keberadaan ayah Sania.
Nindi tahu selain ingin membalaskan
dendam orang tua mereka, mungkin mereka punya maksud lain.
"Nindi, bukan itu maksud kami.
Bagaimanapun juga kita ini keluarga. Sekalipun ada banyak masalah di antara
kita, tapi dalam hal kematian orang tua, kita seharusnya berada di sisi yang
sama. Kamu sudah terlalu bergantung pada Cakra Julian selama ini, apa kamu bisa
membalas semuanya di masa depan?"
Setelah mendengar perkataan ini,
Nindi menundukkan kepalanya. "Itu semua urusanku, nggak ada hubungannya
denganmu."
"Nindi, aku tahu hubunganmu
dengan Cakra sangat baik, tapi kamu harus tahu bahwa keluarga Julian itu sangat
terhormat, mereka nggak akan setuju jika gadis biasa menikah masuk ke dalam
keluarga itu."
"Terlebih lagi, Nyonya Riska itu
sahabat baik Nyonya Belinda. Kalau kamu bersikeras ingin balas dendam dan
nantinya menjebloskan Nyonya Belinda ke penjara, apa menurutmu Nyonya Riska
nggak akan punya pendapat buruk tentangmu?"
Nando dengan sungguh-sungguh berkata,
"Cuma kami keluargamu yang sebenarnya. Kamu seharusnya percaya pada kami,
bukan percaya pada Cakra. Bagaimana kalau suatu hari nanti dia berpihak pada
keluarga Morris?"
"Dia nggak akan begitu."
"Sekarang semua ini belum
benar-benar dimulai. Kalau keluarga Morris tahu Cakra diam-diam membantumu,
menurutmu apakah dia masih akan terus membantu?"
Nando merasa hubungan antara keluarga
Julian dan keluarga Morris cukup dekat. Jadi dalam hal ini, Cakra bukan sosok
yang bisa dipercaya sepenuhnya.
"Aku sudah bilang, ini urusanku.
Kalian nggak usah ikut campur."
Setelah mengatakan itu, Nindi
langsung pergi meninggalkan vila keluarga Lesmana.
Dia percaya Cakra bukan orang seperti
itu.
Nando hanya bisa menatap punggung
Nindi yang menjauh dengan perasaan khawatir dan tak berdaya.
Dia tidak tahu kapan Nindi bisa
mengerti ketulusannya.
Bagaimana mungkin mereka bisa percaya
pada keluarga Julian?
Setelah meninggalkan tempat itu,
Nindi segera menelepon Cakra. "Aku sudah tahu siapa ayah Sania. Aku akan
kirim fotonya ke ponselmu."
Saat ini, Nindi sangat gembira karena
akhirnya bisa menangkap ayah Sania.
Semoga kali ini tidak ada hal tak
terduga yang terjadi lagi.
No comments: