Bab 2744
"Dia ... dia punya pendukung di
belakangnya... " Suara Adelia terdengar lemah, nyaris seperti bisikan.
"Siapa yang nggak punya orang di
belakangnya ?" hardik Roven dengan marah, tetapi cepat-cepat menekan
emosinya. Rahangnya mengatup rapat, matanya memerah saat dia menatap ke arah
hilangnya sosok Saka. "Seorang raja ilahi, ya? Memangnya Sekte Furia belum
pernah membunuh raja ilahi sebelumnya?" gumamnya dingin.
Saka melangkah keluar dan langsung
melihat Jack duduk di lantai satu, santai menikmati teh. Saat melihatnya, Jack
menyunggingkan senyum kecil. " Lelah? Minum teh dulu," tawarnya. 1
Saka duduk di hadapannya. "Kamu
sebenarnya nggak perlu ikut campur," ujarnya.
Dia sendiri tidak peduli mencari
masalah, tetapi tidak ingin menyeret Jack ke dalamnya.
"Aku tahu, tapi... "
Jack menatapnya dan terkekeh,
"Kita ini saudara, ' kan? Saudara yang menghajar orang, mana mungkin aku
diam saja? Aku nggak peduli apa urusannya, yang penting kamu puas."
Dia menaikkan alis dan melanjutkan,
"Jadi, puas?"
Saka memikirkan sejenak, lalu
tersenyum. "Sangat puas," jawabnya.
"Nah, itu baru bagus!" Jack
mengangguk puas.
"Lagi pula, aku memang sudah
lama muak dengan orang-orang dari garis keturunan Tetua pewaris bela diri.
Mereka memang pantas kena batunya hari ini. Ayo, kita minum! Rayakan
sedikit!"
Namun, Saka tetap duduk di tempatnya,
tak langsung bangkit. "Sebelum itu, aku ingin tahu, seberapa penting Roven
di mata gurunya?" tanyanya.
Jack berpikir sejenak, lalu menjawab,
"Sejujurnya? Roven hanyalah alat bagi Tetua pewaris bela diri untuk
melindungi kepentingan putrinya. Tetua itu berbakat luar biasa, tapi sayangnya
hanya punya seorang anak perempuan, jadi dia nggak bisa mewariskan posisinya
secara langsung. Karena itulah, dia memilih Roven. Bukan karena dia kuat, tapi
karena cukup patuh untuk dijadikan boneka. Dengan begitu, putrinya bisa
mengendalikannya dengan mudah."
Jack mendesah pelan. "Meskipun
orang itu haus kekuasaan, harus diakui dia benar-benar mencintai anaknya.
Setelah kehilangan istrinya di usia muda, dia nggak pernah menikah lagi. Putrinya
adalah satu -satunya yang dia miliki," lanjutnya.
"Begitu rupanya "Saka
mengangguk mengerti.
Lalu, dia mengambil sesuatu dari tas
penyimpanannya, sebuah pil berwarna kemerahan, dan meletakkannya di depan Jack.
Jack melirik pil itu dengan bingung.
"Bawa ini pulang. Sekte Furia
akan memilih menutup mata."
Jack mengernyit, merasa sedikit
tersinggung. " Kamu meremehkanku? Aku ini murid Tetua Penegak Hukum, tahu?
Kalau mereka mau mengadu, mereka tetap harus melewati guruku! Dan biarpun
guruku terkenal adil, dia nggak akan menjatuhkan muridnya sendiri!"
ujarnya.
Saka hanya menggeleng pelan dan
berkata, "Periksa dulu pilnya."
Melihat keseriusan di wajah temannya,
Jack menghela napas dan akhirnya mengambil pil itu. Dia menutup matanya dan
menyalurkan energi sejatinya untuk memeriksanya. Dalam sekejap, matanya
membelalak. Hatinya bergetar.
Jack menatap Saka dengan raut wajah
terkejut. Dia butuh beberapa saat untuk menenangkan diri sebelum akhirnya
berkata dengan nada berat, "Ini... pil tulang akar?"
Saka tersenyum tipis dan mengangguk.
"Betul. Jika diminum, pil ini bisa sedikit meningkatkan kualitas
tulang."
Mendengar itu, Jack menghela napas
panjang.
Para tetua di Sekte Furia memang
kuat, dan di dunia ini, hanya sedikit hal yang bisa membuat mereka tergoda.
Namun, kalau sudah menyangkut keturunan mereka, itu cerita lain. Tidak peduli
seberapa dingin atau tangguh seseorang, kasih sayang orang tua tetap ada.
Mereka rela melakukan apa pun demi meningkatkan bakat anak-anak mereka.
Pil tulang akar ini, meskipun hanya
meningkatkan sedikit saja potensi seseorang, pasti akan membuat para tetua itu
berebut seperti serigala kelaparan!
"Pil ini... terlalu
berharga."
Jack mengernyit, merasa beban yang
diberikan ini terlalu berat.
"Kalau sudah kuberikan, itu
milikmu. Jangan coba-coba mengembalikannya," kata Saka dengan santai.
Pil tulang akar ini adalah hasil
racikannya di Gunung Reribu, khusus untuk Gilbert dan yang lainnya. Sekarang,
dia masih memiliki cukup banyak. Jika
Jack dan keluarganya ingin tetap
bertahan di Sekte
Furia, pil ini bisa membantu mereka
mengamankan
posisi mereka.
"Barang sebagus ini nggak
mungkin akan kukembalikan!"
Jack tak lagi bersikap sungkan.
Dengan cekatan, dia menyimpan pil itu tanpa ragu. Namun, alih-alih merasa
senang, dia justru berkerut. "Tapi para tetua Sekte Furia itu nggak pantas
mendapatkan sesuatu yang sehebat ini..." gumamnya dengan nada tak puas.*
Setelah berpikir sejenak, dia
tiba-tiba berkata, " Kalau diminum setengahnya saja, tetap ada efeknya,
'kan?"
"Ada, tapi khasiatnya
akan..."
Sebelum Saka selesai bicara, Jack
sudah membelah pil itu menjadi dua.
Saka terkejut. "Hei! Kamu mau
jual dan cari untung, ya? Kenapa harus dibagi dua? Aku masih punya banyak kalau
kamu butuh lagi... "
Jack mengangkat dagunya dengan
percaya diri. "Pil yang kamu berikan padaku adalah hadiah persaudaraan.
Tapi kalau aku mengambil sesuatu dari mereka, itu baru namanya keuntungan.
Bedanya jauh!"
Saka hanya bisa terdiam.
"Sudahlah, aku harus segera
mengirim ini."
Jack menatap Saka dan berkata,
"Ngomong-ngomong, bagaimana caramu masuk ke Lembah Rahasia
Kekaisaran?"
Saka tersenyum ringan dan membalas,
"Akan ada orang yang membantuku."
No comments: