Membakar Langit ~ Bab 2747

Bab 2747

 

"Terima kasih banyak, Kak Roven."

 

Adelia akhirnya merasa lega dan tersenyum lebar. Akan tetapi, dia segera mengingatkannya, "Tapi Saka mungkin pergi menemui Tetua Agung untuk bisa memasuki Lembah Rahasia Kekaisaran."

 

"Tetua Agung? Bagaimana dia bisa berteman dengan Saka?"

 

Roven agak tercengang. Dia baru saja turun ke dunia fana belum lama, sedangkan kesannya terhadap Saka hanyalah seorang genius yang suka membuat onar. Saka bisa sampai ke posisinya saat ini dengan dukungan seorang Guru yang ada di belakangnya.

 

Mengenai tindakan spesifik yang dilakukan oleh Saka, Roven tidak begitu mengerti.

 

"Itu juga bukan hubungan persahabatan, tapi Tetua Agung harus agak waspada pada orang-orang di belakangnya..." sahut Adelia sambil menunjukkan ekspresi muram.

 

Pada akhirnya, Adelia tidak mengatakan betapa pengecutnya sikap Tetua Agung. Bagaimanapun, hal itu akan sangat memalukan bagi keluarga kerajaan.

 

Begitu mendengar ini, Roven meliriknya seraya menyahut dengan tenang, "Tetua Agung takut pada orang-orang di belakang Saka, tapi dia nggak takut pada guruku?"

 

Tidak lama kemudain, dia menatap Adelia sambil kembali berkata, "Bukannya aku sombong dan aku juga nggak meremehkan orang-orang di belakang Saka. Aku cuma ingin mengatakan satu hal."

 

"Kenapa orang-orang di belakang Saka membuang-buang waktu di dunia fana? Memangnya dia nggak ingin pergi ke dunia roh? Atau dia sendiri nggak memenuhi syarat untuk pergi?"

 

Nada bicaranya sangat tenang, tetapi ada jejak penghinaan yang diucapkan dengan jelas. Sama halnya seperti kesombongan Roven sebagai penduduk asli dunia roh.

 

Untuk sesaat, hati Adelia agak terhenyak. Cara dia menatap Roven juga berbeda.

 

Meskipun kekuatan bertarung Roven pas-pasan dan dia pernah dihajar oleh Saka. Hanya karena dia lahir di dunia roh dan gurunya adalah Oza, yang akan mengambil alih posisi Tetua pewaris bela diri di masa depan. Roven memiliki kepercayaan diri untuk meremehkan para ahli di dunia fana!

 

Memikirkan hal ini, Adelia tiba-tiba punya ide dan segera berkata, "Kak Roven, kamu sudah melewati perbatasan dan sudah banyak membantu keluarga kerajaanku. Aku nggak punya apa pun untuk menghiburmu."

 

"Kamu mungkin butuh seseorang untuk menjagamu. Walaupun dunia fana nggak sebaik dunia roh, masih ada beberapa wanita di dunia fana... "

 

Roven menyahut dengan acuh tak acuh, "Nggak perlu, aku sama sekali nggak tertarik pada wanita-wanita vulgar di dunia fana ini."

 

Pada titik ini, dia menatap Adelia yang terlihat menarik. Hatinya agak tergerak, lalu dia menyahut dengan penuh arti, "Bagaimanapun, nggak semua orang bisa punya penampilan secantik Putri... "

 

Aku menghiburmu dan kamu tertarik padaku, 'kan?

 

Ekspresi wajah Adelia tiba-tiba berubah menjadi muram.

 

Kemudian dia tersenyum sambil menjawab, "Aku cuma seorang Putri, bagaimana mungkin aku layak untuk Kak Roven?"

 

"Kebetulan aku punya anggota keluarga kerajaan yang lebih muda di sini, namanya Novea. Tapi dia adalah Putri saat ini, bagaimana kalau ... "

 

Setelah berkata demikian, ekspresi wajah Roven tiba -tiba berubah, lalu dia menatapnya dengan heran dan bertanya, "Putri?"

 

"Kalau Kak Roven tertarik, aku akan mengajakmu untuk menemuinya sekarang. Dia sudah kehilangan kekuasaannya, keluarga kerajaan nggak akan mempedulikannya. Kalau Kak Roven bersedia, kamu bahkan bisa membawanya ke dunia roh. Hal ini akan menjadi berkah baginya," ujar Adelia seraya tersenyum lebar.

 

Roven akan menjadi Tetua pewaris bela diri di masa depan. Menurut Adelia, hal ini layak untuk investasinya!

 

Terlebih lagi, Adelia agak tidak senang dengan perilaku warga Prastya itu. Novea sendiri sudah bersiap untuk menghibur para tamu terhormat, bagaimana mungkin Adelia akan membiarkan warga Prastya itu membawa Novea pergi?

 

Roven mulai tergoda. Dia belum pernah merasakan bagaimana "rasa" dari seorang Putri.

 

Memikirkan hal ini, Roven mengangkat alisnya samar sambil berkata, "Lupakan saja, terima kasih atas kebaikanmu. Aku nggak akan membawa wanita ini pergi. Kamu harus menyimpannya untuk menjamu tamu terhormat lainnya."

 

"Suatu hari nanti, kalau ada murid-murid hebat lainnya yang datang ke dunia fana, aku akan memperkenalkan mereka pada Putri untuk menghibur mereka."

 

Jawaban ini membuat Adelia merasa cukup puas. Roven tampak tidak sabar, tetapi sebenarnya dia sudah tahu pentingnya masalah ini. Adelia tahu bagaimana cara membalas budi dan memberi dirinya kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan dunia fana.

 

Mungkin karena hal tersebut, Oza masih rela membiarkan Roven menggantikannya meskipun kemampuan bertarungnya masih biasa saja.

 

Memikirkan hal ini, Adelia berkata dengan tenang, " Omong-omong, Guru kalau dia ingin Saka memasuki Lembah Rahasia Kekaisaran secepat mungkin, tapi kamu bilang kamu ingin mengamatinya selama satu tahun. Kalau Saka memberi tahu gurumu tentang ini..."

 

"Untuk mengajukan keluhan, seseorang juga memerlukan kualifikasi... "

 

Roven membelai pelan liontin batu alam itu, menyipitkan matanya seraya berkata, "Kenapa guruku memercayai orang gila yang sudah menyerangku, tapi justru nggak percaya padaku ... muridnya yang sudah melayaninya selama bertahun tahun?"

 

Pada saat yang sama.

 

Di Paviliun Nawasta.

 

Tetua Agung sedang berdiri di sebuah taman, menatap pemandangan indah di halaman sambil mendesah dan bergumam pelan, "Bunga-bunga yang bermekaran sudah layu, satu tahun sudah berlalu. Aku nggak tahu apa aku bisa menunggu sampai hari saat aku bisa keluar lagi..."

 

Sepuluh tahun yang lalu, dia adalah seorang Tetua Agung yang terkenal. Siapa orang di dunia ini yang berani untuk tidak menghormatinya?

 

Sepuluh tahun kemudian, reputasinya hancur. Meskipun prestasinya luar biasa, dia hanya bisa tinggal di Paviliun Nawasta dan menjalani kehidupan yang menyedihkan.

 

Dulu, karena Guru Negara.

 

Sekarang karena Saka.

 

Saat mengingat tentang guru dan murid ini.

 

Dia mengepalkan tangannya perlahan, wajahnya yang keriput penuh dengan frustrasi dan kemarahan. Dia bergumam pelan, "Tetua Agung mana dari Negara Elang yang sama frustrasinya sepertiku? Aku nggak akan menerimanya! Lagi pula, mereka cuma Guru Negara dan Saka. Aku sama sekali nggak sabar menunggu!"

 

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 2747 Membakar Langit ~ Bab 2747 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on July 05, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.