Bab 2749
Tanpa Raja Ilahi, bisakah mengisolasi
diri dari segala sesuatu di luar?
Saka merasa makin puas dengan tempat
ini.
"Terima kasih banyak. Kalau
begitu ceritakan padaku bagaimana keadaan di dalam," ujar Saka seraya
tersenyum.
"Ini... Lembah Rahasia
Kekaisaran mungkin kelihatan sangat misterius bagi orang luar, tapi sebenarnya
nggak ada yang istimewa."
Tetua Agung mulai memperkenalkan
secara perlahan.
Ternyata Lembah Rahasia Kekaisaran
tidak berbeda dengan dunia luar, kecuali lingkungannya yang sudah diubah oleh
Tabib Agung dan lebih cocok untuk belatih kultivasi. Wilayahnya juga tidak
besar, hanya seukuran Kota Sentana.
Namun, di tempat sekecil itu ada
banyak nadi naga di dunia yang paling cocok untuk kultivasi!
Setelah berkata demikian, Tetua Agung
menatap Saka dengan agak gelisah. Benar saja, ekspresi wajah Saka terlihat agak
muram saat ini.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa
tempat yang dihuni oleh orang-orang hebat adalah tempat yang memiliki nasib
baik. Begitu pula sebaliknya. Tempat yang memiliki nasib baik bisa melahirkan
orang-orang hebat. Orang-orang yang tinggal di dekat nadi naga sering kali bisa
hidup lebih lama dan lebih sehat. Oleh karena itu, Negara Elang juga akan
melahirkan para ahli dan memiliki nasib yang bagus.
Awalnya, menurut rencana Tabib Agung,
setelah perang, nadi naga ini seharusnya segera dikembalikan. Akan tetapi, keluarga
kerajaan Negara Elang justru memonopoli nadi naga. Hal ini berarti banyak orang
di Negara Elang yang seharusnya bisa menjadi ahli akhirnya menjalani kehidupan
yang biasa-biasa saja.
Ini dilakukan memotong kekayaan yang
seharusnya menjadi milik rakyat Negara Elang, kemudian menggunakannya sebagai
keuntungan pribadi.
Pada akhirnya, Saka bertanya dengan
tenang, " Kenapa Tabib Agung nggak berniat untuk turut andil?"
Perlu diketahui, bahwa belum lama ini
Tabib Agung tewas dan seharusnya turut andil demi menghentikan keluarga
kerajaan melakukan hal ini.
Tetua Agung itu terdiam sejenak
sebelum menjawab, "Tabib Agung bilang bahwa meskipun dia menghalangi nadi
naga dunia karena suatu alasan, dia tetap menghalangi takdir dunia dan
menyinggung orang-orang di Negara Elang. Tabib Agung dibebani dengan karma yang
besar serta dosa -dosa besar. Karena itu, masa hidupnya pasti akan
dipersingkat."
"Jika dia mengembalikan nadi
naga, dosa-dosanya bisa dihapuskan. Tapi dia tahu kalau dia sudah tua dan dia
ingin memberikan kesempatan ini kepada murid-muridnya di masa depan. Selama
murid-muridnya bisa mengembalikan nadi naga, mereka akan memperoleh
keberuntungan dan pahala yang besar. Dengan demikian, Negara Elang bisa terus
hidup dengan makmur di bawah kepemimpinan generasi baru dari Tabib Agung."
"Dia akan menanggung
dosa-dosanya, lalu para muridnya akan menikmati berkahnya, tapi... "
Pada titik ini, Tetua Agung merasa
agak canggung dan berhenti berbicara.
Akhirnya, setelah kemunculan dari
murid-murid Tabib Agung. Meskipun keluarga kerajaan tidak mengambil tindakan,
mereka secara diam-diam membiarkan para ahli untuk mengepung dan menekan
murid-murid Tabib Agung.
Ini sama sekali tidak bisa diterima.
Namun, saat ini, Tetua Agung merasa
aneh. Hal ini karena Saka, yang selalu suka membela yang lemah, justru tidak
marah. Sebaliknya, wajahnya tampak tenang. Dia menatap Tetua Agung dengan
senyum lembut dan berkata, "Kalian benar-benar serakah."
"Ya ... ini bukan sesuatu yang
adil bagi keluarga kerajaan untuk dilakukan, tapi... "
Tetua Agung kembali berkata dengan
agak canggung, "Adriel sudah tewas, jadi nggak ada seorang pun yang bisa
mewarisi warisan Tabib Agung."
"Lagi pula, Lembah Rahasia
Kekaisaran itu terlalu rumit. Setiap Pangeran harus mengikuti pelatihan. Kalau
kerajaan bisa melatih Kaisar yang lebih baik ... selama ada Kaisar yang bijak
di dunia, itu jauh lebih berguna daripada memiliki beberapa ahli di Negara
Elang."
"Selain itu, para Kaisar lama di
lembah rahasia juga perlu mengandalkan banyak nadi naga serta sumber daya yang
ditinggalkan oleh Tabib Agung untuk memperpanjang hidup dan berlatih kultivasi.
Mereka semua adalah mantan Kaisar
yang sudah memberikan begitu banyak hal kepada negara. Nggak masalah bagi
mereka untuk bersenang-senang saat mereka tua, jadi ... "
Saka tertawa seraya menyela,
"Para Kaisar pantas untuk bersenang-senang, sedangkan rakyatnya yang
seharusnya mati?"
Tetua Agung merasa canggung dan tetap
bungkam.
"Bisa dibilang, para Kaisar lama
seharusnya sudah meninggal sejak lama, tapi mereka memakai keberuntungan yang
seharusnya menjadi milik rakyat untuk memperpanjang hidup mereka," lanjut
Saka.
No comments: