Bab 2765
Pada saat bersamaan, di dalam ruangan
sebelah.
Adelia sudah sangat kesal dengan
pelecehan itu, tetapi dia tidak bisa pergi. Dia merasa sangat tersiksa.
Kemudian, dia bertanya dengan marah, " Ada apa dengan Novea? Kenapa dia
belum kembali?"
Saat ini, bahkan Roven yang awalnya
mengatakan tidak perlu terburu-buru juga mengerutkan kening dan menjadi tidak
sabar.
Sudah lebih dari satu jam dan belum
selesai juga?
Sementara saat ini, seorang pria
berwajah hitam masuk dan berkata sambil terkekeh, "Kalian berdua,
kebetulan Novea baru saja menstruasi dan sedang nggak enak badan. Dia mungkin
nggak bisa datang. Sebaiknya kalian pergi dulu dan kembali lain kali."
Seketika, Roven agak tertegun.
"Aku hendak melepas celanaku,
tetapi kamu memberitahuku lain kali?" pikirnya.
Namun, dia tidak mengatakan apa pun
dan hanya melirik Adelia.
"Omong kosong! Barusan dia
baik-baik saja. Siapa yang kalian coba bohongi? Panggil dewimu untuk
bicara!" seru Adelia dengan marah.
"Sama saja meskipun dewi yang
datang ... " balas pria berwajah hitam sambil terkekeh.
"Minggir! Aku akan mencari
dewi!" kata Adelia.
Saat ini, Adelia berdiri dengan marah
dan berjalan keluar pintu.
Begitu Adelia keluar, Roven mendengar
teriakan Adelia di luar pintu.
Roven agak bingung dan berjalan
turun. Tetapi, dia melihat Adelia berdiri di luar ruangan sebelah dengan
ekspresi muram dan sedang menatap sesuatu.
"Apa yang terjadi?" tanya
Roven sambil berjalan mendekat dengan ragu.
"Di dalam..." ucap Adelia
dengan tidak percaya.
Roven mengerutkan kening dan berkata,
"Berdiri. Biarkan aku melihatnya."
Kemudian, dia melihat sekilas dan
langsung tertegun.
Pintu Prastya itu ditutupi dengan
lapisan kertas khusus. Melalui pintu kertas itu, dia dapat melihat bayangan
pria dan wanita dalam ruangan.
"Novea?" gumam Roven dengan
takjub saat melihat sosok wanita itu.
"Ya... " sahut Adelia
dengan ekspresi muram sambil mengangguk perlahan.
Wajah Roven langsung pucat. Dia
berpikir, "Aku sudah menunggu dalam ruangan begitu lama, tapi kamu malah
bersenang-senang di sini?"
Di belakang mereka, pria berwajah
hitam berjalan mendekat dengan tak berdaya, lalu berkata, "Kalian
berdua..."
"Bukankah kamu bilang bahwa
Novea sedang nggak enak badan? Ini yang kamu maksud dengan nggak enak
badan?" teriak Roven dengan marah.
Pria berwajah hitam menjawab sambil
terkekeh, " Pak Roven, apa yang kamu cemaskan? Jangan cemas, dengarkan penjelasanku...
"
"Wanita pilihanku sedang
bercinta di dalam dan kamu menyuruhku jangan cemas?" pikir Roven.
"Enyah!" seru Roven.
Roven sangat marah dan mengangkat
tangannya untuk menyerang lagi, tetapi saat ini, aura yang kuat mendadak
melonjak keluar dari sekelilingnya. Ada banyak ahli yang bersembunyi di
Kedutaan dan mereka langsung menyegel aura Roven.
"Pak Roven, jika kamu suka
mendengarnya, kamu mendengarnya dari luar. Tapi, kamu nggak boleh masuk,"
kata pria berwajah hitam sambil tersenyum.
"Kamu!" seru Roven sambil
melotot pada pria berwajah hitam.
Tiba-tiba, Roven menatap Adelia
dengan ekspresi muram dan berseru, "Adelia, inilah wanita yang kamu cari
untukku? Kamu sedang mempermainkanku?"
Saat ini, Adelia tidak bisa
menjelaskan. Dia langsung menatap pria berwajah hitam dan bertanya dengan
marah, "Apa maksud dewimu?"
"Nggak bermaksud apa-apa. Hanya
saja, tamu kehormatan dewi kebetulan datang. Jadi, hehe ... " jawab pria
berwajah hitam sambil tersenyum.
"Jadi, menurutmu status tamu
kehormatan itu lebih tinggi daripada aku?" tanya Roven.
Roven berseru lagi dengan marah,
"Sebelumnya dewi kalian nggak berkata begitu!"
Pria berwajah hitam cemberut dan
membalas dengan acuh tak acuh, "Dewi mengatakan seperti itu kepada siapa
pun. Dia bersikap sopan, kenapa kamu menganggapnya serius?"
Kali ini, Roven sangat marah.
Adelia juga menatap pria berwajah
hitam dengan tidak percaya. Dewi adalah orang yang pandai memprioritaskan
kepentingan.
Namun, siapa sebenarnya tamu
kehormatan itu? Apakah dia lebih penting daripada Roven?
No comments: