Bab 2767
Sambil berbicara, Roven mengambil
inisiatif untuk menyerang Saka.
Saka heran dan bergumam, "Cari
mati, ya?"
Roven tersenyum ganas dan sama sekali
tidak takut, lalu dia berkata, "Kemampuan bertarungku biasa saja, jadi
Guru memberiku kompensasi dengan cara lain. Hal yang sebenarnya aku latih
adalah cara mengendalikan prajurit!"
"Oh, ya?" tanya Saka.
Saka agak penasaran. Dia menatap
Roven, lalu bertanya dengan penuh minat, "Jadi, di mana senjatamu?"
Saat ini, Roven menepuk tas
penyimpanannya, lalu sebuah boneka berbentuk manusia keluar dari tas
penyimpanan. Boneka itu menggantikannya berdiri di hadapan Saka.
Tinggi boneka itu sekitar dua meter.
Kulitnya seperti perunggu dan seluruh tubuhnya tampak terbuat dari logam.
Terdapat duri di siku dan sendi lainnya.
"Aku berlatih teknik prajurit.
Boneka ini adalah senjataku," kata Roven.
Terakhir kali, dia bahkan tidak
memiliki kesempatan untuk menggunakan Teknik Boneka yang paling dibanggakannya
dan langsung dikalahkan oleh Saka. Hal ini membuatnya sangat tidak puas.
Roven menatap Saka, raut wajahnya
menjadi makin ganas dan dia berkata, "Kalau kamu punya kemampuan, buatlah
boneka ini terperangkap dalam Teknik Ilusimu!"
Saka sedikit mengerutkan kening, lalu
menatap boneka itu dan bertanya, "Master ilahi tingkat delapan?"
Selain itu, dalam hal kekuatan
tempur, boneka ini tidak takut sakit dan tidak akan mundur. Mungkin lebih
menakutkan daripada master ilahi tingkat delapan.
Seketika, Saka mengerutkan kening.
Kelak dia benar benar harus memeriksa tas penyimpanan lawan saat dia
mengalahkan musuh. Sekarang dia kehilangan satu boneka, sungguh sia-sia!
Bagaimanapun, dirinya benar-benar
tidak memiliki senjata tingkat langit apa pun sekarang. Ya, dia telah
memberikan semuanya kepada pedang setengah jadi...
"Apa kamu masih punya senjata
lain? Keluarkan semuanya!" ucap Saka penuh harap sambil menatap Roven.
Alhasil, selesai dia bicara, boneka
itu melesat keluar, merobek udara dan menyerang ke arah Saka.
Namun, Saka tidak bergerak sedikit
pun. Dia mengaktifkan Teknik Penerobos Surgawi, tetapi tidak menggunakan
wilayah master ilahi dan langsung menghadapi serangan.
"Cari mati!" seru Saka.
Saka begitu sombong hingga membuat
Roven merasa terhina. Roven segera mengendalikan boneka itu mengerahkan seluruh
kekuatannya dan menyerang ke arah Saka dengan ganas.
Alhasil, setelah puluhan serangan,
Saka mengangkat tangannya dan memukul boneka itu dengan keras hingga boneka itu
mundur. Kemudian, dia menatap Roven dan menyemangatinya dengan berkata,
"Tampaknya boneka ini belum bisa mengalahkanku. Jika kamu punya senjata
lainnya, cepat keluarkan."
Pikiran Roven terhubung dengan
boneka. Saat boneka dipukul hingga mundur, energi darah dalam tubuhnya juga
terpengaruh. Dia menatap Saka dengan kaget.
"Nggak heran kamu bisa
mengalahkan Ederick ... " kata Roven.
"Bukankah kamu bilang bahwa kamu
bisa menghabisinya? Kenapa kamu nggak membunuhnya sekarang juga?" tanya
Adelia.
Adelia yang berada di samping membuat
Roven makin marah dan berusaha memprovokasinya.
"Diam!" seru Roven.
Roven tampak muram dan berteriak marah,
tetapi dia menepuk tas penyimpanan lagi. Seketika, beberapa helai baju besi dan
tombak terbang keluar dan langsung menutupi tubuh boneka.
"Baju besi tingkat langit dan
tombak tingkat langit! " ujar Saka dengan mata berbinar.
"Kamu tahu barang bagus..."
kata Roven.
Roven tersenyum sinis, tiba-tiba
mengangkat tangan dan melambaikannya, lalu berseru, "Bunuh!"
Dalam sekejap, boneka yang mengenakan
baju besi itu mengayunkan tombak dan menyerang ke arah Saka.
Kekuatan tempur boneka ini memang
luar biasa, baju besi dan tombak adalah senjata tingkat langit. Ketika
ketiganya digabungkan, kekuatan tempurnya menjadi dua kali lipat.
Senjata-senjata ini juga merupakan modal yang paling dibanggakannya.
Membunuh seorang Saka, bukankah hal
yang ... apa?
Tepat ketika dia merasa bangga, dia
tiba-tiba terkejut melihat ekspresi Saka menjadi makin bersemangat. Saka
mengeluarkan pedang setengah jadi dari tas penyimpanan dan menyerang ke arah
boneka.
Hanya satu tebasan.
Dengan suara desisan, baik boneka,
baju besi atau pun tombak, semuanya bergetar dan berhenti di tempat. Kemudian,
muncul retakan di permukaan ketiga benda itu, seolah-olah semua energi inti di
dalamnya telah hilang.
Setelah beberapa saat, ketiga senjata
tingkat langit ini berubah menjadi serpihan tembaga dan besi, lalu jatuh ke
lantai dengan bunyi dentang.
Suasana di tempat sangat sunyi.
Roven dan Adelia melihat situasi ini
dengan tercengang.
Sementara itu, Saka menyimpan pedang
setengah jadi dengan puas. Di hadapan pedang setengah jadi saat ini, segala
senjata tingkat langit hanyalah makanan.
Tadi dia hanya menunggu Roven
mengeluarkan semua senjata tingkat langit.
Dia hampir bisa merasakan pedang
setengah jadi bersendawa puas.
Pedang setengah jadi telah menderita
kelaparan selama beberapa waktu ini.
Sekarang, akhirnya dia kenyang.
"Tampaknya kamu memang nggak
punya barang simpanan lagi..." ujar Saka.
Dia membawa pedang setengah jadi dan berjalan
ke arah Roven, lalu menambahkan sambil tersenyum, " Kalau begitu,
giliranku untuk bertindak."
No comments: