Bab 2769
Meskipun hatinya penuh amarah, Roven
tetap berlutut.
"Saka, muridku ini memang nggak
tahu diri. Kuharap kamu bisa memaafkannya kali ini. Aku jamin, dia nggak akan
berani mengusikmu lagi di masa depan," ujar Oza kepada Saka.
Setelah itu, dia menendang Roven
dengan kasar dan membentaknya, "Apa yang kamu lihat? Cepat minta
maaf!"
Roven tidak mengerti apa yang
terjadi, mengapa sikap Oza tiba-tiba berubah drastis terhadap Saka. Namun, dia
tahu bahwa ini bukan saatnya bersikap keras kepala.
"Kak... Kak Saka, maaf! Aku
salah!" katanya dengan gigi terkatup.
Di sisi lain, Adelia tampak
kebingungan. Dia menatap ke kiri dan ke kanan, tidak habis pikir bagaimana
keadaan bisa berubah seperti ini. Kenapa Oza tunduk pada Saka?
Saka melirik Roven dan berkata
santai, "Permintaan maafmu cuma basa-basi, kita berdua sama - sama tahu
itu. Kalau kamu ingin membalas dendam nanti, silakan saja."
Dia melambaikan tangannya dengan
malas dan melanjutkan, "Sekarang pergi. Aku nggak ingin melihat kalian
lagi."
Saat mereka berlalu, Jack mengerutkan
alisnya. " Begitu saja dibiarkan pergi?" pikirnya dalam hati.
Menurutnya, dua orang itu seharusnya
langsung dilenyapkan. Bukankah semua orang tahu bahwa jika rumput liar tak
dicabut sampai akarnya, ia akan tumbuh kembali? Masa Saka tidak paham itu?
Namun, sebelum dia sempat bicara,
Saka tiba-tiba menoleh ke arah Oza dan tersenyum tipis. "Tetua Oza,
sepertinya kamu sudah menerima pil tulang akar itu, makanya bersikap tunduk
padaku, 'kan?"
Oza menatapnya dan mengangguk ringan.
Jack mendengus dan berkata,
"Bukan hanya bersikap tunduk, dia juga harus meminta maaf padamu!"
Dia lalu menatap Oza tajam dan
berkata, "Tetua Oza, kamu masih belum minta maaf?"
Ekspresi Oza sedikit berubah. Meminta
maaf pada Saka? Itu jelas membuatnya kehilangan muka. Namun, saat ini dia tidak
punya pilihan lain. Dia menarik napas dalam dan hendak berbicara...
Namun, sebelum sempat membuka mulut,
Saka tiba -tiba melambaikan tangannya. "Tidak perlu," ujarnya malas.
Oza tertegun dan menatapnya dengan
heran.
Saka tersenyum tipis dan menambahkan,
"Tetua Oza, aku nggak butuh permintaan maaf yang hanya di bibir. Yang aku
inginkan sejak awal hanyalah keadilan."
"Aku merekomendasikan seorang
murid berbakat untuk Sekte Furia, tapi Roven yang turun ke dunia fana justru
memperlakukanku dengan semena-mena. Sejak awal, aku nggak pernah bersalah
terhadap Sekte Furia."
"Tapi kamu? Tanpa menyelidiki
kebenarannya, kamu langsung membelanya dan menyerangku. Jika aku nggak punya
kekuatan untuk melawan, mungkin aku sudah mati sia-sia. Coba kamu katakan,
apakah ini adil?" jelasnya.
Oza menatapnya tanpa ekspresi,
sedikit mengangkat alisnya.
"Kamu juga merasa nggak adil,
'kan?"
Saka tersenyum, lalu bertanya,
"Baiklah, sekarang aku tanya lagi. Jika kita abaikan pil tulang akar, jika
kita hanya melihat kejadian ini, apakah kamu benar-benar bersedia meminta maaf
dengan tulus kepadaku?"
Oza tercengang, lalu tertawa dingin.
"Kamu ingin aku benar-benar mengakui kesalahanku?" balasnya.
Saka mengangguk ringan dan membalas,
"Benar."
Oza mendengus dengan tatapan penuh
penghinaan lalu berkata, "Kamu benar-benar naif. Di balik setiap kebenaran,
ada kekuatan yang mendukungnya."
"Entah itu kamu, keluarga Romli,
atau siapa pun, kalian semua terlalu lemah. Meski berada di pihak yang benar,
aku nggak akan peduli pada "kebenaran "kalian."
"Aku ke sini hanya untuk pil
tulang akar dan dokter sakti. Itu saja," tambahnya.
Saka terkekeh dan berkata, "Jika
begitu, kita memang nggak perlu ada hubungan lebih lanjut."
"Hubungan denganmu? Hah! Jangan
mimpi!" ujar Oza dengan sinis.
Sikap Saka yang mencurigakan membuat
Oza sangat marah. "Aku ke dunia fana ini hanya untuk mencari dokter sakti
itu, kamu pikir kamu siapa?" bentak Oza.
Setelah itu, dia menoleh ke Jack
dengan kesal dan berkata, "Sekarang bocah itu nggak mau terima permintaan
maafku, kamu bisa mengantarku menemui dokter sakti atau nggak?"
Jack menatapnya dengan ekspresi aneh,
lalu tersenyum sinis. "Sudah terlambat," ujarnya.
"Apa maksudmu?" tanya Oza
dengan ragu.
"Jauh di mata, dekat di hati...
" ujar Jack sambil menghela napas panjang, lalu menunjuk ke arah Saka.
Oza tertegun. Matanya beralih ke
Saka, yang berdiri tenang di hadapannya. Wajahnya berubah sedikit, lalu dia
tertawa mengejek dan berkata, "Nggak mungkin!"
Namun, Saka hanya tersenyum santai.
Dia merogoh tas penyimpannya dan mengeluarkan sepuluh pil tulang akar. Tujuh di
antaranya dia serahkan kepada Jack, sementara tiga sisanya dilemparkan kepada
Oza.
"Kamu nggak suka bicara soal
keadilan, tapi aku suka," katanya santai. "Anggap saja ini sebagai
harga yang harus kamu bayar karena sudah repot -repot mencariku. Mulai
sekarang, kita nggak punya hubungan apa pun lagi."
Setelah itu, dia menoleh ke Jack dan
berkata, "Tujuh pil tulang akar ini kamu berikan kepada kepala sektemu.
Katakan padanya, aku bersedia menjalin hubungan baik dengan Sekte Furia dan
akan memasok pil tulang akar secara stabil. Tapi ada satu syarat, aku hanya
akan menjualnya melalui keluarga Romli." Lalu dia menyeringai dan
menambahkan, Oh, dan satu hal lagi... selain Oza dan kelompoknya, semua orang
boleh membelinya."
Jack tergelak dan berkata,
"Sial, rasanya luar biasa punya saudara seperti kamu!"
Kemudian, dia melirik ke arah Oza dan
mencibir, " Tapi jadi musuhmu? Itu mimpi buruk."
"Sudah cukup basa-basinya, ikut
aku. Ada hal yang perlu kita bicarakan," ujar Saka dengan singkat sebelum
berbalik dan melangkah pergi.
No comments: