Bab 2770
Jack tampak bersemangat. Sambil
menyimpan pil tulang akar itu, dia berpikir, "Dengan ini, posisiku di
Sekte Furia pasti akan meroket! Keluarga Romli nggak perlu lagi tunduk pada siapa
pun di dalam sekte. Sebaliknya, para tetua itulah yang harus berusaha menjalin
hubungan baik dengannya!"
Namun, baru saja dia hendak melangkah
pergi, Oza tiba-tiba menarik lengannya.
Pria itu menggenggam tiga pil tulang
akar di tangannya, tetapi bukannya merasa senang, wajahnya justru pucat pasi.
Rasanya seperti jatuh ke dalam gua es, begitu dingin dan menyesakkan!
Saat itulah dia sadar ... dia telah
menyinggung seseorang yang seharusnya tidak boleh dia singgung!
Suara Oza terdengar serak saat dia bertanya,
"Jack ... masih ada jalan untuk memperbaiki hubunganku dengan Saka?"
Jack memainkan pil tulang akar di
tangannya dengan santai, lalu terkekeh sinis dan berkata, " Hah! Kamu
pikir kamu sedang mimpi?"
Saka itu pendendamnya bukan main.
Sudah menyinggungnya begitu dalam, masih berharap bisa dimaafkan? Hah! Mimpi di
siang bolong!
Melihat ekspresi Oza yang suram dan
penuh kebimbangan, Jack tiba-tiba tersenyum lebar dan berkata, "Oh iya,
Tetua Oza, jangan pernah berpikir untuk menggunakan kekerasan terhadap Saka.
Sekte Furia akhirnya mendapatkan kerja sama dengan seorang dokter sakti seperti
dia. Kalau kamu berani merusaknya, percaya atau nggak, para tetua sekte akan
berbalik melawanmu!"
Wajah Oza semakin kusut. Dadanya
terasa sesak oleh penyesalan.
Dokter sakti ini awalnya dia yang
menemukannya.... tetapi karena kesombongannya sendiri, dia malah menjadikannya
musuh...
Tiba-tiba, dia teringat kata-kata
putrinya, "Ayah, kalau terlalu arogan, suatu hari nanti ayah akan menelan
akibatnya sendiri."
Sial! Semua ini gara-gara muridnya!
Kalau sejak awal Roven bisa bersikap sopan, tidak akan terjadi kekacauan
sebesar ini!
Roven!
Mata Oza dipenuhi amarah. Dia
mencengkeram tangannya erat, lalu melangkah pergi dengan ekspresi ganas.
Di sisi lain, Jack mengikuti Saka
menuju kediaman keluarga Romli.
Dalam perjalanan, dia bertanya dengan
penasaran, " Jadi, kamu mau bicara apa denganku?"
Saka meliriknya sekilas, lalu
menjawab santai, "Aku mungkin akan meninggalkan Kota Sentana untuk
sementara waktu. Jangan tanya aku ke mana. Sebelum pergi, aku akan meninggalkan
sesuatu untuk kalian sebagai perlindungan."
Jack mengerutkan kening dan bertanya,
"Tempat yang kamu tuju berbahaya?"
Saka berpikir sejenak, lalu
menggeleng." Seharusnya tempat itu aman, tapi begitu aku tiba di sana,
kemungkinan besar situasinya akan berubah," balasnya.
Jack terdiam sejenak, sebelum
tiba-tiba bertanya, " Ngomong-ngomong, kenapa tadi kamu membiarkan Roven
dan Oza pergi? Seharusnya kamu habisi mereka sekalian, supaya nggak ada masalah
di masa depan."
Saka tersenyum ringan. "Harus
ada cara bagi Oza untuk tetap menyelamatkan harga dirinya. Kalau aku membunuh
muridnya, lalu dengan alasan apa dia bisa datang kepadaku lagi nanti?"
jelasnya.
Jack tertegun. Matanya melebar
sebelum akhirnya dia tersenyum paham. "Heh... kamu ini licik juga,"
pujinya.
Lalu, dia tiba-tiba menyadari
sesuatu.
Tidak bisa disangkal, meski Oza itu
sombong, dia tetap salah satu tetua terkuat di Sekte Furia. Jika suatu saat ada
hal yang bisa dimanfaatkan darinya, lebih baik tidak memutus hubungan
sepenuhnya.
Jack terkekeh dan menambahkan,
"Kamu benar-benar ahli dalam bermain catur, ya?"
Saka menghela napas ringan dan
membalas, "
Sebenarnya, aku nggak suka bermain
licik seperti ini. Kalau saja tadi dia benar-benar tulus meminta maaf, aku
malah lebih memilih untuk menjalin kerja sama eksklusif dengannya. Sayangnya...
"
Dia berhenti sejenak, lalu
menambahkan dengan nada dingin, "Dia nggak mau bicara dengan baik, jadi
aku harus mengajarinya satu pelajaran. Biar dia tahu, kalau berhadapan
denganku, dia harus belajar cara berbicara dengan benar."
Di dalam Kediaman Putri.
Oza duduk di sebuah kursi besar.
Tatapannya tajam menusuk ke arah Roven, yang berlutut di depannya dengan wajah
penuh ketakutan. Mata Oza tampak menyala penuh amarah, seolah ingin membakar
muridnya hidup-hidup.
Di sisi lain, Adelia berdiri
canggung, wajahnya penuh kebingungan. Sejak awal, dia tidak mengerti apa yang
sedang terjadi.
Oza selama ini terkenal sebagai orang
yang arogan dan tak kenal takut. Kenapa kali ini dia begitu lunak terhadap
Saka? Bahkan rela menghajar muridnya sendiri demi dia?
Roven menelan ludah. Dengan suara
gemetar, dia berusaha membela diri, "Guru! Aku nggak berbohong! Saka-lah
yang menolak kerja sama dengan Sekte Furia! Dia bahkan memukulku! Aku
bersumpah, ini semua benar!"
No comments: