Bab 3018
Tepat di sebuah puncak gunung dekat
lokasi itu, Davina berdiri tegak sambil memegang tombak, menatap ke kejauhan
dengan ekspresi serius.
Tiba-tiba, terdengar suara angin yang
terbelah dari kejauhan, diikuti oleh sekumpulan orang yang mendekat. Mereka
semua mengenakan jubah hitam, tampak khidmat dan penuh wibawa.
Begitu melihat Davina, pria yang
memimpin kelompok itu langsung berhenti, tampak sedikit waspada. Namun, setelah
menyadari bahwa hanya ada Davina seorang diri, dia menyeringai dingin dan
berkata, "Ternyata benar Adriel nggak berani muncul, hanya mengirim
seorang wanita kemari."
Di sampingnya, seseorang berkata
dengan cemas, " Kak Bleru, haruskah kita kembali dan memberi tahu Leluhur
Kedelapan Belas?"
"Nggak perlu!"
Bleru berkata dengan nada sinis,
"Adriel sudah menimbulkan kekacauan besar. Dia pasti takut menampakkan
diri. Kita sebagai pasukan pendahulu cukup menangkap bawahannya untuk
diserahkan."
Sambil berbicara, dia menatap Davina
sambil tersenyum dan berkata, "Kamu pasti Putri Davina yang selalu berada
di sisi Adriel, 'kan? Aku Bleru, genius dari keluarga Syahrir di alam rahasia.
Sekarang, haruskah aku memintamu pergi, atau..."
"Kenapa nggak berlutut?"
Davina menyela lawan bicaranya
sebelum selesai berbicara, sehingga membuat Bleru tertegun.
Davina menatapnya dan berkata dengan
nada meremehkan, "Bukankah keluarga Syahrir hanyalah budak dari keluarga
kerajaan? Kalaupun aku memberontak, aku adalah keturunan bangsawan. Kamu nggak
ingin bersujud kepadaku saat melihatku?"
Bleru menatap Davina, tetapi
perlahan-lahan tersenyum dan berkata, "Awalnya, aku berencana untuk
menangkapmu hidup-hidup, tapi sekarang tampaknya nggak perlu. Aku belum pernah
mencicipi seorang putri... "
Seketika dia menatap semua orang dan
tersenyum. " Mau barengan?"
"Tentu saja, Kak Bleru
duluan!"
Semua orang berkata dengan penuh
semangat.
"Haha, kita ini saudara, jangan
terlalu sungkan!"
Dia tertawa, lalu meledakkan energi
sejatinya dan menerjang ke arah Davina. Dia menunjukkan kekuatan wilayah master
ilahi tingkat tujuh.
Orang-orang di belakangnya pun ikut
menyerang dengan teriakan lantang. Energi sejati mereka meledak dengan hebat,
semuanya berada setidaknya di master ilahi tingkat tiga. Mereka semua adalah
generasi muda dari tujuh keluarga besar, ditempatkan di alam rahasia dan
mendapat dukungan penuh dari kerajaan. Kekuatan mereka jauh melebihi
orang-orang dari luar.
Ledakan pada saat ini langsung
mendatangkan tekanan luar biasa, membuat ekspresi Davina menjadi serius.
Namun, dia tetap menatap mereka
dengan penuh tekad, menggenggam erat tombaknya, dan energi sejatinya mulai
bangkit perlahan.
"Kamu sangat cantik, seorang
putri, dan kamu bersama Adriel? Kenapa kamu nggak mengikutiku saja..."
Namun, sebelum dia sempat
menyelesaikan kata -katanya, tiba-tiba cahaya keemasan datang dari kejauhan
dengan kekuatan yang dahsyat. Samar -samar terdengar pedang setengah jadi
mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.
Itu seperti meteor emas di langit.
Davina hendak bergerak, tetapi pada
saat ini dia berhenti dan melihat dengan ekspresi terkejut. "Ini
dia!"
Saking cepatnya, saat Bleru dan yang
lainnya menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Ekspresi mereka dipenuhi
ketakutan dan ketidakpercayaan. Mereka berteriak, "Itu Adriel, cepat
tahan..."
Boom!
Meteor emas itu melesat dengan keras
dan menghantam tanah, membuat seluruh puncak gunung hancur menjadi tanah datar.
Bleru dan bawahannya langsung hancur berkeping -keping dalam sekejap. Tubuh
mereka lenyap menjadi debu di bawah tekanan yang luar biasa itu.
Beberapa anak buahnya juga langsung
tenggelam dalam cahaya keemasan itu dan menghilang.
Ekspresi Davina dipenuhi dengan
keheranan. Dia terkejut melihat sesosok tubuh muncul dalam cahaya keemasan. Dia
memiliki tubuh ramping dan mata yang tajam. Pedang setengah jadi di tangannya
mengeluarkan suara-suara pedang dan melesat keluar dengan niat pedang yang
dahsyat.
Saat dia melambaikan tangannya, semua
aura mengerikan di sekitarnya langsung menghilang. Dia menoleh ke sekitar, lalu
bertanya kepada Davina dengan ekspresi bingung, "Apa aku baru saja
menabrak sesuatu?"
Davina tertegun.
"Oh ya, aku mendengar seseorang
berteriak. Musuhnya di mana?" tanya Adriel.
No comments: