Bab 3003
Wajah Tetua Kelima penuh derita,
jeritannya memekakkan telinga, sementara Adriel tetap bersikap dingin saat
menggoreskan simbol terakhir dengan pedangnya.
Seluruh permukaan jiwanya kini
dipenuhi simbol -simbol rumit yang tampak mengerikan, dan kondisinya sekarat.
Begitu Adriel menepukkan telapak
tangan, jiwa Tetua Kelima langsung ditekan kembali ke dalam tubuhnya, lalu beberapa
jarum emas jatuh dan menyegel luka di dadanya.
Tubuh Tetua Kelima kini nyaris tak
bernyawa, wajahnya pucat pasi, ingin menangis pun tak mampu.
Dia bisa merasakan jelas, jiwanya
telah dikekang oleh kekuatan misterius.
Cukup dengan satu pikiran dari
Adriel, dia bisa lebih baik mati saja.
"Bukan kamu sendiri yang minta
dikendalikan sama Tuan Suci? Kenapa sekarang malah kelihatan nggak
senang?" ujar Tetua Ketujuh dengan suara dingin.
Apa ini ucapan manusia yang punya
hati?
Mendengar itu, Tetua Kelima mendidih
dalam hati, tetapi tetap memaksakan senyum dan berkata cepat, "Hamba
berterima kasih karena Tuan Suci masih memberi kesempatan. Mulai sekarang,
hamba siap mati demi Tuan Suci, nggak akan mengeluh! Oh ya, satu hal lagi...
"
"Bagaimana kalau Tetua Ketujuh
juga dikendalikan lewat Teknik Perbudakan Jiwa? Bagaimanapun, hati manusia
nggak bisa ditebak
Benar, dia memang sengaja mengadu
domba. Namun, justru ini bisa menguntungkan Adriel.
Penguasa seperti Adriel pasti suka
jika bawahannya saling bersaing, mudah dikendalikan. Dan momen untuk
menaklukkan seorang raja ilahi tak datang dua kali.
Tetua Ketujuh tadi memang setia, dan
Adriel mungkin tidak enak hati untuk bicara duluan. Namun, kalau dia yang usul,
Adriel bisa langsung setuju.
Lagi pula, kalau dia sudah jadi
budak, maka dia harus jadi budak yang paling disayang! Dan kalau Tetua Ketujuh
tidak dibuat setara, rasanya tidak adil!
Namun, detik berikutnya, plak!
Adriel langsung menampar pipinya,
mata menatap tajam dan berkata, "Kamu mau bikin onar?"
"Aku cuma memikirkan Anda, meski
ditampar, aku tetap harus bicara!"
Namun kali ini, Tetua Kelima justru
bersikap tegar, penuh kesetiaan.
Tetua Ketujuh tertegun mendengar itu,
lalu cepat berkata, "Tuan, aku bersedia!"
"Nggak perlu."
Tatapan Adriel saat itu begitu
tenang, membuat Tetua Ketujuh terdiam, lalu berkata pelan, "Terima kasih
atas kepercayaan Tuan Suci. Tapi kalau boleh... "
"Aku bilang nggak perlu, berarti
nggak perlu. Jangan diulang."
Adriel menghela napas dan
menambahkan, "Di dunia ini, makin sedikit budak, makin baik. Tentu saja,
pengecualian buat orang seperti Tetua Kelima."
Tetua Kelima melongo, tak habis pikir
menatap Adriel.
"Kenapa mainnya tidak sesuai
skrip?"
"Aku sudah pasang muka jahat,
kamu tinggal ikuti saja... kenapa malah sok-sokan jadi pahlawan suci
segala?" gumamnya.
Sementara itu, Tetua Ketujuh masih
menatap Adriel, matanya agak kosong.
"Ada apa?" tanya Adriel
dengan alis sedikit mengernyit.
"Dulu Tabib Agung juga pernah
berkata begitu... " ucap Tetua Ketujuh perlahan, matanya menerawang,
"Katanya, kisah sang pembunuh naga yang berubah jadi naga itu akan terus
terulang. Semua pemberontakan cuma pergantian peran antara tuan dan budak.
Beliau ingin ciptakan dunia tanpa budak. Tapi beliau tahu, itu bukan tugas yang
bisa dia selesaikan... harus diserahkan pada orang setelahnya..."
Orang setelahnya.
Tak heran Tabib Agung memilihnya
sebagai murid. Yang dipilih bukan hanya bakat, tetapi juga latar belakang
hidup. Hidup yang penuh penindasan adalah bahan bakar terbaik untuk menumbuhkan
tekad.
"Tuan Suci, sekarang Kaisar
Ketiga sudah tewas. Pihak kerajaan pasti akan bereaksi. Sebaiknya kita kembali
ke markas dulu," ucap Tetua Kelima cepat-cepat.
Tetua Ketujuh juga tertegun sejenak,
lalu menoleh ke Adriel dan berkata, "Tuan, apa yang dia katakan masuk
akal. Kita bisa mundur dulu, lihat langkah kerajaan ... "
Namun, Adriel hanya menggeleng pelan
dan berkata, "Nggak. Kita nggak mundur."
Keduanya terdiam, dan Adriel menatap
luasnya tanah rahasia ini, lalu berkata tenang, "Semua yang nggak sempat
diselesaikan guruku... akan kuselesaikan sekarang."
"Jangan-jangan ... maksud
Anda... "
Tetua Kelima tercengang, suaranya
gemetar.
"Perang."
Adriel berkata datar, "Mulai
hari ini, kita perang habis-habisan melawan kerajaan!"
Gemuruh pun menggema.
Perang habis-habisan!
No comments: