Bab 418
Cakra mengernyitkan dahinya,
"Aku pikir kamu nggak ngerti?"
Dia berdiri, "Sebelumnya aku
pikir kamu masih sangat muda, Nindi sekarang aku bisa menunggu."
Cakra tidak ingin melihat kejadian
seperti hari ini terulang lagi.
Nindi tanpa sadar berkata, "Kamu
nggak perlu menungguku."
Setelah selesai berbicara, Nindi
merasakan wajahnya memanas.
Cakra melengkungkan bibirnya,
"Setidaknya tunggu sampai aku selesai berurusan dengan orang-orang di
luar."
Nindi menatap punggungnya saat dia
pergi dan mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya, merasa bahwa tindakannya
itu agak terlalu tiba-tiba.
Apa dia sedang bermimpi, atau belum
bangun?
Di luar bangsal, Cakra melirik tiga
orang di depannya, "Humas 'TG Group, 'kan?"
Wanita terkemuka itu mengangguk
dengan hormat, "Tuan Cakra, saya manajernya. Tadi ..."
"Mulai sekarang kamu punya dua
pilihan."
Wajah Cakra tanpa ekspresi, dan
matanya menatap mereka dengan dingin.
Dia berkata, "Pilihan pertama
adalah mengundurkan diri dan meninggalkan Kota Yunaria.
Ketiga orang itu berkata serempak,
"Kami pilih-pilihan kedua!"
Cakra menoleh ke arah wanita di
bangsal. Dia sedang duduk di tempat tidur, sambil menunduk bermain ponsel.
Dia melanjutkan, "Kalau begitu,
mulai hari ini kalian adalah tim PR-nya, sekaligus asisten pribadinya Kalian
bertanggung jawab atas segala urusannya."
Manajer itu tercengang. Apa ini
berarti mereka justru dipromosikan?
Mereka telah lama mendengar bahwa
Cakra menyukai seorang gadis di luar kantor dan rumornya mereka pernah
mengalami kecelakaan mobil bersama, tetapi berita itu selalu ditutup-tútupi.
Mungkinkah gadis ini orangnya?
Dilihat dari situasinya, dia mungkin
akan mertjadi calon Nyonya Muda Julian.
Apa ini yang disebut berkah dalam
musibah?
Cakra berurusan dengan tiga orang di
depannya, dia langsung menelepon Zovan, "Aku ingat bibimu adalah istri
dari bos media. Aku ingin memintanya melakukan sesuatu."
"Aku tahu apa yang ingin kamu
minta. Aku sudah memberi tahu bibiku. Kali ini, Brando pasti akan hancur tanpa
ada tempat untuk bangkit lagi. Tapi kenapa harus repot-repot? Bukannya mudah
berurusan dengan Brando?"
""Tapi itu bukan cara yang
diinginkan Nindi."
Cakra punya banyak cara untuk membuat
Brando hancur, tetapi cara itu tidak akan membuat Nindi senang.
Sejak kecil, segala sesuatu yang
diberikan keluarga Lesmana kepada Nindi, sangat menyiksa wanita itu.
Cakra tidak ingin melakukan itu, dia
ingin Nindi bisa menjalani hidup sesuai keinginannya.
Dia tidak akan terlalu banyak ikut
campur.
Zovan menghela napas, "Baiklah,
berhenti meceritakan kisah itu. Brando baru saja dibawa pergi sama manajernya
dengan helikopter karena terjebak macet, dia pasti sudah cukup menderita."
Zovan menatap langit malam.
Sepertinya dia akan sibuk.
Brando dikirim ke rumah sakit untuk
perawatan darurat. Situasi di luar gedung menjadi kacau, para wartawan
mengepung rumah sakit untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Nando datang ke rumah sakit meski
kondisi kesehatannya sedang menurun. Dia tiba tepat saat Brando didorong keluar
dari ruang operasi, bekas luka di wajahnya sangat jelas.
Nando tampak cemas, "Kenapa
lukanya sangat parah?"
Sanja menangis dan berkata, "Aku
juga nggak tahu. Saat aku tiba, semuanya sudah seperti ini."
Sania benar-benar menangis, karena
jika Brando cacat, kariernya juga akan hancur.
Di zaman sekarang, siapa yang tidak
bergantung pada fisik mereka untuk mencari nafkah?
Bagaimana Sania bisa membuat film di
masa mendatang?
Jika karier Brando hancur, apa yang
harus dia lakukan?
Nando kehilangan kesabarannya,
"Berhentilah menangis! Sebenarnya apa yang terjadi dengan siaran langsung
itu? Aku nggak percaya kalau kamu nggak tahu apa-apa."
Sekarang Nando tidak percaya apa yang
dikatakan Sanja.
Lagi pula, semakin Nindi terlibat,
semakin besar kemungkinan Sania berbohong.
Sania tergagap, "Aku benar-benar
nggak tahu. Kak Brando dan Nindi selalu bertengkar. Dia ingin membujuk Nindi
untuk mencabut gugatannya agar keluarga kita bisa utuh. Kurasa karena Nindi
menolak mereka pun bertengkar."
Nando terus bertanya, "Kamu
masih belum mengatakan yang sebenarnya. Brando nggak akan melakukan semua ini
tanpa alasan. Pasti ada alasannya."
Sania menyadari bahwa Darren telah
kembali, dia pun pura-pura terjatuh di lantai." Kakak Nando, aku
benar-benar nggak tahu."
Darren bergegas masuk ke bangsal dan
membantu Sania berdiri, "Nando, kenapa kamu menanyakan itu pada Sania?
Bukan dia yang melakukannya, tapi Nindi!"
"Kak Darren, kamu harus
adil."
"Aku bersikap realistis.
Bagaimana dengan Nindi? Dia benar-benar melakukan siaran langsung untuk
menghancurkan Kak Brando. Suruh dia datang ke sini sekarang juga!"
Darren merasa bahwa semua masalah ini
disebabkan oleh Nindi, "Leo sudah hancur, aku nggak bisa membiarkan
reputasi Brando dirusak oleh Nindi juga!"
No comments: