Bab 422
Nindi menerima kartu nama itu dengan
tatapan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Cakra akan tertindak secepat ini.
Ia berhasil merebut tim humas yang
sebelumnya berada dipihak kakak keempatnya, Brando.
Dengan ragu ia bertanya,
"Bukannya dulu kalian tim humasnya Kak Brando, ya? Terus, gimana dengan
dia sekarang?"
"Nona Nindi, jujur saja, saya
menerima kasus kakak keempatmu karena sudah disingkirkan dari perusahaan.
Makanya saya mendapat tugas yang sulit begini. Urusan dengan kakak keempatmu
kali ini terlalu rumit, jadi wajar saja kalau saya lebih memilih berpihak
padamu."
Mia berkata jujur padanya.
"Untuk saat ini, Anda tidak perlu menerima wawancara dari media mana pun.
Tunggu saja hasil penyelidikan pihak kepolisian. Begitu Anda keluar dari rumah
sakit, mungkin sudah mencapai tahap awal penyelidikan."
"Aku pikir juga begitu."
Nindi lantas menyimpan kontak Mia dan
berkata, " Tenang saja, aku juga nggak akan membuatmu rugi soal gaji dan
kompensasi."
Mia tertegun sejenak, tetapi ia tidak
membantah perkataan Nindi.
Pak Cakra jelas ingin merahasiakan
identitasnya, dan pihak terkait juga tidak berniat untuk mengungkapkannya
secara terbuka.
Setelah mengajukan permohonan cuti
dari kampus, Nindi mengirimkan pesan kepada Galuh untuk menenangkannya. Ia
berjanji akan memantau perkembangan tim setelah keluar dari rumah sakit.
Tak lama kemudian, Nando tiba di
depan kamar rawatnya.
Namun, tim humas mengadangnya. Mia
menatap Nando dan berkata, "Nona Nindi butuh istirahat, dia nggak ingin
bertemu siapa pun."
"Aku kakak keduanya."
"Saya tahu, tapi beliau menolak
bertemu dengan anggota keluarga Lesmana."
Saat ini, Mia bekerja sebagai tim
humas Nindi. Ia telah menyelidiki semua yang berkaitan dengan Nindi, termasuk
perlakuan tidak adil yang diterima wanita itu dari keluarga Lesmana.
Nando berdiri di depan pintu, menatap
lurus ke dalam kamar dan berkata, "Nindi, Kak Nando datang buat melihat
kondisimu. Aku tahu kali ini salah Brando, dan bukan salahmu."
Nando tahu betul bagaimana sifat
Brando.
Saat masih kecil, Brando sering
terlibat dalam perkelahian dan membuat masalah di sekolah, sehingga orang tua
mereka sering dipanggil oleh pihak sekolah.
Nindi tidak menoleh sedikit pun, ia
bahkan berpura-pura tidak mendengarnya.
la telah mengenal keluarga Lesmana
dengan sangat baik, sehingga tidak perlu lagi membuang waktu untuk mendengarkan
omong kosong dari mereka.
Melihat Nindi mengabaikannya, Mia
kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Nando. "Nindi pasti sudah
mendengarmu, tapi dia nggak mau peduli lagi. Kalau urusanmu sudah selesai,
silakan pergi dari sini."
Nando masih enggan meninggalkan
tempat itu. " Nindi, wajah Brando mungkin akan rusak. Kalau dia sudah
terdesak, dia bakalan berbuat nekat. Aku khawatir kalau kamu sendirian di rumah
sakit."
Mia mengangkat alisnya. "Pak,
ada kami bertiga di sini, kamu nggak melihatnya, ya?"
Nando menekan sudut bibirnya.
"Kalian siapa?"
"Kami adalah tim humas TG Grup,
dan sekarang bertanggung jawab mengenai segala hal yang berkaitan dengan Nona
Nindi, termasuk keselamatannya."
"Kalian cuma orang-orang yang bekerja
demi uang, mana bisa aku mempercayakan adikku pada kalian."
Cakra melangkah mendekat dan berkata,
"Kamu lupa, Nindi pernah terluka gara-gara keluarga Lesmana-mu itu? Kalian
itu cuma membawa malapetaka buat dia, memangnya kalian berhak bilang 'khawatir'?"
Seketika, kehadirannya membuat tim
humas yang beranggotakan tiga orang itu bersikap serius dan sangat fokus saat
berhadapan dengan bos mereka.
Wajah Nando yang tampak pucat pasi
memperlihatkan sebuah senyuman getir. "Aku tahu, kali ini berbeda, Brando
adalah orang yang bertidak sesuka hatinya."
Brando memiliki hubungan yang sangat
dekat dengan para gangster, sehingga Nando khawatir bahwa Brando akan
menggunakan pengaruhnya untuk menculik Nindi.
Brando sungguh bisa melakukan hal
seperti ini.
Dengan tatapan dingin, Cakra berkata,
"Kamu kira bisa bawa Nindi keluar dari rumah sakit ini? Kamu terlalu
berlebihan menilai orang-orang keluarga Lesmana."
Mendengar suara Cakra, Nindi bergegas
menuju pintu kamar rawatnya.
Ia berkata sembari menatap tajam ke
arah Nando. " Kamu pergi saja, berhubungan sama keluarga Lesmana cuma
membuat Nindi menderita!"
Nando menghampirinya dan menggenggam
pergelangan tangan Nindi. "Nindi, kali ini aku ada dipihakmu, aku... uhuk
uhuk uhuk."
Nando menutup mulutnya, seketika
darah segar mengalir keluar.
Ia menyeka bibirnya dengan lengan
bajunya, berbalik dengan panik, dan berkata, "A-aku pergi dulu."
Tangan Nindi terhenti di udara
sebelum perlahan ditarik kembali.
Namun, belum genap beberapa langkah,
Nando tiba-tiba jatuh pingsan dengan wajah pucat pasi.
No comments: