Bab 711
Cakra menoleh dan langsung melihat
keluarga Lesmana yang tiba-tiba muncul.
Nindi tersenyum dingin. "Mungkin
mereka datang karena mendengar ada acara di kampus. Mereka membawa Sania agar
bisa ikut serta dan menumpang popularitas."
"Sepertinya mereka iri kamu jadi
perwakilan perusahaan untuk berpidato, makanya mereka datang kemari untuk ikut
pamer."
Nindi merasa kata-kata Cakra sangat
masuk akal.
Mereka berdua kembali ke acara dan
melihat bahwa Darren sedang sibuk mengobrol dengan para eksekutif yang
diundang. Sania berdiri di samping, ikut berbicara dan membuat semua orang
merasa senang.
Kehadiran Nindi dan Cakra membuat
suasana menjadi sedikit hening.
Saat melihat Cakra, mata Sania
langsung berbinar penuh kekaguman. Andai saja dia tahu lebih awal siapa pria
ini, pasti sudah lama dia mendekatinya.
Tidak mungkin dia membiarkan Nindi
mendapatkannya begitu saja.
Ekspresi Darren juga tidak terlalu
bagus.
Sejak tahu pacar Nindi adalah pewaris
keluarga Julian, perasaannya campur aduk beberapa hari ini.
Dia diam-diam menyesal. Kalau saja
dia memperlakukan Nindi lebih baik dulu, apakah hubungan mereka tidak akan
seburuk ini?
Kalau saja keluarga Lesmana bisa
menjalin hubungan dengan keluarga Julian, dia tidak perlu menjadi menantu di
keluarga Ciptadi. Dia juga tidak perlu diremehkan dan dihina orang lain.
Darren juga sedikit kesal pada Nindi.
Gadis sialan ini tahu keluarga Lesmana sedang membutuhkan koneksi, tapi dia
tidak memberi tahu keluarganya tentang identitas Cakra. Benar-benar tidak tahu
terima kasih.
Sejak acara pameran sampel terakhir,
Cakra belum pernah bertemu dengan keluarga Lesmana lagi.
Saat ini, Sania berinisiatif
mendekati Nindi. "Kak Nindi, kenapa kamu nggak kasih tahu kami kalau kamu
jadi perwakilan perusahaan untuk berpidato? Kami 'kan bisa datang untuk
mendukungmu!"
"Mendukung? Kalian ini pesaing
Perusahaan kami, entah apa yang ingin kalian curi dari acara ini."
Kata-katanya langsung menusuk.
Mata Sania langsung berkaca-kaca.
"Kak Nindi, kamu terlalu curiga. Bagaimanapun juga kita ini keluarga.
Walaupun bersaing, kita tetap keluarga di luar bisnis."
Saat berbicara, Sania sengaja melirik
Cakra. "Kak Cakra, kami benar-benar ingin memperbaiki hubungan dengan Kak
Nindi."
Cakra menjawab dengan nada dingin,
"Itu bukan urusan kami!"
Maksudnya, keinginan mereka untuk
memperbaiki hubungan tidak ada hubungannya dengan Nindi.
Ekspresi Sania menjadi sedikit
canggung. "Kak Cakra, sepertinya kamu salah paham dengan kami."
"Kalian sendiri tahu
maksudnya."
Cakra membalas dengan datar.
Darren mendengus, lalu menoleh pada
rektor."
Sebenarnya, Sania sama berbakatnya
dengan Nindi. Hanya saja, dia lebih rendah hati. Jadi nggak banyak orang yang
tahu. Saya membawanya ke kampus hari ini agar dia bisa menjadi panutan bagi
mahasiswa lain."
Rektor itu kemudian tersenyum.
"Oh, itu ide bagus! Kalau saja saya tahu lebih awal, saya pasti akan
mempersiapkan Sania untuk berpidato juga. Mereka berdua bersaudara. Kalau ini
tersebar, pasti akan menjadi berita yang baik."
Tentu saja rektor tersebut sangat
senang.
Dia bahkan berencana mengadakan
seminar khusus untuk keluarga Lesmana.
Namun, Cakra tiba-tiba berkata,
"Pak Rektor, apa Anda nggak tahu tentang insiden dalam acara pameran
sampel beberapa waktu lalu? keluarga Lesmana dicurigai melakukan plagiarisme.
Meskipun mereka berhasil menutupinya, jika suatu hari nanti terbongkar,
bukankah itu akan mencoreng nama baik universitas?"
Setelah mendengarnya, ekspresi rektor
tersebut langsung membeku.
Benarkah ada kejadian seperti itu?
Dia harus menyelidikinya nanti.
Darren menatap Cakra dengan dingin.
"Masalah itu sudah selesai. Bukankah nggak pantas membicarakannya lagi,
Pak Cakra?"
"Kamu pikir masalah itu sudah
selesai, ya? Aku bisa membuat kalian hancur kapan saja!"
Nada suara Cakra sangat arogan.
Semua orang yang hadir langsung diam.
Tidak ada yang berani mengatakan apa pun.
Darren mengertakkan giginya, wajahnya
memucat karena marah. Dia tahu bahwa dia memang ceroboh di acara waktu itu,
sehingga meninggalkan celah yang bisa dimanfaatkan Cakra.
Sialan!
Rektor itu menyadari bahwa Cakra
tidak akur dengan keluarga Lesmana, sepertinya mereka bersaing dalam bisnis.
Namun, dia tidak bisa menyinggung Cakra hanya karena keluarga Lesmana.
No comments: