Bab 419
Nando tersenyum getir. "Dia
sudah dilarikan ke rumah sakit buat dapat pertolongan darurat."
Nada suara Darren pun melemah,
ekspresinya tampak sedikit canggung. "Loh, dia juga terluka?"
"Kak, kamu 'kan tahu sendiri
gimana sifat Brando. Kalau dia sampai main tangan, mana mungkin Nindi baik-baik
saja, 'kan?"
Nando sangat marah, dan berkata,
"Kak, dari tadi kayaknya kamu nggak ada tuh peduli sama kondisi Nindi. Dia
juga adik kandung kita loh!"
Apalagi, siaran langsung secara jelas
menunjukkan bahwa Brando-lah yang menyulut perdebatan di antara mereka.
Darren segera menjelaskan.
"Tapi, Nindi juga nggak kalah jago tuh, siapa yang menang 'kan juga masih
belum pasti."
Sania berkata, "Kak, Kak Nindi
'kan cuma luka ringan, justru Kak Brando yang terluka parah. Wajahnya bahkan
rusak. Nanti karirnya gimana?"
"Rusak?"
Darren tidak menyangka bahwa wajah
adik keempatnya akan rusak separah itu.
Dalam industri hiburan, penampilan
fisik adalah segalanya. Begitu wajahnya rusak, kariernya pun akan terancam
hancur, 1
Ketika mendekati Brando yang tak
sadarkan diri, Darren tertegun melihat bekas luka di wajahnya.
Ia menatap Nando dengan marah.
"Kamu nggak lihat bekas luka di wajah Brando? Kenapa masih belain
Nindi?"
"Kak, aku sudah lihat luka
Brando, tapi aku yakin kalau Nindi nggak ada hubungannya sama masalah
ini."
"Siaran langsung seheboh itu,
mana mungkin nggak ada hubungannya sama Nindi sih?"
Dengan nada lemah Nando menjawab,
"Tapi, yang mulai semua ini juga dia sendiri, 'kan? Uhuk uhuk uhuk."
Nando berbicara dengan menggebu -
gebu hingga akhirnya terbatuk-batuk..
Meskipun marah, Darren memilih untuk
menghentikan berdebat dengan Nando. Ia menebak, Nindi adalah dalang di balik
perubahan sikap adik-adiknya itu.
Saat itu, Polisi masuk ke dalam
ruangan, dan bertanya, "Pak Brando masih belum sadar? Kami perlu
keterangan dari beliau nanti."
Darren mengernyitkan alisnya.
"Brando nggak bersalah. Siaran langsung itu memang sengaja dibuat oleh
Nindi buat menghancurkan adikku."
"Pak, kami akan menyelidiki
sendiri kebenarannya."
"Kalian nggak lihat adik saya
terluka parah begini? Nindi 'kan cuma luka ringan, apa belum jelas siapa yang
terluka lebih parah, ya?"
Darren benar-benar tersulut emosi.
"Dari penyelidikan yang kami
dapatkan, Pak Brando jatuh ke lubang di area konstruksi saat mencoba kabur dan
akhirnya terluka. Hal itu nggak ada kaitannya dengan korban, Nindi."
Setelah Polisi selesai menjelaskan,
Darren berkata dengan tidak percaya, "Jadi, ini sama sekali nggak ada
hubungannya sama Nindi?"
Namun, yang Sania katakan padanya
justru sebaliknya.
Darren mengalihkan pandangannya pada
Sania. Sania yang menyadari hal itu bergegas menjelaskan, "Kak, waktu itu
gelap banget, aku juga nggak tahu persis gimana Kak Brando bisa luka separah
itu."
Nando mendengus kesal. "Kak,
Sania sudah sering bohong, masa kamu langsung percaya gitu saja sih sama
ucapannya. Kamu malah nggak percaya sama Nindi, adik kandung kita sendiri. Apa
kamu nggak merasa mengecewakan orang tua kita?"
"Bagian mana aku mengecewakan
orang tua kita? Dulu, waktu keluarga kita jatuh miskin, aku yang banting tulang
buat menghidupi kalian semua."
Darren sedikit kehilangan kendali
emosinya.
Sania turut menjelaskan, "Kak
Nando, aku juga nggak ada di sana waktu kejadian. Aku baru tahu setelah polisi
datang. Begitu Kak Brando dibawa keluar dalam kondisi begitu, aku jadi salah
paham dan mengira ini ada hubungannya sama Nindi."
Nando bertanya dengan nada mendesak,
"Kamu sendiri nggak lihat kejadiannya, tapi kenapa malah ngomong sesuatu
yang bisa bikin Kak Darren salah paham, dan mengira kalau Nindi menyakiti
Brando sih?"
Sania yang terlihat gelisah sedikit
melangkah mundur, dan berusaha menyangkal. "Nggak begitu."
"Sania, tiap kali ada masalah,
kamu selalu memutarbalikkan fakta dan memfitnah Nindi. Kalau keluarga Lesmana
sampai hancur begini, itu semua karena kamu selalu mengadu domba kami!
Seharusnya dulu kami nggak pernah
bawa kamu masuk ke keluarga kami!"
Nando semakin marah saat ia
berbicara.
Darren segera berdiri di depan Sania
dan melindunginya. "Nando, kamu keterlaluan. Ayah Sania meninggal demi
menyelamatkan orang tua kita, jadi sudah seharusnya kita bertanggung jawab buat
merawatnya."
"Iya, makanya dulu aku baik
banget sama Sania. Tapi nyatanya apa, dia malah nggak tahu terima kasih tuh!
No comments: