Bab 52
Emilia berkata, "Edward, Pil
Mujarab ini terlalu berharga. Lebih baik kamu simpan kembali saja."
Edward tersenyum lebar. "Emilia,
berdasarkan perasaanku padamu, jangankan Pil Mujarab kecil ini, bahkan sepuluh
pil pun bukanlah apa-apa."
"Lagi pula, aku juga ingin
berbakti sama Kakek. Kesehatan Kakek memang nggak terlalu baik. Setelah minum
ini, aku yakin dia pasti akan lebih sehat."
Anggota Keluarga Sebastian langsung
tersenyum kegirangan. Menantu kaya ini benar-benar jago berbicara!
Tamara berkata kepada Tuan Besar
Arga, "Ayah, lihatlah cucu menantumu ini. Bukankah dia sangat hebat dan
bisa diandalkan?"
Ken juga ikut menyanjungnya.
"Hanya pria seperti Kak Edward yang layak menjadi kakak iparku. Dia
benar-benar sempurna."
Tiba-tiba, suara samar bergema di
antara kerumunan anggota Keluarga Sebastian yang tengah berkumpul.
"Ini bukan Pil Mujarab.
Sebaiknya jangan diberikan kepada Kakek!"
Apa?
Semua orang tercengang.
Mendengar itu, Tamara langsung
mengamuk. "Nathan, apa yang keluar dari mulutmu hanyalah kata-kata buruk?
Kalau ini bukan Pil Mujarab, apa lagi namanya?"
Ken tersenyum sinis. "Kamu
cemburu karena Kak Edward diterima oleh semua orang dan barang yang dia berikan
semuanya mewah-mewah, 'kan?"
Tuan Besar Aswin termasuk orang yang
sangat berpengalaman. Dia pun berkata, "Nathan, ini memang Pil Mujarab. Aroma
ini nggak mungkin salah."
Nathan perlahan berkata, "Aku
cukup paham dengan formula dan proses produksi Pil Mujarab. Ini hanyalah pil
tonik biasa yang meniru aroma Pil Giok, tapi khasiatnya jauh berbeda dari Pil
Mujarab!"
Nathan berbaik hati memberi nasihat
kepada anggota Keluarga Sebastian, tetapi yang dia dapatkan sebagai balasannya
hanyalah tawa mengejek.
"Hahaha. Lucu sekali. Katanya
dia tahu formula Pil Mujarab? Dia juga tahu proses produksinya. Apa yang
dimimpikan dokter kecil sepertimu?"
"Kamu bilang kamu tahu resep
rahasia pendeta tua dari Gunung Grima? Nathan, meski ingin pamer, kamu juga
nggak perlu bermuka tebal seperti itu!"
"Dia hanya orang bego yang bisa
sembarangan ngawur. Pria iniskin sepertinya masih berani memimpikan hal yang
mustahil didapatkan!"
Perkataan Ken dan Tamara sangat
kasar, penuh dengan penghinaan dan ledekan terhadap Nathan.
Emilia mengerutkan kening dan
berkata, "Nathan, meski kamu seorang dokter, kamu paling hanya mengerti
sedikit ilmu obat-obatan."
"Tapi Pil Mujarab merupakan
resep rahasia dari Gunung Grima. Kamu bilang kamu mengetahuinya. Bukankah itu
terlalu dibuat-buat? Selain itu, Tuan Besar Aswin termasuk orang yang
berpengalaman. Beliau sudah memastikan pil itu asli, jadi kamu pasti telah
melakukan kesalahan!"
Edward yang sedari tadi hanya
menonton pun berkata sambil tersenyum, "Nathan bilang Pil Mujarab-ku
palsu, 'kan? Kalau begitu aku mau tanya, bagaimana bisa dikatakan palsu?"
Nathan berkata dengan tenang,
"Barang palsu ya palsu. Buat apa dijelaskan panjang lebar lagi?"
Edward berpura-pura tersenyum tak
berdaya. "Nathan, mungkin ada kesalahpahaman di antara kita."
"Mungkin kamu nggak senang
melihat Emilia dan aku bersama, jadi kamu sengaja mempersulitku. Asal kamu tahu
saja, aku pergi ke Gunung Grima sendiri, menghabiskan sejumlah besar uang, dan
menggunakan koneksiku untuk mendapatkan Pil Mujarab dengan susah payah."
"Niat hatiku yang begitu tulus
dihina oleh Nathan begitu saja. Terus terang saja, apa menurutmu, ucapanmu
nggak terlalu berlebihan, Nathan?"
Kata-kata itu seketika membangkitkan
simpati dari anggota Keluarga Sebastian. Mereka semua menatap Nathan dan
beranggapan bahwa sifat asli pria itu benar-benar buruk sekali.
Tamara mengumpat, "Nathan, dasar
bajingan. Kalau kamu masih omong kosong, enyahlah dari sini sekarang
juga."
Emilia juga berkata dengan nada
dingin, "Nathan, sudah cukup."
"Nggak masalah orang nggak punya
kemampuan, tapi kalau dia bahkan nggak bisa menerima kebaikan orang lain, maka
orang seperti itu hanya akan dipandang rendah oleh orang lain seumur
hidupnya."
Ken mendengus dingin. "Kak
Emilia, Kak Edward, buat apa repot-repot menghadapi pecundang ini? Anggap saja
kata-katanya sebagai omong kosong."
No comments: