Bab 53
Edward diam-diam tersenyum sinis dan
bergumam dalam hatinya, 'Pecundang ini masih ingin bersaing denganku untuk
mendapatkan hati Emilia. Dia benar-benar sudah bosan hidup.'
"Emilia, bagaimanapun juga,
pengalaman Nathan terbatas. Jadi, maklum saja dia nggak membedakan mana yang
benar dan mana yang salah."
"Tapi niat hatinya memang baik.
Toh dia melakukan semua ini demi Kakek. Jadi semuanya, jangan mempersulitnya
lagi."
Melihat Edward masih membela Nathan
dan membantu pria itu berbicara, yang lainnya diam-diam menggumam dalam hati
mereka.
Putra sulung Keluarga Halim ini membalas
kejahatan dengan kebaikan. Dia benar-benar seorang pria sejati!
Tamara berkata sambil tersenyum,
"Ayah, cepatlah minum Pil Mujarab ini. Barang bagus seperti ini sangat
sulit ditemukan!"
Edward berkata, "Benar. Saat aku
meminta Pil Mujarab ini, pendeta tua itu juga berpesan padaku. Setelah Pil
Mujarab dibuka, harus dikonsumsi secepat mungkin. Kalau nggak, khasiatnya akan
berkurang."
Tuan Besar Arga juga langsung
tergoda. Bohong jika mengatakan dia tidak tergiur oleh barang bagus seperti
itu.
"Kakek nggak boleh minum pil
tonik ini. Mengingat kondisi fisik Anda, kalau meminumnya, hanya akan berdampak
buruk pada tubuh Anda!"
Nathan masih berbaik hati memberi
nasihat pada Tuan Besar Arga.
Keluarga Sebastian berpikiran sempit
dan menganggap pil yang dibawa Edward sebagai barang berharga. Namun, Nathan
tahu bahwa Pil Mujarab itu hanya akan membahayakan tubuh Tuan Besar Arga.
"Sudahlah, Nathan. Kalau kamu
memang berpikiran sempit dan nggak suka melihat orang lain senang, silakan
tinggalkan tempat ini."
Kali ini, Emilia memukul meja dan
mengamuk.
Perilaku Nathan yang terus-menerus
membuat masalah itu telah membuat Emilia geram.
Nathan menatapnya dan berkata dengan
serius, "Kamu seharusnya tahu kalau aku seorang dokter, 'kan?"
"Kakek perlu minum obat itu atau
nggak, seharusnya aku yang lebih tahu daripada kalian, 'kan?"
Tamara berkata dengan nada menghina,
"Berdasarkan keterampilan medismu yang sedikit itu, kamu masih ingin unjuk
gigi di sini. Enyahlah secepatnya."
Edward berkata dengan percaya diri,
"Nathan, meski kamu seorang dokter, biasanya juga hanya mengobati penyakit
untum seperti flu dan demam, 'kan?"
"Pil Mujarab ini merupakan
barang berharga, ramuan ajait dalam ajaran Tao. Mungkin kamu nggak suka dengar
kata-kataku selanjutnya, tapi levelmu masih jauh tertinggal di belakang!"
Ken sudah tidak sabar lagi. Dia
mengambil Pil Mujarab itu dan memasukkannya ke dalam mulut kakeknya.
"Kakek, ini niat hatinya Kak
Edward. Semoga Kakek panjang umur!"
Semua anggota Keluarga Sebastian
segera mengikuti dan berkata, "Semoga Tuan Besar Arga panjang umur!"
"Panjang umur dan diberkahi
keberuntungan!"
"Semoga diberi umur panjang dan
hidup berbahagia!"
Bahkan Emilia pun tersenyum dalam
suasana penuh kegembiraan ini.
Kemunculan Edward telah membawa
perubahan baru bagi Keluarga Sebastian. Tampaknya pilihannya kali ini benar!
"Nathan, kamu lihat. Kakek sudah
minum pil itu, bukankah dia baik-baik saja?"
"Ya, Pil Mujarab ini benar-benar
hebat. Khasiatnya sangat ajaib. Wajah Tuan Besar Arga langsung segar kembali."
"Di saat aku berusia tujuh puluh
tahun nanti, aku berharap anak cucuku juga bisa mendapatkan barang berharga
seperti ini. Dengan begitu, aku juga termasuk orang yang paling menikmati
berkah di dunia ini!"
Anggota Keluarga Sebastian
mengelilingi Tuan Besar Arga dan mengungkapkan perasaan mereka satu per satu.
Sayangnya, tak ada seorang pun yang
menyadari perubahan kondisi Tuan Besar Arga. Wajahnya memerah, tubuhnya
gemetar, dan beliau juga mulai kesulitan bernapas.
Tiba-tiba, ada darah yang mengalir
keluar dari hidung Tuan Besar Arga.
Bukan hanya itu saja, darah juga
mengalir keluar dari matanya dan bahkan telinganya.
Yang pertama menyadari hal itu adalah
Emilia. Ekspresi wajahnya berubah karena terkejut. "Kakek, ada apa
denganmu?"
"Astaga. Mata, hidung, dan mulut
Tuan Besar Arga berdarah. Ini, ini...."
"Gawat! Pasti ada yang salah
dengan Pil Mujarab itu!"
Keluarga Sebastian yang tadinya
dilanda kegembiraan kini langsung berubah menjadi kacau. Semuanya mulai
meratap. 2
Tamara tercengang dan berkata,
"Bagaimana ini bisa terjadi? Apa ... ini benar-benar karena Pil Mujarab
itu bermasalah?"
No comments: