Bab 191
Begitu kata-kata ini dilontarkan,
Keluarga Halim langsung terdiam.
Edward berkata dengan nada tidak
percaya, "Regina, Klub Balavan juga termasuk aset yang sangat berharga.
Sekalipun suka sama pria ini, kamu juga nggak perlu menghamburkan uang seperti
itu, 'kan?"
Regina tersenyum. "Yang penting
aku suka!"
Thomas langsung menegurnya.
"Regina, sebagai pamanmu, aku merasa perlu untuk mengingatkanmu."
"Kamu boleh bermain-main, tapi
kalau ayahmu, kepala Keluarga Suteja, tahu kamu beli Klub Balavan untuk bocah
ini, dia pasti akan menyalahkanmu."
Regina berkata dengan cuek,
"Paman, kamu hanya perlu jual saja. Mengenai aku bagaimana membelinya dan
untuk apa aku membelinya, itu urusanku sendiri."
Ditolak berkali-kali, Thomas pun
hanya mendengus dingin. "Ya sudah kalau kamu nggak mau dengar nasihatku.
Harganya 1,6 triliun, sama seperti sebelumnya. Nggak boleh kurang sedikit
pun."
Nathan buru-buru berkata, "Nona
Regina, harganya nggak berkurang. Ayo kita pergi. Buat apa menghabiskan 1,6
triliun untuk membeli klub seperti itu?"
Regina mengangguk dan berkata,
"Baiklah, aku dengar kamu saja."
Begitu melihat anggota Keluarga
Suteja bersiap pergi.
Thomas sangat emosi. Pemuda bernama
Nathan ini telah merusak rencananya. Dia memang pantas mati.
Ekspresi wajah Edward langsung
berubah. Dia terus memberi isyarat kepada Thomas agar ayahnya tidak membiarkan
anggota Keluarga Suteja pergi begitu saja.
"Regina, tunggu sebentar. Kita
bisa negosiasikan harganya."
Thomas tidak punya pilihan lagi. Dia
terpaksa harus berkompromi.
Kondisi keuangan yang dimiliki
Keluarga Halim saat ini memang buruk.
Mereka harus menerima beberapa ratus
miliar secepatnya untuk menstabilkan situasi.
Ditambah lagi dengan beberapa
tindakan bodoh yang dilakukan oleh Edward, putra tak berguna, situasi Keluarga
Halim kini bertambah buruk.
Regina menghentikan langkahnya dan
menatap Thomas. "Paman, aku hanya bisa bayar paling tinggi 400
miliar!"
Thomas mengerutkan kening dan
berkata, "Regina, apa kamu nggak merasa harga yang kamu berikan itu
terlihat nggak tulus?"
"Aku juga nggak mau buang-buang
waktu lagi. Satu triliun. Sepakat?"
Regina menggelengkan kepalanya dan
berkata, "400 miliar, nggak bisa lebih lagi. Paman, kalau nggak, kamu bisa
cari keluarga lain atau pengusaha kaya lain untuk mengambil alih!"
Wajah Thomas berubah muram.
Jika pengusaha kaya atau keluarga
bangsawan lain mampu mengambil alih, dia pasti sudah menjualnya dari awal.
Mengapa dia harus menunggu sampai sekarang?
Keluarga Halim tidak puas dengan
harga yang ditawarkan perusahaan lain. Itu sebabnya, mereka datang mencari
Keluarga Suteja.
Namun siapa sangka, mereka juga tidak
berhasil memeras Keluarga Suteja.
"Regina, bukankah kamu ingin
membeli klub ini sebagai hadiah untuk Dokter Nathan yang kamu cintai?"
Thomas tiba-tiba mendapat ide dan
berkata sambil tersenyum, "Bukankah 400 miliar kedengarannya nggak tulus?
Asalkan kamu sepakat untuk membayar satu triliun, kami akan merenovasi klub dan
membuatnya tampak lebih megah."
"Selain itu, para VIP dan
anggota Klub Balavan sebelumnya akan diserahkan Keluarga Halim pada Dokter
Nathan. Setelah dia mengambil alih, bisnis Klub Balavan bukan hanya nggak akan
berubah, tapi juga akan makin meningkat."
Regina mengerutkan kening. Thomas
terlalu gigih.
Saat ini, Nathan berkata dengan nada
datar, "Aku nggak butuh anggota dan para VIP Klub Balavan."
"Menurutku, 400 miliar yang
ditawarkan Nona Regina sudah terlalu tinggi. Seharusnya 300 miliar sudah cukup.
Ekspresi muram di wajah Thomas
langsung berubah gelap.
Edward langsung menghentak-hentakkan
kakinya dan berteriak, "300 miliar? Nathan, apa kamu kira harga yang kamu
tawarkan itu masuk akal?”
No comments: