Bab 164
Perkataan Nathan seketika membuat
suasana hati Keluarga Sebastian dan Edward berubah.
Khususnya Edward. Ekspresinya tampak
muram. Dia pun berkata, "Aku sudah bilang tadi. Saat Emilia ditangkap, aku
langsung pergi mencari koneksi dan bantuan. Aku sangat sibuk."
"Nathan, kamu terus mencari-cari
kesalahanku. Apa itu menyenangkan?"
Nathan berkata sambil menyeringai,
"Meski Tuan Edward pergi mencari bantuan, kamu juga masih bisa mengangkat
telepon, 'kan?"
"Atau masalah Tuan Edward
mencari bantuan itu palsu? Meski kamu tahu Emilia dalam bahaya, kamu takut pada
Waldi, jadi kamu hanya bisa berpura-pura mati dan berpura-pura nggak
tahu?"
Kali ini, ekspresi wajah Edward
langsung berubah gelap.
Lantaran yang dikatakan Nathan memang
benar.
Saat itu, Waldi bukan hanya tidak
memberinya muka, tetapi malah mengejeknya dengan kasar. Edward sangat emosi.
Selanjutnya, dia juga tidak bisa
berbuat apa-apa lagi.
Dia berutang ratusan miliar pada
Waldi, jadi dia tidak punya nyali untuk pergi dan menuntut penjelasan. Bahkan,
saat bertemu dengan Waldi, dia masih harus tetap bersikap hati-hati.
"Nathan, kamu hanya seorang
dokter biasa. Memandang dari wajah Emilia, aku juga nggak akan perhitungan
denganmu."
"Hanya saja, kamu mungkin hanya
bisa melihat kekuatan Keluarga Halim kami dari sudut pandang yang sempit. Tapi
itu nggak berarti orang lain nggak mengetahuinya. Mereka yang mengerti akan
mengerti!"
Meski Edward sangat membenci Nathan,
dia masih memperlihatkan ekspresi cuek, seolah-olah dia tidak ingin berdebat
dengan Nathan. Keluarga Halim tetap harus mempertahankan sikap yang tak
tergoyahkan.
Nathan berkata dengan nada
meremehkan, "Emilia bodoh, tapi bukan berarti siapa pun bisa tertipu oleh
omong kosongmu. Aku nggak tahu seperti apa Keluarga Halim-mu, tapi sejauh yang
aku tahu, di hadapan Waldi, Tuan Edward bahkan nggak akan berani mengucapkan
sepatah kata pun!"
Kata-kata kejam Nathan seketika
membuat ekspresi wajah anggota Keluarga Sebastian berubah drastis.
Tamara sangat marah dan berkata,
"Nathan, kalau kamu nggak pandai bicara, tolong diam saja. Orang hina
nggak mungkin mengucapkan kata-kata yang baik. Siapa yang bilang padamu, Tuan
Edward nggak berani mengucapkan sepatah kata pun di hadapan Waldi?"
Nathan tersenyum dan berkata,
"Jadi, maksudmu dia melawan Waldi?"
Tamara berteriak, "Kenapa nggak?
Kalau kamu hebat, hidupkan kembali Waldi si bajingan itu. Kemudian lihat apa
Edward kami berani melawannya atau nggak."
Ken ikut menimpali. "Benar,
kakak iparku bisa membunuh Waldi dengan mudah."
"Jangankan melawan, kalaupun
Waldi bisa bertahan satu ronde, aku pasti akan bersujud padanya."
Kelakuan berlebihan dan kebodohan
pasangan ibu anak ini membuat Keluarga Sebastian sangat malu.
Semua orang tahu Emilia adalah gadis
berbakat dari Keluarga Sebastian. Selain punya bakat, gadis itu juga punya
kecantikan yang luar biasa.
Sayangnya, ibu dan adiknya CEO Grup
Sebastian itu bego sekali.
Wajah Edward berkedut. Dia kemudian
tertawa canggung. "Bibi, Ken, aku juga nggak sehebat yang kalian
katakan."
Jika bukan karena Emilia, Edward
sangatlah membenci Tamara dan putranya.
Sialan. Keduanya memang bego. Mereka
bahkan tidak sadar telah dipancing oleh Nathan.
Emilia mengerutkan kening dan
berkata, "Kamu pikir membicarakan hal-hal rendah seperti ini sangat
menarik?"
"Nathan, Waldi, jangan berdebat
lagi. Aku nggak peduli siapa yang membunuh Waldi. Lagi pula, dia sudah menerima
balasannya."
Edward tersenyum dan berkata,
"Emilia dan aku punya pemikiran yang sama. Meski Keluarga Halim kami
berperan dalam menyingkirkan Waldi, aku juga nggak berniat mengungkapkannya
dari awal. Karena itu hanya akan membuatku terlihat haus ketenaran. Nggak
menarik sama sekali."
"Kakak iparku adalah pria yang
bermoral tinggi. Dia adalah sosok yang patut aku teladani," seru Ken.
Tamara tersenyum dan berkata,
"Karakter Tuan Edward kami benar-benar sempurna. Dia juga sangat rendah
hati. Aku sangat kagum dengan kepribadiannya."
No comments: