Bab 163
Setelah ragu sejenak, Emilia pun
membuka mulut.
Putra sulung Keluarga Halim merasa
hatinya seakan tertusuk. Dia memaksakan senyuman. "Emilia, lihat apa yang
kamu katakan. Di antara kita apa masih ada yang namanya leluasa atau
nggak."
"Tanyakan saja apa yang kamu
tanyakan. Aku pasti akan menjawabnya dengan sepenuh hati."
Nathan yang berada di samping tak
kuasa menahan senyum sinis.
Tampaknya Emilia telah menemukan
kelemahan putra sulung Keluarga Halim ini.
Namun, Nathan tidak peduli dengan
masalah ini.
"Saat Waldi menangkapku hari itu,
dia bilang kamu berutang ratusan miliar padanya. Edward, apa hal ini
benar?" tanya Emilia.
Edward dengan tegas menyangkal.
"Mana mungkin. Sudah pasti nggak benar."
"Terus terang saja, Waldi
hanyalah orang biasa. Sebagai anggota Keluarga Halim dan talenta muda kelas
atas di Beluno, jangankan berutang padanya, bahkan berbicara dengannya saja
membuatku malu."
Tamara tersenyum dan berkata,
"Emilia, apa yang kamu pikirkan? Keluarga Halim termasuk keluarga kaya.
Edward terlahir dengan sendok perak. Hanya orang lain yang akan berutang
padanya. Mana mungkin dia bisa berutang pada orang lain?"
Anggota Keluarga Sebastian yang lain
pun ikut menimpali. "Benar, Bu Emilia. Tuan Edward berasal dari keluarga
bangsawan. Berdasarkan kekayaan yang dimiliki Keluarga Halim, nggak akan habis
digunakan bahkan untuk beberapa generasi."
"Benar, semua orang tahu
keluarga terpandang di Beluno pasti kaya. Apalagi, Keluarga Halim sangat kaya,
jadi mana mungkin mereka berutang pada orang lain?"
Setelah mendengar perkataan semua orang,
Emilia juga merasa Waldi pasti hanya omong kosong hari itu.
Bagi tuan muda seperti Edward yang
berasal dari keluarga kaya, dengan sumber daya dan properti keluarga yang tak
terhitung jumlahnya, uang bukanlah masalah besar bagi mereka.
"Memang begitu, tapi Edward,
sebaiknya kamu berhati-hati. Waldi, si penguasa bawah tanah, kemungkinan besar
mengincarmu," ucap Emilia memperingatkannya.
Edward melambaikan tangannya dan
berkata dengan dingin, "Penguasa bawah tanah Hessen sepertinya masih nggak
berhak melawanku."
"Selain itu, Emilia, kamu
mungkin belum tahu. Hessen dan Waldi sudah tersingkirkan."
Apa?
Kali ini, Emilia yang terkejut.
"Waldi tersingkirkan? Siapa yang punya kekuatan seperti itu?"
Dia sudah melihat kekuatan Penguasa
Hessen itu dengan mata kepalanya sendiri. Memang benar, Waldi tidak
terkalahkan.
Tamara berkata dengan bangga,
"Siapa lagi yang bisa melakukannya? Tentu saja itu berkat Edward."
"Emilia, kamu masih belum tahu,
'kan? Saat Edward tahu kamu dibawa pergi oleh Waldi, dia sangat marah dan
langsung menggunakan koneksi Keluarga Halim untuk menyelamatkan wanita yang
dicintainya."
"Pada akhirnya, bahkan orang
paling kaya di Beluno juga
mengambil tindakan. Saat Waldi tahu
kepalanya akan
dipenggal, dia langsung berlutut dan
memohon ampun
pada Keluarga Halim. Tapi Edward sama
sekali nggak
memberinya kesempatan dan langsung
menjatuhkan
hukuman mati padanya."
Tamara menggambarkan kejadian itu
dengan jelas, seolah-olah dia hadir saat Waldi terbunuh.
Dia mendeskripsikan putra sulung Keluarga
Halim sebagai dewa yang luar biasa.
Emilia tidak begitu percaya dan
berkata, "Bu, apa sungguh seperti itu? Ibu nggak mengada-ada, 'kan?"
Tamara berkata dengan nada tidak
senang, "Kenapa aku harus mengada-ada? Edward sendiri yang menceritakan
semua hal ini pada kami. Bukan hanya aku yang tahu, tapi adikmu dan seluruh
Keluarga Sebastian juga dengar.
Ken merasa bangga dan tertawa
terbahak-bahak. "Benar sekali, Kak. Aku mohon pada kakak iparku agar
menceritakan semua ini padaku. Keluarga Halim benar-benar luar biasa."
Salah satu gadis dari Keluarga
Sebastian berkata dengan kagum, "Tuan Edward benar-benar pria berbakat dan
menjanjikan. Sama seperti tokoh utama pria dalam serial TV. Dia bisa
mengalahkan Waldi dengan mudah."
"Kak Emilia, aku sungguh iri
padamu karena menemukan pria hebat seperti Tuan Edward!"
Saat ini, Nathan tiba-tiba angkat
bicara. "Tuan Edward sangat hebat. Mengapa aku dengar saat Emilia dalam
bahaya, dia sempat meneleponmu beberapa kali, tapi nggak ada yang
menjawab?"
"Tuan Edward, jangan-jangan kamu
pengecut dan bersembunyi sambil gemetar ketakutan?"
No comments: