Bab 44
Kelvin mengulurkan tangannya, lalu
bergerak menuju gelas berisi air di depanya dengan gemetar.
Tepat di saat menyentuh gelas,
tangannya kembali ditarik, seakan-akan terbakar oleh api.
Nathan menatap pria itu sambil
tersenyum penuh arti.
Kalau dia tidak salah, manajer umum
inilah yang berteriak paling keras dan paling intens saat menyatakan
kesetiaannya barusan.
Namun, saat ini dia begitu ragu dan
enggan mengambil tindakan!
Seorang eksekutif mendesaknya.
"Kelvin, mengapa kamu begitu ragu?"
"Semua orang sudah minum. Yang
tersisa hanya kamu."
Eksekutif lainnya juga mengerutkan
kening dan berkata, "Semua orang baik-baik saja. Kamu pengecut. Ambil saja
gelas itu dan teguk habis. Tunjukkan pada semua kalau kamu seorang pria
sejati!"
Saat mendengar itu, tubuh Kelvin
bertambah gemetar.
Dilihat dari penampilannya, pria
besar dan kuat itu sudah hampir menangis.
Selanjutnya, Nathan tersenyum dan
berkata, "Pak Liam, sepertinya kamu belum menghabiskan airmu?"
Liam mendengus dingin. "Aku
wakil CEO Grup Suteja. Sebagai anggota Keluarga Suteja, seharusnya aku nggak
perlu ikut dalam permainan membosankan seperti ini, ' kan?"
Nathan berkata, "Oh, jadi kamu
nggak berani minum? Kalau begitu, pelakunya adalah kamu!"
Liam sangat marah. "Jangan
sembarangan memfitnahku.
11
"Lalu, kenapa kamu nggak
minum?"
"Aku nggak mau minum, memangnya
nggak boleh?"
Nathan tertawa dan berkata,
"Nggak apa-apa. Kita hanya perlu menghabiskan waktu enam atau tujuh jam
lagi. Di saat Pak Liam haus nanti, dia pasti akan meminumnya!"
Pft!
Regina dan Tiara tak kuasa menahan
tawa lagi.
Tak disangka, Dokter Nathan yang
biasanya lembut dan sopan, punya sisi menyebalkan seperti itu.
Liam menyilangkan lengannya dan
menyeringai. "Aku ini wakil CEO Grup Suteja dan juga tuan muda dari Grup
Suteja. Nggak ada seorang pun yang berhak mengaturku untuk minum atau
nggak."
Regina berkata dengan nada datar,
"Kalau begitu, kamu menolak kerja sama dalam masalah ini?"
Liam berkata dengan marah, "Aku
bisa kerja sama, tapi apa kamu nggak merasa perilaku gigolo ini nggak sopan
terhadap para eksekutif seperti kami?"
Regina berkata, "Kalau kamu nggak
puas, kamu bisa laporkan tindakanku saat rapat direksi nanti."
Liam mendengus dingin. "Ya, aku
pasti akan melaporkan tindakanmu ini."
"Tapi bukankah sudah saatnya
lelucon konyol ini berakhir?"
Regina masih tetap tenang dan
berkata, "Yang tersisa hanya kamu dan Pak Kelvin. Setelah kalian minum,
maka semuanya akan berakhir."
Liam mulai bersikap tidak masuk akal.
"Apa pun yang kamu katakan, aku nggak akan minum. Aku lihat siapa yang
berani memaksaku."
Nathan tersenyum dan berkata,
"Karena masih ada dua gelas air yang belum diminum, apa Tuan Liam kira
pelakunya nggak akan bisa ditemukan?"
Liam memang berpikir seperti itu. Dia
berkata sambil memperlihatkan senyum palsu, "Dasar pecundang! Sudah kubilang,
ini wilayah kekuasaan Grup Suteja-ku. Nggak ada gunanya kamu memberi perintalı
di sini."
Nathan tidak peduli. "Tuan Liam,
statusmu berharga. Nggak ada yang berani memaksamu."
"Kalau begitu, Pak Kelvin yang
minum saja."
Jantung Kelvin berdebar kencang. Dia
memasang tampang memelas, "Bu Regina, aku...."
Regina berkata dengan dingin,
"Kelvin, aku sudah memberimu banyak waktu. Minumlah dan buktikan padaku.
Yang lainnya juga tidak sabar lagi
dan terus mendesaknya. "Kelvin, minum saja. Kenapa kamu begitu
takut?"
"Kami semua tahu kontribusi dan
loyalitasmu terhadap perusahaan. Kami jamin kamu pasti akan baik-baik saja.
"Benar. Siapa pun punya
kemungkinan menjadi pelakunya, terkecuali kamu, Kelvin. Semua orang tahu kerja
kerasmu selama ini. Kamu nggak mungkin pelakunya!"
Senyuman di wajah Kelvin tampak
begitu pahit.
Dia diam-diam mengumpat dalam hati,
'Dasar bajingan. Apa kalian kira kalian lebih mengenal diriku daripada aku
sendiri?'
Di bawah tatapan mata Regina yang
makin dingin, dia terpaksa mengambil gelas air. Tangannya gemetar hebat.
Liam juga tampak tegang. Bahkan,
telapak tangannya juga berkeringat.
No comments: