Bab 45
Kebenciannya terhadap Nathan kini
telah mencapai puncak.
Bajingan sialan ini telah sepenuhnya
menghancurkan rencananya. Menyebalkan sekali!
Tiba-tiba!
Terdengar suara keras. Gelas di
tangan Kelvin terjatuh ke bawah.
"Bu Regina, ini salah saya.
Tolong beri saya kesempatan lagi. Saya benar-benar menyesal!"
Bersamaan dengan pecahnya gelas itu,
Kelvin juga berlutut dan memohon pengampunan pada Regina.
Para eksekutif tercengang. Setelah
beberapa saat, mereka baru bereaksi kembali.
"Kelvin, ternyata kamulah
pelakunya?"
"Yang benar saja? Padahal, kami
begitu percaya padamu tadi. Kamu benar-benar hebat!"
"Kelvin, kamu sudah terobsesi.
Bisa-bisanya kamu meracuni CEO kita. Mati saja kamu!"
Kelvin berlutut dan bersujud berulang
kali. "Bu Regina, ini semua bukanlah kehendakku. Ada ... ada orang yang
memaksaku melakukannya."
Semua orang kembali dikejutkan!
"Siapa yang memaksamu?"
tanya Nathan dengan dingin.
Kelvin mengangkat pandangannya, lalu
melirik sekilas Liam, tetapi masih tidak menjawab.
Wajahnya yang tadinya muram langsung
berubah pucat pasi.
Regina berkata dengan dingin,
"Siapa yang memaksamu? Katakan padaku. Aku pasti akan menangani orang
tersebut!"
"Asalkan kamu katakan siapa yang
menyuruhmu melakukan hal ini, CEO pasti akan memaafkanmu kali ini. 11
"Sungguh?"
Mata Kelvin yang tadinya ketakutan
langsung berbinar kembali. Dia mengangkat tangannya, bersiap untuk menunjuk
Liam.
"Bajingan! Grup Suteja sudah
memberikan segalanya padamu, tapi kamu malah membalas air susu dengan air tuba.
Akan kubunuh kamu!"
Liam sudah bersiap untuk mengambil inisiatif.
Sambil meraung marah, dia menjambak
rambut Kelvin dan membantingnya keras ke meja.
Kelvin menjerit dan kepalanya
berlumuran darah.
Liam memasang ekspresi ganas di
wajahnya dan ingin menyerangnya sekali lagi.
Sayangnya, Nathan sudah langsung mendaratkan
tendangan dan membuatnya terpental jauh.
Saat ini, nyeri hebat telah menyerang
kaki Kelvin. Ada busa yang keluar dari mulutnya, kepalanya miring, dan
kondisinya sudah sekarat.
Tiara bergegas menghampirinya.
Setelah pemeriksaan cepat, dia berkata dengan wajah muram, "Dia sudah
minum racun sebelumnya. Itu sebabnya, reaksi racun akan begitu mematikan!"
Liaïn bangkit dan mengumpat,
"Bajingan ini sepertinya bunuh diri karena takut dihukum. Tapi untunglah
pelakunya sudah ditemukan. Setidaknya, kematiannya nggak sia-sia!"
Nathan menatapnya dengan dingin.
"Liam, kamu membunuhnya agar dia bungkam?"
Mata Liam berkedip, lalu menyeringai.
"Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan."
Ekspresi para eksekutif lainnya
langsung berubah.
Lantaran mereka sudah menyadari bahwa
motif Liam barusan sama sekali tidak sederhana.
Namun, Liam masih tetap tenang dan
berkata, "Dia pantas mati karena berani menyentuh CEO Grup Suteja
kita."
"Hanya saja, pria ini cukup
sadar diri. Dia tahu dirinya nggak akan lolos dari persidangan, jadi dia bunuh
diri."
Regina tersenyum sinis. "Kelvin
bunuh diri? Kamu kira aku akan percaya?"
"Aku nggak peduli kamu percaya
atau nggak," kata Liam dengan dingin.
"Tapi yang bisa aku pastikan
sekarang adalah pelakunya sudah mati. Nggak ada petunjuk yang bisa
membuktikannya. Sekalipun kamu nggak percaya, memangnya apa yang bisa kamu
perbuat?"
Usai berbicara, dia menendang kursi
di depannya dan berjalan pergi.
Melihatnya begitu tidak bermoral,
Regina menggertakkan giginya. Namun, dia tidak punya bukti sekarang dan tidak
bisa sembarangan menuduhnya.
Nathan tiba-tiba berteriak, "Oh
ya, Tuan Liam, aku lupa beri tahu kamu. Semua air di sini sebenarnya nggak
beracun!"
Liam yang sudah berjalan sampai di
depan pintu itu, ekspresi wajahnya langsung berubah drastis. Ada api yang
membara dalam hatinya.
Dia tahu dirinya telah jatuh dalam
perangkap. Dia telah ditipu habis-habisan oleh Nathan.
Namun, dia tidak punya pilihan lain.
Dia hanya bisa menggertakkan gigi dan menelan emosinya kembali.
No comments: