Bab 66
"Tuan Edward, jangan menindas
Dokter Nathan. Kalau dia terluka, aku nggak akan memaafkanmu begitu saja!"
Saat ini, Regina bergegas mendekat.
Dia khawatir Nathan akan dirugikan.
Edward memanfaatkan situasi tersebut
dan berkata sambil tersenyum palsu, "Baiklah. Memandang dari wajahmu, kali
ini aku akan memaafkannya."
"Tapi jangan harap ada
kesempatan bagus seperti ini lagi kelak. Aku bukanlah orang yang mudah diajak
kompromi!
Setelah mendengus dingin, Edward pun
berlalu dari sana.
Emilia dan Tiara mengira Edward-lah
yang telah mengampuni Nathan.
Mereka sama sekali tidak tahu bahwa
di saat Edward berlalu, lengan pria yang tersembunyi di balik pakaiannya itu
telah memerah dan bengkak. Dia bahkan gemetar karena kedinginan.
Tiara mencibir pada Nathan.
"Kalau Regina nggak datang tepat waktu, kamu kira kamu akan selamat?"
"Seharusnya kamu sampaikan
kata-kata ini pada Tuan Edward. Kalau tebakanku nggak salah, saat ini dia pasti
sedang bergegas ke ruang perawatan untuk membalut lengannya!" balas Nathan
dengan nada datar.
Tiara tidak percaya sama sekali. Dia
mengira Nathan hanya keras kepala saja.
Lagi pula, Edward termasuk master
sabuk hitam tingkat delapan. Namun, Nathan mengatakannya seolah-olah Edward itu
sangat lemah. Apa mungkin hal seperti itu terjadi?
Regina tersenyum sambil berkata,
"Sudahlah. Kalian berdua nggak perlu berdebat lagi."
"Ayo kita pergi ke arena pacuan
kuda. Hari ini sangat ramai. Beberapa petinggi dari Beluno juga ada di
sini!"
Tiara suka ikut bersenang-senang. Wanita
itu juga terkesan sombong.
Begitu mendengar semua tokoh penting
di Beluno ada di sana, dia langsung bersemangat.
Namun dia mengerutkan kening, lalu
menghentikan langkahnya, dan berkata kepada Nathan, "Nathan, meski Edward,
Elton, dan yang lainnya berasal dari keluarga bangsawan, mereka hanya termasuk
generasi kedua."
"Orang yang akan kamu temui
selanjutnya adalah orang yang sangat berkuasa di Beluno. Tolong jaga mulutmu
dan jangan membuat masalah untukku dan Regina lagi. Kalau nggak, jangan harap ada
yang bisa menyelamatkanmu!"
Di ruang perawatan klub.
Elton terbaring di tempat tidur.
Kepalanya terbalut perban. Dia juga terus-terusan mengerang kesakitan.
Melihat kondisi itu, Edward merasa
ngeri. "Elton, apa lukamu begitu parah?"
Mata Elton memerah. "Kalau aku
nggak balas dendam pada pecundang itu, apa aku masih akan dianggap sebagai pria
sejati?"
Wajah Edward tiba-tiba berubah muram.
Dia dengan hati -hati melepaskan pakaiannya dan mulai mengobati luka di
tangannya.
Dia baru saja telah memeriksanya dan
menyadari bahwa tulangnya retak, bahkan hampir hancur.
Mata Elton terbelalak melihat luka
Edward. Dia langsung berteriak, "Astaga! Tuan Edward, luka... lukamu
bahkan parah dariku?"
Wajah Edward bertambah muram. Dia
berkata dengan cemberut, "Aku ceroboh. Ternyata bajingan itu lebih tangguh
dari bayanganku!"
"Lukamu sangat parah. Tuan
Edward, sebaiknya kamu segera pergi ke rumah sakit!" ucap Elton dengan
cepat.
Edward berkata dengan tidak senang,
"Dasar bodoh. Kalau aku pergi ke rumah sakit, bukankah itu akan membuat
semua orang tahu kalau kemampuanku lebih rendah dan telah dijatuhkan olehnya
hanya dengan satu gerakan?"
"Huh. Kalau Emilia tahu hal ini,
bukankah aku kehilangan muka?"
Setengah jam kemudian, Elton, yang
kepalanya diperban berjalan keluar dari ruang perawatan bersama Edward.
"Edward, Tuan Elton, kalian
baik-baik saja?" tanya Emilia dengan khawatir.
Edward tampak tenang dan kalem.
"Mana mungkin kami begitu lemah? Emilia, kamu seharusnya khawatir sama
Nathan. Pukulan yang diberikan padanya tadi berasal dari pemegang sabuk hitam
tingkat delapan dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun. Dia mungkin nggak
akan sanggup menahannya!"
Wajah Emilia berubah dingin.
"Sekarang dia punya wanita cantik, Nona Regina yang peduli padanya. Dia
sudah nggak ada hubungannya denganku lagi! Selain itu, dia memang pantas diberi
pelajaran!"
Wanita yang mendampingi Elton
berkata, "Jangan bahas pecundang itu lagi. Ayo kita pergi ke arena pacuan
kuda. Hari ini sangat ramai. Kudengar yang datang bukan hanya pemimpin bawah
tanah dari Beluno, tapi wali kota juga ada di sini!"
"Baguslah kalau begitu. Emilia,
ayo ikut aku pergi menemui wali kota. Tak lama lagi, kamu juga akan menjadi
anggota Keluarga Halim. Sudah waktunya memperkenalkanmu pada tokoh-tokoh
penting di Beluno!" kata Edward sambil tertawa.
No comments: