Bab 117
Tamara langsung berkata dengan tidak
sabar, " Menantuku, aku mengerti maksudmu. Kamu ingin membagi keuntungan
Keluarga Halim dan memberikannya kepada Grup Sebastian, 'kan?"
Edward tersenyum dan berkata,
"Bibi benar. Itulah yang kumaksud. Tapi aku juga nggak pelit. Aku akan
langsung mengalokasikan sepertiga wilayah dan memberikannya kepada Grup
Sebastian."
"Begitu pernyataan keluar, Bibi,
Ken, kalian mungkin bisa mendapatkan kompensasi puluhan miliar, atau bahkan
ratusan miliar, tanpa melakukan apa pun."
Tamara dan Ken tampak antusias dan
bersemangat.
Emilia berkata, "Baru-baru ini
memang ada proyek pembangunan besar, tapi masih belum ada pernyataan yang
dikeluarkan. Edward, bagaimana kamu bisa tahu kalau itu berada di bagian timur
kota?"
Edward tersenyum percaya diri.
"Emilia, inilah kekuatan keluarga bangsawan. Yang berbeda dari keluarga
kecil biasa dan perusahaan kecil."
"Keluarga Halim kami sudah tahu
dari setengah bulan yang lalu. Beberapa anggota keluarga lainnya bahkan pergi
ke pemerintah provinsi untuk mengonfirmasinya secara langsung."
Emilia tidak bertanya lagi dan tampak
berpikir keras.
Memang benar. Berdasarkan hubungan
dengan yang di atas dan juga tingkat kontak.
Bob 117
Keluarga biasa seperti Keluarga
Sebastian memang tidak bisa dibandingkan dengan keluarga bangsawan seperti
Keluarga Halim.
Edward terus membujuknya.
"Pokoknya, Bibi, Emilia, kalian bisa pertimbangkan. Ini memang bukan
keuntungan besar, tapi menurutku bisa dijadikan sebagai investasi kecil.
Lumayan untuk menambah uang saku!"
Tamara menggosok-gosokkan kedua
tangannya dan berkata dengan penuh semangat, "Ratusan miliar. Edward,
bagimu mungkin ini nggak banyak, tapi bagi orang-orang seperti kami, ini
bukanlah jumlah kecil."
Edward mengangguk puas. Inilah hasil
yang diinginkannya.
Di saat anggota Keluarga Sebastian
penuh dengan kegembiraan, terdengar suara tawa dari samping mereka.
Senyuman di wajah Tamara langsung
memudar. " Nathan, apa yang kamu tertawakan?"
"Bukan apa-apa. Hanya saja, Tuan
Edward sungguh pintar memberikan janji-janji manis! Lucu sekali!" ucap
Nathan dengan datar.
Edward tersenyum dingin.
"Kenapa? Nathan, kamu mengira aku sedang membual?"
"Kamu nggak membual, tapi sedang
menipu," ucap Nathan.
"Bagian timur kota sama sekali
bukan lokasi yang cocok untuk dikembangkan."
Edward menggelengkan kepalanya.
"Keluarga Halim kami secara pribadi membaca dokumen rahasia dari
pemerintah provinsi. Nathan, wawasanmu masih belum cukup tinggi, iadi sok
tahu."
Nathan tersenyum dan berkata,
"Benarkah? Tapi mengapa yang aku dengar dari Pak Samuel berbeda dengan apa
yang kamu katakan?"
Edward mendengus dingin. "Apa
mungkin Pak Samuel akan membocorkan informasi internal seperti itu padamu?
Sekalipun kamu benar-benar mendapat bocoran dari orang lain, apa itu lebih bisa
dipercaya daripada koneksi Keluarga Halim kami?"
Tamara berkata dengan marah,
"Nathan, kamu terus mencari-cari kesalahan. Apa kamu sudah gila?"
"Edward, nggak perlu banyak
bicara sama bocah ini. Lagi pula, dia nggak pantas ikut dalam pembicaraan
kita."
Edward melambaikan tangannya dan
berkata, "Jangan khawatir, Bibi. Aku nggak akan berdebat dengan Nathan
hanya karena masalah ini."
"Tapi pernyataan dari atas akan
segera dikeluarkan. Kalau Grup Sebastian tertarik, sebaiknya kalian bertindak
cepat."
Tanpa perlu berpikir panjang, Tamara
buru-buru berkata, "Edward, aku ini calon ibu mertuamu, 'kan? Aku akan
investasi 10 miliar. Kamu harus menghasilkan 200 miliar untukku."
Ken juga ikut menimpali. "Kak
Edward, kakak iparku yang baik, aku nggak punya banyak uang. Cuma dua miliar.
Aku punya rumah atas namaku. Aku akan transfer semuanya padamu. Kamu harus
menghasilkan setidaknya puluhan miliar untukku."
Edward setuju sambil tersenyum,
"Bibi, kalau 200 miliar nggak mungkin, deh. Tapi Ken, kalau punyamu,
bukanlah masalah besar."
Kemudian, dia memandang Emilia.
"Emilia, kamu sendiri? Apa kamu ingin menggunakan Grup Sebastian untuk
melakukan investasi besar?"
No comments: