Bab 192
Regina dan yang lainnya juga
tersenyum. 300 miliar memang agak tidak masuk akal.
Namun, Nathan hanya berkata dengan
nada dingin, " Memangnya kenapa kalau 300 miliar? Kalau bukan karena
Keluarga Halim kalian terlilit banyak utang sekarang, apa kalian akan menjual
klub ini?"
"Itu karena Keluarga Halim nggak
punya pilihan lain, makanya kalian memilih untuk menjualnya. Kalau begitu maaf,
apa yang kalian sombongkan di sini? Kalau Nona Regina nggak beli, sekalipun
Klub Balavan diberi harga 200 miliar, mungkin hanya segelintir orang yang mau
mengambilnya!"
Ekspresi wajah Thomas dan Edward
sedikit berubah.
Kata-kata Nathan mengena di hati
mereka.
Jika Keluarga Halim masih berada di
masa kejayaannya, sekalipun Klub Balavan diberi harga dua triliun, pasti ada
banyak orang yang mengincarnya.
Namun, Keluarga Halim kini tengah
mengalami kemerosotan dan reputasi keluarga terhormat mereka telah hancur
karena masalah utang.
Seperti yang dikatakan Nathan, hanya
ada beberapa orang yang akan menawar 200 miliar untuk mengakuisisi Klub
Balavan.
"Baiklah, sepakat 400
miliar!" ucap Thomas sambil menggertakkan giginya. Dia takut Nathan akan
membuat onar lagi.
Jika berakhir tidak bisa mendapatkan
400 miliar, bukankah hanya akan merugikan mereka sendiri saja?
Kesepakatan akhirnya tercapai, tetapi
hati semua anggota Keluarga Halim terasa tidak puas.
"Ayah, Keluarga Halim
menginvestasikan hampir satu triliun untuk Klub Balavan ini."
Edward tampak kesal. Dia
mondar-mandir di aula Keluarga Halim. "Tapi bagaimana kamu bisa melepaskan
Klub Balavan hanya dengan harga 400 miliar? Apalagi, di tangan Nathan si
bajingan itu. Bagaimana aku bisa menoleransinya?"
Wajah Thomas berubah pucat. Dia jelas
sedang menahan amarahnya. "Diam! Beraninya kamu mengeluh di sini?"
"Aku bekerja keras menghabiskan
banyak tenaga dan sumber daya untuk mengirimmu ke luar negeri agar membimbingmu
menjadi talenta muda paling hebat di Beluno. Aku ingin kamu kembali dengan
membawa kesuksesan dan membalas budi pada Keluarga Halim."
"Hasilnya apa? Saat di luar
negeri sana, kamu bukan hanya kehilangan ratusan miliar dalam perjudian, bahkan
setelah kembali ke tanah air, kamu bertambah ambisius dan nggak realistis. Kamu
juga membuang ratusan miliar modal kerja Keluarga Halim dan membuat keluarga
kita terseret dalam situasi sekarang ini."
"Edward, kamu sadar dirimu sudah
mengecewakan ayahmu?"
Menghadapi teguran Thomas, wajah
Edward memerah. Dia pun buru-buru meyakinkan ayahnya. "Ayah, bukankah
hanya beberapa ratus miliar? Asal Ayah memberiku lebih banyak kekuatan dan
sumber daya, yakinlah, aku pasti akan membangkitkan kembali Keluarga Halim.
Bahkan, ke posisi yang lebih tinggi."
Thomas menggelengkan kepalanya dan
langsung menolak putranya. "Sekarang, aku nggak percaya pada kemampuanmu
lagi.”
"Edward, kesehatanku makin
memburuk dari hari ke hari. Sebenarnya aku berencana untuk menyerahkan keluarga
kepadamu secepatnya. Tapi sikapmu yang terlalu gegabah ini benar-benar membuatku
khawatir."
Edward langsung cemas. "Ayah,
apa maksudmu? Bukankah kita sudah sepakat? Ayah akan mundur untuk memulihkan
diri dan Keluarga Halim akan diserahkan padaku. Ayah nggak boleh ingkar
janji!"
Thomas mendengus dingin.
"Rencana awalku memang seperti ini. Tapi sekarang aku berubah pikiran.
Kalau kamu ingin mengambil alih Keluarga Halim, kamu harus mengasah kemampuanmu
selama lima tahun lagi!"
Ekspresi Edward tiba-tiba berubah
galak. Dia mendekati Thomas dan berteriak dengan marah, "Sebagai kepala keluarga,
bagaimana Ayah bisa ingkar janji?"
"Tahukah kamu, aku sudah
menunggumu turun takhta dan mengambil alih posisi kepala keluarga selama hampir
dua puluh tahun?"
"Kalau nggak punya kekuatan dan
pengaruh Keluarga Halim, bagaimana aku bisa membunuh Nathan? Bagaimana aku
mengalahkan Keluarga Suteja, Keluarga Wijaya dan menjadi keluarga paling
berkuasa di Beluno?"
Thomas terkejut melihat putranya yang
tiba-tiba berbeda dan tampak seperti ingin menelan orang hidup-hidup.
No comments: