Bangkit dari Abu Kembalinya Nathan ~ Bab 124

Bab 124

 

Zevan juga menggigil dan berkeringat dingin. Bocah ini jelas bukan orang baik.

 

Dia salah. Dia sudah salah menilainya!

 

Anak buah Hessen lainnya hanya menatap kosong dan tidak berani melangkah maju.

 

Jika tidak berhati-hati, mereka takut Nathan akan menghabisi nyawa tuan muda mereka.

 

"Jangan sentuh tuan muda kami. Aku akan letakkan pistol di sini, bagaimana?"

 

Zevan perlahan-lahan menaruh pistol yang ada di tangannya ke tanah.

 

Niat membunuh yang jahat terpancar di matanya.

 

Nathan tersenyum sambil berkata, "Begini baru patuh."

 

Dia kemudian mendaratkan sebuah tamparan lagi di wajah Daren. "Bukankah tuan muda kalian menantangku barusan? Dia bilang coba saja kalau aku berani menyentuhnya?"

 

"Sekarang aku sudah menyentuhnya. Apalagi, bukan hanya sekali, dua kali, tiga kali.... Tuan Muda, kamu puas sekarang?"

 

Daren merasa kepalanya sudah hampir putus. Dia terisak, "Aku puas. Tolong jangan pukul aku lagi. Jangan pukul aku lagi, atau aku akan mati."

 

Zevan berteriak, "Apa lagi yang kamu inginkan? Aku sudah melepaskanmu. Kalau terjadi sesuatu pada tuan muda kami, jangan harap kamu bisa selamat."

 

Nathan melepaskan Daren. "Enyahlah! Tapi kita sepakat dulu. Aku akan melepaskannya, tapi kalian juga nggak boleh mempersulitku lagi."

 

Melihat Daren mendekatinya selangkah demi selangkah, Zevan langsung berguling ke depan dan meraih pistol di tanah.

 

"Bocah, aku melepaskanmu? Kamu kira itu mungkin terjadi?"

 

"Kamu sudah memukul tuan muda kami hingga seperti ini. Kamu bahkan memprovokasi Hessen kami. Hari ini kami pasti nggak akan melepaskanmu begitu saja."

 

Saat ini, Zevan merasa darahnya telah mendidih.

 

Senang sekali rasanya bisa membalas rasa malu yang mereka tanggung sebelumnya!

 

Nathan mengerutkan kening dan menatapnya. "Jadi, kamu nggak menepati janji?"

 

Zevan tertawa terbahak-bahak. "Nggak menepati janji? Tanyakan hal itu saat kamu berada di akhirat nanti. Aku tahu kamu kuat, tapi di hadapan pistol di tanganku ini, apa pentingnya kamu kuat? Kamu nggak beda dengan yang lainnya!"

 

Daren, dilindungi oleh beberapa anak buahnya berteriak, "Kak Zevan, bunuh dia. Bunuh dia sekarang juga."

 

Zevan tertawa dan berkata, "Nak, selamat tinggal."

 

Syut!

 

Udara seakan tertekan!

 

Jarum perak tepat mengenai dahi Zevan. Setetes darah sebesar ujung jarum perlahan merembes keluar.

 

Terdengar bunyi 'bruk'.

 

Zevan terjatuh ke belakang dan meninggal dengan mata terbuka.

 

Nathan perlahan berjalan mendekatinya dan melirik tubuhnya. "Penjahat mati karena mereka terlalu banyak bicara. Yang dimaksudkan adalah orang-orang seperti ini, yang selalu bimbang."

 

"Tapi sekalipun kamu nggak ragu, kamu tetap akan mati. 11

 

Saat ini, Daren dan anak buah di belakangnya semuanya ketakutan setengah mati.

 

Dari cara mereka memandang Nathan, mereka tidak bisa lagi membedakan apa pria ini manusia atau hantu.

 

Zevan yang tadinya memegang pistol pun bisa terbunuh dalam sekejap mata. Ini benar-benar di luar pemahaman mereka.

 

"Tolong ... tolong ampuni nyawaku. Aku mengakui kesalahanku. Aku nggak akan bertindak macam-macam lagi!"

 

Gangster kecil dari Hessen malah menjadi orang pertama yang tidak mampu menahan tekanan dan berlutut di tanah sambil berteriak.

 

Buk, buk, buk!

 

Daren dan yang lainnya langsung ikut berlutut.

 

Bahkan, Zevan pun ketakutan. Keberanian mereka benar-benar hancur dibuat Nathan.

 

Nathan diam-diam memasukkan kembali jarum perak yang tersembunyi di telapak tangannya ke dalam lengan bajunya.

 

Jika Daren dan yang lainnya berani bergerak sekarang, Nathan terpaksa hanya bisa mengirim mereka untuk menemani Zevan.

 

Kring, kring, kring!

 

Ponsel Daren tiba-tiba berdering.

 

Dia menjawab panggilan itu dengan gemetar. Suara Waldi, penguasa Hessen, yang tersenyum datang dari ujung sana.

 

"Daren, kamu boleh bersenang-senang dengan bocah itu dan menyiksanya sampai mati. Jangan buru-buru membunuhnya. Ayahmu ini berguna, 'kan?"

 

Wajah Daren tampak pucat. "Ayah, Ayah, aku di sini...."

 

Waldi tertawa dan berkata, "Aku tahu kamu sedang bersenang-senang di sana, Nak. Kamu putra kesayanganku satu-satunya dan juga penerus Hessen kita. Jadi, dengar kata ayahmu, bermainlah sepuasnya, dan biarkan mereka tahu kehebatan Hessen kita."

 

"Ya sudah, aku hanya ingin bilang itu saja. Nona Regina, Dokter Bayu, Arjun, dan yang lainnya datang ke sini untuk meminta Ayah membebaskan bocah itu. Haha. Nak, lucu, 'kan?"

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Abu Kembalinya Nathan ~ Bab 124 Bangkit dari Abu Kembalinya Nathan ~ Bab 124 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 12, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.