Bab 123
Zevan juga merasa Nathan mungkin
sudah gila. Dia tertawa. "Tuan Muda, siapa yang nggak akan takut setengah
mati kalau mereka jatuh ke tangan Hessen kita? Haha, aku maklum kok!"
Para preman Hessen yang menjaga pintu
gudang juga santai saat ini dan menunjukkan senyum jahat.
"Tuan Muda, bagaimana kamu
berencana menghadapinya? Apa kamu akan mengebirinya langsung? Atau kamu akan
memotong jarinya dulu?"
"Aku lihat, bocah ini punya kulit
yang lembut dan daging yang empuk. Tuan Muda, bagaimana kalau kita jual saja ke
toko bebek?"
"Dia menampar Tuan Muda
berkali-kali sebelumnya. Menurutku, Tuan Muda harus membalasnya, kemudian
mempermainkannya sampai mati. Pokoknya, jangan biarkan dia mati dengan
mudah."
Daren berkata dengan bangga,
"Bocah, kamu dengar itu? Hari ini, kamu pasti akan nggak bisa lolos. Apa
kamu yakin nggak ingin memohon ampun sekarang?"
Nathan berkata dengan nada tidak
sabar, "Aku datang ke sini untuk memberi pelajaran pada Waldi dan bukannya
untuk melihat sekelompok preman kecil seperti kalian menyombongkan diri."
"Kalau kamu masih nggak
bertindak, aku akan bertindak.
Daren tertawa terbahak-bahak dan
mendekati Nathan. " Ayo, ayo, coba sentuh aku. Apa kamu punya kemampuan
itu?"
Sembari berbicara, dia sengaja
menantang dengan menundukkan kepalanya di depan Nathan, seperti yang dia
lakukan saat berada di arena pacuan kuda sebelumnya itu.
"Ayo sentuh aku. Kamu sanggup?
Kamu berani menyentuh sehelai rambutku?"
Daren sangat arogan dan tampak
meremehkan.
Daren yang mengikat tangan dan kaki
Nathan. Bisa dikatakan, dia bisa mempermainkan Nathan sesuka hatinya.
Namun, di saat ini!
Plak! Plak!
Nathan langsung menampar wajah Daren
sebanyak dua kali.
Bukan hanya itu saja!
Plak! Plak! Plak!
Nathan menjambak rambut Daren dengan
satu tangan, lalu dia melambaikan tangan yang satunya lagi ke wajah Daren
dengan cepat.
Dalam sekejap, wajah Daren berubah
bengkak. Bahkan, ada darah yang mengalir dari mulut dan hidungnya.
Teriakan melengking langsung keluar
dari mulut Tuan Muda Hessen ini.
"Nggak mungkin. Bagaimana kamu
bisa menggerakkan tanganmu? Jelas-jelas aku sudah mengikatnya. Nggak mungkin.
Argh...."
Kepala Daren berdengung. Dia masih
tidak menemukan jawabannya.
"Sialan! Bocah, cepat lepaskan
Tuan Muda kami! Kalau nggak, aku akan membunuhmu sekarang juga."
Zevan, yang menonton dari pinggir
lapangan, tertegun. Dia kemudian mengarahkan pistolnya ke arah Nathan sambil
berteriak.
Keringat dingin mengalir di dahinya.
Dia melihat dengan jelas bahwa tali rami yang digunakan untuk mengikat Nathan
telah lepas.
Sialan! Entah seberapa besar kekuatan
yang dia gunakan untuk melepaskan tali itu?
"Kamu boleh coba tembak. Mari
kita lihat apa pistolmu lebih cepat atau aku yang lebih dulu membunuh tuan
mudamu ini."
Wajah Nathan berubah dingin. Dia
mencengkeram rambut Daren dengan satu tangan dan mengangkatnya sebagai tameng
manusia.
"Kak Zevan, tolong aku. Cepat
bunuh dia!" teriak Daren. Wajahnya sudah bengkak parah hingga hampir tidak
bisa dikenali lagi.
Zevan menggertakkan giginya dan
berteriak, "Asal kamu lepaskan tuan muda kami, aku akan mengampuni
nyawamu. Kalau nggak, kamu pasti akan celaka hari ini."
Nathan tersenyum dan menepuk kepala
Daren sebanyak dua kali dengan punggung tangannya.
Lantaran pukulan barusan sangat
keras, mata Daren sampai berkunang-kunang. Dia pun berteriak, "Jangan
pukul aku lagi. Tolong jangan pukul lagi. Aku mengaku kalah. Aku janji nggak
akan memprovokasimu lagi."
Tamparan yang diberikan Nathan
barusan benar-benar meninggalkan trauma berat baginya.
Sekarang Daren hanya ingin
menenangkan situasi, kemudian kembali ke pelukan ibunya, dan menangis
sepuasnya.
No comments: