Bab 115
Nathan berkata dengan nada datar,
"Aku orangnya suka membuat keributan dan juga mempermasalahkan hal sepele.
Kenapa? Bu Emilia nggak senang?"
Emilia berusaha menahan emosinya dan
berkata, " Baiklah. Pak Nathan berhak mengambil keputusan di sini.
"Ken, berikan botol anggur
padaku. Biar aku yang menuangkannya untuk Pak Nathan!"
Ken tidak puas. "Kak, memangnya
dia siapa? Apa dia menganggap dirinya sebagai bos? Sewaktu di rumah kita dulu,
dialah yang selalu melayanimu, 'kan?"
Emilia juga merasa sedih dan sedikit
terkejut.
Kenapa Nathan mendadak menjadi begitu
kuat dan sombong?
Padahal dia dulu tidak begitu.
Sekarang, Nathan terlihat seperti
pria jahat.
Meski Emilia tidak senang, dia masih
lebih mementingkan karier dan tetap menuangkan anggur untuk Nathan.
Ken mencibir, "Dasar nggak
bermoral. Kalau bukan karena Tuan Bima, dia bukanlah apa-apa."
Nathan menatapnya. "Kamu sedang
mengejekku?"
Ken tertegun. Dia tidak menyangka
Nathan akan begitu perhitungan
Tamara dan Emilia juga terkejut.
Mengapa Nathan begitu perhitungan hari ini? Pria ini kelihatannya tidak seperti
biasanya?
Ken merasa terhina dan berteriak,
"Aku mengejekmu karena menjadi seorang gigolo. Memangnya apa yang bisa
kamu lakukan?"
Nathan berkata, "Aku nggak bisa
berbuat apa-apa. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah membatalkan kerja
sama. Selain itu, aku dengar Grup Sebastian dan Grup Nugroho punya beberapa
bisnis lain. Aku akan sarankan pada Tuan Bima agar mengakhiri semuanya."
Ken berkata dengan marah,
"Nathan, jangan kelewat batas."
Emilia juga sangat takut. Grup
Sebastian dan Grup Nugroho memang punya kerja sama sekarang ini. Dia tidak akan
membiarkan terjadi kesalahan apa pun.
Nathan memandang Ken dengan tatapan
dingin. "Aku memang ingin menindasmu dan mempermainkanmu. Memangnya kamu
bisa apa?"
Tatapan mata yang dalam dan tajam itu
membuat Ken ketakutan.
Saat ini, Tamara juga mulai menyadari
keseriusan situasi yang terjadi.
Dia diam-diam memaki Nathan dalam
hatinya, tetapi dia tidak berani mengekspresikannya. Dia kemudian berkata
kepada Ken, "Duduklah, tutup mulutmu. Jangan buat masalah lagi."
Ken seakan tidak percaya. "Bu,
dialah yang mencari masalah. Kenapa kamu..."
Ken menggertakkan giginya. Dia
memelototi Nathan dengan mata memerah. Dia terpaksa kembali duduk dengan marah.
Tepat di saat ini!
Edward berkata dengan sombong,
"Nathan, bagaimanapun juga, kamu lebih tua dari Ken. Sebagai kakak,
mengapa kamu marah pada adikmu?"
"Selain itu, Ken juga adiknya
Emilia. Memandang dari wajah Emilia, kamu seharusnya mengalah padanya!"
Tamara berkata dengan nada sarkastis,
"Siapa yang tahu apa yang dia ributkan di sini? Kalau semua orang sopan
dan berperilaku baik sepertimu, Edward, dunia ini sudah pasti akan dipenuhi
orang baik."
Nathan tersenyum dan menatap Edward.
"Tuan Edward, apa yang barusan kamu katakan? Sebagai kakak, aku harus
mengalah?"
"Haha, maaf. Aku nggak punya
adik yang nggak sopan sepertinya."
Ekspresi wajah Edward seketika
berubah dan langsung menjadi muram.
Sialan! Bocah ini malah makin
keterlaluan!
Siapa sangka, Nathan masih menatapnya
dan berkata dengan dingin, "Selain itu, memangnya kamu siapa? Apa aku
butuh kamu mengajariku di sini?"
Buam!
Jangankan Edward, bahkan Tamara,
Emilia, Ken pun dikejutkan oleh sifat mendominasi Nathan.
Terutama Emilia. Dia menatap Nathan
dengan heran.
Dalam kesannya, pria ini tidak pernah
sekejam ini.
Mengapa Nathan yang sekarang ini
terlihat seperti serigala, yang mana mulut penuh taring tajam?
No comments: