Bangkit dari Luka ~ Bab 145

  

Bab 145

 

Leo membantah, "Meskipun nggak lulus, Nindi nggak perlu mengulang tahun. Nilainya lebih baik daripada kita berempat, kecuali kakak ketiga si jenius ilmu medis itu. Nindi bisa dibilang memiliki nilai yang cukup baik."

 

Dalam waktu singkat beberapa bulan, peningkatan prestasi sebesar ini sangat sulit dicapai oleh orang biasa.

 

Setelah penyataan Sania dibantah, dia melihat Leo dengan terkejut. Dia menyangka bahwa Leo juga angkat bicara untuk membela Nindi.

 

Sebenarnya Nando sudah berubah, sekarang bahkan Leo juga menunjukkan tanda-tanda perubahan.

 

Dalam sekejap, ketakutan yang besar menyelimuti hati Sania.

 

Dia tidak ingin kehilangan kasih sayang dari kakak-kakaknya. 2

 

Sania berkata dengan sedikit cemas, "Aku tahu nilai Kak Nindi telah meningkat dengan pesat, tapi mungkin karena peningkatan nilai yang tiba-tiba nggak stabil, jadi mungkin itu sebabnya dia mengerjakan ujian dengan kurang baik."

 

Nando merasa sangat bingung, "Bukannya besok sekolah kalian akan mengadakan seminar tentang cara mendaftar kuliah. Siswa yang mengulang juga bisa berkonsultasi tentang hal itu, 'kan?"

 

Sania mengangguk, "Benar."

 

"Besok aku akan pergi ke sekolah untuk melihat situasinya."

 

"Kak Nando, apa menurutmu aku juga harus mengulang?"

 

Sania sebenarnya tidak ingin mengulang, karena sangat membosankan. Lebih baik siaran langsung untuk menghasilkan uang.

 

Kelak, dia juga bisa masuk ke dunia hiburan melalui perusahaan film Kak Brando!

 

Nando berbicara dengan tenang, "Sania, sekalipun nilaimu nggak terlalu buruk, tetap nggak akan mencapai batas kelulusan untuk universitas unggulan. Kamu nggak perlu mengulang. Pilih saja jurusan yang kamu sukai dan langsung kuliah saja."

 

Nando sudah memutuskan.

 

Dia akan membujuk Nindi untuk mengulang tahun ajaran.

 

Dia pasti tidak akan melakukan kesalahan lagi kali ini. Tanpa keberadaan Sania, dia tidak akan membiarkan Nindi menderita lagi.

 

Setelah selesai berbicara, Nando pun melangkah pergi.

 

Melihat kepergian Nando, Sania pun menggigit bibirnya tanda tak puas hati. Apa sebenarnya maksud kata-kata Kak Nando barusan?

 

Maksudnya dirinya tidak sebanding dengan Nindi?

 

Meskipun dia mengulang, dia tidak akan mampu menandingi Nindi.

 

Leo mungkin juga merasa sedikit canggung, dia menggaruk kepalanya dan berkata kepada Sania, " Sania, jangan terlalu memikirkan kata-kata Kak Nando, dia memang sangat memanjakan Nindi Nanti setelah tenang, semuanya akan baik baik saja.

 

"Kak Leo, bagaimana mungkin aku memikirkan kata -kata ini, lagi pula Kak Nando juga sangat baik kepadaku. Aku sudah sangat puas dengan apa yang aku miliki hari ini."

 

Sania berpura-pura menunjukkan sifat pengertiannya, lalu melihat pengurus rumah dan berkata, "Apa bubur herbal yang aku buat untuk Kak Nando sudah siap? Meskipun nggak seenak yang dibuat Kak Nindi, aku juga ingin meredakan sakit perut Kak Nando."

 

"Sebentar lagi siap."

 

Leo melihat Sania yang begitu pengertian, dia dengan sedikit lega berkata, "Nilai jelek juga nggak apa-apa, kok. Aku akan membawamu ke bar untuk bersenang-senang, santai sejenak."

 

"Oke, aku akan naik ke atas untuk mengganti pakaian. Paman, tolong bantu aku menyajikan bubur untuk Kak Nando nanti, ya."

 

Sania menjadi cukup atusian. Dia pun berbalik dan naik ke lantai atas.

 

Hanya saja ketika dia baru saja mengganti gaunnya, telepon berbunyi.

 

Dia melihat sekilas, itu adalah nomor telepon yang asing. Beberapa hari yang lalu nomor ini juga menelepon, tetapi dia tidak mengangkatnya.

 

Sania mengira itu hanya telepon salah sambung, jadi dia juga tidak memedulikannya

 

Namun, nomor tersebut menelepon lagi.

 

Dia menjawab dengan suasana hati yang cukup baik dan suara ceria, "Halo, siapa ini?"

 

"Nia, ini aku."

 

Sania mendengar suara yang familiar dari telepon, pikirannya seketika kosong.

 

Dengan tangan yang seketika gemetar, menurunkan suaranya, "Siapa kamu?"

 

Mengapa suara orang di telepon terdengar persis seperti suara ayahnya yang sudah meninggal.

 

Namun, bukankah ayahnya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Ketika bekerja sebagai sopir untuk keluarga Lesmana, ayahnya meninggal dalam ledakan karena berusaha menyelamatkan Tuan dan Nyonya Keluarga Lesmana?

 

"Nia, masalah ini sangat rumit, aku nggak bisa menjelaskannya dengan jelas saat ini. Tapi sekarang, tolong kirimkan aku sejumlah uang, aku sangat membutuhkannya."

 

"Penipu zaman sekarang semakin hebat, ya. Bahkan bisa meniru suara ayahku yang sudah meninggal untuk menipuku? Memangnya aku terlihat begitu mudah ditipu?"

 

Selesai bicara, Sania segera menutup telepon.

 

Namun, perasaannya tak kunjung tenang. Sebaliknya, di dalam hatinya seolah-olah sedang bergolak ombak besar yang dahsyat. Karena ayahnya memang memanggilnya "Nia".

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 145 Bangkit dari Luka ~ Bab 145 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 02, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.