Bangkit dari Luka ~ Bab 153

 

Bab 153

 

Nindi menatap tajam, "Kalau begitu, kita lihat saja nanti. Kami nggak salah, kenapa harus minta maaf?"

 

"Nindi, kamu masih terlalu naif. Meskipun Yanuar yang memulai, lalu apa? Begitu Keluarga Gunawan turun tangan, kemungkinan besar pacarmu bahkan nggak akan bisa mempertahankan pekerjaannya. Itulah cara Keluarga Gunawan bergerak, ngerti nggak?"

 

Tatapan Sania penuh rasa puas dan kesombongan

 

Zovan mulai kehilangan kesabaran, "Aku bilang, nona drama, ucapanmu terlalu jahat. Keluarga Gunawan nggak seperti yang kamu bilang. Kamu benar-benar kenal baik sama mereka atau cuma'asal ngomong?"

 

"Haha, tentu saja aku kenal Keluarga Gunawan dengan baik. Tapi orang-orang biasa seperti kalian, mana mungkin ngerti? Bagi mereka, menginjak orang biasa itu semudah membunuh seekor semut."

 

Nada Sania terdengar begitu arogan, seolah-olah dia sudah menikah dengan Yanuar dan menjadi bagian dari Keluarga Gunawan.

 

Zovan tertegun, bingung harus merespons apa. Gila ...benar-benar di luar nalar!

 

Dia memandangi punggung Sania yang pergi sambil bergumam, "Nindi, keluargamu semuanya ngomong seperti itu?"

 

"Sania biasanya terlihat cukup baik. Mungkin karena sekarang dia bersama Yanuar, dia jadi besar kepala dan menunjukkan sifat aslinya."

 

Nindi melirik Cakra dengan sedikit cemas, "Aku akan mencari pengacara. Aku nggak bakal biarkan kamu minta maaf."

 

Bagaimanapun, Cakra melukai Yanuar karena dia.

 

Dia tidak mungkin benar-benar memisahkan diri dari hubungan itu.

 

Cakra melihat ekspresi Nindi yang khawatir, dengan nada lembut berkata, "Jangan khawatir, bukan masalah besar."

 

Zovan menyela, "Lemon, jangan khawatir, aku ada di sini. Nggak ada yang bisa mengganggu kita."

 

Kemudian, Nindi tersadar bahwa Zovan tampaknya juga berasal dari keluarga yang cukup kaya.

 

Dia merasa sedikit kecewa, "Semua ini karena aku, kalau bukan karena aku... ah."

 

Dahi Nindi di jitak oleh seseorang, dia melihat Cakra dengan sedikit bingung, mengapa dia melakukan itu pada dirinya.

 

Dengan tatapan dalam, Cakra berkata, "Kata-katamu barusan terlalu mirip dengan pembukaan yang diucapkan oleh perempuan licik, aku nggak bisa menahan diri untuk menjitakmu, biar kamu nggak terpengaruh."

 

"Tapi..."

 

"Tapi orang yang ingin Yanuar serang sejak awal adalah aku, bukan kamu."

 

Bagaimana mungkin Cakra tidak menyadarinya? Nindi sengaja mendorongnya dan berusaha menghadapi semuanya sendirian.

 

Nada suara Cakra terdengar pelan tetapi tegas, Dengan tubuh kecilmu itu, apa kamu bisa menanggung semuanya? Lain kali jangan memaksakan diri lagi." 11

 

"Benar itu, Lemon! Kalau Cakra kena pukulan seperti tadi, dia nggak akan kenapa - kenapa. Tapi kalau kamu yang kena, kamu pasti akan terluka. Kalau pria terluka itu biasa."

 

Nindi menundukkan kepala, hatinya terasa sedikit murung.

 

Sekarang setelah kejadian Yanuar, bahkan rasa malu akibat penolakan cintanya tadi langsung terlupakan.

 

Mereka semua meninggalkan bar dan kembali ke apartemen.

 

Cakra melirik ke arah Nindi, "Jangan terlalu dipikirkan."

 

Nindi mengangguk singkat dengan sikap acuh, lalu berbalik masuk ke apartemen.

 

Sementara itu, Cakra dan Zovan masuk ke kamar sebelah. Setelah menutup pintu, ekspresi Cakra berubah sinis, "Apa yang salah dengan orang-orang dari 'Keluarga Gunawan' itu?"

 

"Sial, aku juga nggak nyangka! Kalau tadi bukan karena Luna datang menyela, aku sudah naik dan memberi Yanuar tamparan untuk mengajarinya bagaimana menjadi manusia yang lebih baik."

 

"Besok pastikan kamu pergi ke rumah sakit dan bicara dengan sepupumu itu."

 

Tatapan Cakra menjadi gelap seperti malam. Sepanjang jalan tadi, Nindi terlihat murung. Jelas, masalah ini telah memengaruhinya.

 

Zovan mengangguk dengan pasrah, "Baik, aku paham."

 

Siapa yang menyangka hal seperti ini bisa terjadi?

 

Setelah Nindi kembali ke kamarnya, dia merasa sedikit gelisah.

 

Masalah Yanuar tidak akan berakhir dengan mudah.

 

Namun, dia sama sekali tidak boleh membuat Cakra terlibat masalah dengan keluarga Gunawan.

 

Telepon Nindi berbunyi, dia melihat deretan nomor telepon itu, seharusnya Kak Darren yang menelepon.

 

Dia ragu sejenak sebelum mengangkat telepon, Halo, Kak Darren."

 

"Nindi, aku sudah dengar tentang Yanuar. Masalah ini agak rumit, tapi aku dan Kak Leo akan mengurusnya. Kamu lebih baik jangan muncul dulu. Pindahlah segera dan jauhi hubungan dengan dokter sekolah itu."

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 153 Bangkit dari Luka ~ Bab 153 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 04, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.