Bab 672
Cakra berkata dengan wajah serius.
"Kamu ingin memaksa Nindi pergi ke kantor polisi untuk mencabut tuntutan,
bukan?"
Nada suara Belinda terdengar sedikit
aneh. "Apa ada yang salah dengan itu? Lagi pula, kejadian itu sebenarnya
nggak ada hubungannya dengan Serena. Dia cuma terseret dalam masalah ini."
"Kalau begitu, seharusnya kamu
bilang itu ke polisi, bukan memaksa Nindi."
Nada bicara Cakra mengandung ancaman.
"Serena telah melakukan begitu banyak kesalahan, bahkan sampai membunuh
seseorang. Sudah waktunya dia menerima hukumannya."
"Nggak! Cakra, kamu juga tumbuh
besar bersama Serena. Dulu ibumu bahkan berniat menjadikannya anak angkat, apa
kamu sudah lupa?"
Ketika Belinda mendengar perkataan
Cakra, dia langsung panik. Jika Cakra ikut campur dalam masalah ini, maka
semuanya akan berakhir tanpa jalan keluar lagi.
Cakra langsung menepis tangan
Belinda. "Sebaiknya kamu pergi sekarang."
"Cakra, kamu nggak bisa melakukan
ini. Keluarga kita punya hubungan yang baik, kamu nggak bisa melakukan
ini."
Belinda benar-benar panik.
Cakra terus mendesaknya keluar sampai
ke depan pintu, lalu menurunkan suaranya. "Kalau nggak mau keluarga Morris
bangkrut, sebaiknya kamu diam."
Belinda menatap Cakra dengan kaget.
Apa dia sudah tahu?
Jadi, Cakra menggunakan keluarga
Morris untuk mengancamnya agar tidak mengungkapkan kebenaran tentang kecelakaan
mobil di masa lalu kepada Nindi.
Belinda merasa sedikit senang, jadi
sepertinya ini adalah kelemahan Cakra.
Mungkinkah ini bisa dimanfaatkan?
Namun, sesaat kemudian, Cakra
langsung menutup pintu bangsal dan mengabaikan Belinda di luar.
Mia mendekati Belinda. "Silakan
pergi."
Belinda melotot ke arah Mia dan
berkata, "Kamu yang memberi tahu Cakra, 'kan? Sayang sekali, Nindi nggak
akan bisa menikah dengan keluarga Julian. Kamu juga sudah salah menjilat
orang."
Belinda pergi dengan marah. Dia perlu
menyusun ulang rencananya mengenai hal itu.
Di bangsal.
Nindi menatap Cakra yang baru saja
masuk. " Kenapa tiba-tiba datang? Apa pekerjaanmu di perusahaan sudah
selesai?"
"Kamu baik-baik saja, 'kan? Apa
yang dia katakan padamu?"
Di mata Cakra, tampak sedikit
kegelisahan. Dia khawatir Belinda telah mengatakan sesuatu yang aneh.
Nindi menggeleng. "Nggak ada.
Dia cuma memperingatkanku nggak usah bermimpi bisa menikahi keluarga Julian dan
menuduhku sebagai penyebab nenekmu harus dilarikan ke rumah sakit tengah
malam."
"Jangan ambil hati masalah
nenek. Aku tahu kamu mengatakan ini untuk menghiburnya."
"Tapi kurasa aku mengacau.
Nenekmu nggak suka leluconku."
Nindi merasa sedikit frustrasi. Dia
menatap Cakra dengan serius. "Bagaimana keadaan nenek sekarang?"
"Dia sudah baik-baik saja."
Melihat ekspresi Nindi, Cakra menjadi
makin gelisah. "Nindi, tentang apa yang dikatakan nenekku, kamu..."
"Aku akan mengingatnya."
Nindi menatap serius wajah tampan dan
dewasa di depannya. Bisa dibayangkan berapa banyak gadis yang
berbondong-bondong mendekatinya.
Tiba-tiba, dia merasa sedikit cemburu
pada gadis gadis itu.
Cakra langsung panik. "Nindi,
bukannya nenekku membencimu. Dia berkata begitu karena..."
"Karena apa?"
Nindi mendongak ke arah Cakra, lalu
mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah pria itu. Jemarinya perlahan menyusuri
alis, hidung, hingga akhirnya menyentuh bibir tipis Cakra.
Tubuh Cakra membeku, untuk sesaat dia
dilanda kepanikan yang luar biasa.
Tatapan Nindi berhenti di bibir
tipisnya. "Apa masih ada hal lain yang kamu sembunyikan dariku?"
No comments: