Bab 687
Nindi langsung terkejut saat melihat
kejadian itu.
Darren melihat orang-orang
mengelilinginya, kemudian dia mendengus dingin dan berkata, " Cakra, apa
yang mau kamu lakukan?"
Sania gemetar ketakutan.
Dengan suara bergetar, dia berkata,
"Tuan Cakra, apa maksud semua ini?"
Witan ikut berkata, "Nindi, kamu
tahu ini melanggar hukum, 'kan?"
Sambil tersenyum, Nindi berkata,
"Tahu, kok."
"Jadi, kamu tahu tapi tetap
nekat?"
"Tadi kalian juga senang-senang
saja waktu pakai cara curang, 'kan?
Nindi menatap orang-orang di keluarga
Lesmana itu, lalu berkata, "Apa pun yang dia lakukan, dia punya kekuatan
untuk membereskan masalah, tapi kalian nggak."
Nindi berjalan mendekat dan menatap
Darren lalu berkata, "Ini Kota Yunaria, Kalau kamu nggak punya kuasa di
sini, tunduklah!"
Darren langsung mengatupkan rahangnya
dengan marah.
"Kenapa? Merasa marah dan nggak
nyaman ya waktu mendengarnya?"
Saat melihat ekspresi Darren, Nindi
langsung menatapnya dengan penuh ejekan.
Darren menahan amarahnya dan berkata,
"Nindi, sebenarnya apa maumu?"
"Nggak usah tanya dia, tanyakan
langsung saja padaku."
Cakra berjalan ke sisi Nindi, lalu
menatap Darren dan berkata, "Kamu suka menindas Nindi dengan kekuasaanmu,
'kan? Sekarang, rasakan sendiri."
Cakra mengambil inisiatif untuk
memegang tangan Nindi dan mundur beberapa langkah.
Para pengawal itu langsung menahan
orang-orang dari keluarga Lesmana.
Darren masih mencoba melawan,
"Lepaskan, kalian nggak berhak melakukan inil"
Pengawal itu menendang kaki Darren,
membuatnya berlutut dengan satu kaki di tanah.
Di sisi lain, Sania dan Witan sudah
terdorong hingga tersungkur di tanah.
Sania berkata sambil menangis,
"Kak Nindi, aku tahu kamu nggak suka sama aku, tapi kamu nggak boleh
mempermalukan Kak Darren dan Kak Witan."
Nindi menatap mereka dari atas dengan
tatapan merendahkan, kemudian berkata, "Nggak heran kalian suka bikin
orang berlutut dan minta maaf. Rasanya ternyata cukup menyenangkan, apalagi
waktu lihat ekspresi kalian yang nggak rela."
Darren menatap Nindi dan berteriak,
"Aku ini kakak kandungmu!!!"
Bagaimana bisa dia dipaksa berlutut
di hadapan Nindi?
Nindi menyunggingkan senyum saat
melihat Darren kehilangan kendali. "Bukannya perkataan ini terdengar
konyol sekarang?" kata Nindi.
Cakra menimpali, "Oh, jadi
sekarang kamu mengaku sebagai Kakak kandung Nindi! Tapi, apa pernah kamu
melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan seorang kakak? Nggak malu kalau
orang lain tahu?"
Setelah Cakra selesai berbicara,
ketua tim di sebelahnya menimpali, "Ya benar, kalau aku punya adik
perempuan secerdas itu dan menjadi peraih nilai tertinggi ujian masuk perguruan
tinggi, aku pasti akan mendukung dan mendampinginya. Tapi ini malah ditekan
habis-habisan karena takut adiknya terlalu menonjol."
"Apa ini? Cih! Takut adiknya
terlalu unggul dan sulit dikendalikan, jadi dia bawa-bawa nama keluarga untuk
mengendalikannya!"
Setelah mendengar hal itu, Cakra
berkata dengan tenang, "Lihat, bahkan orang luar pun bisa melihatnya.
Sebagai kakak, kamu malah lebih buruk dari orang asing."
Darren langsung terlihat jengkel.
"Apa kalian puas sekarang? ujarnya.
Nindi melirik pengawal itu dan
berkata, "Lepaskan dia."
Namun pengawal itu hanya menatap
Cakra, kemudian Cakra berkata dengan tenang, "Yang dia katakan sama dengan
perintahku."
Setelah mendengar perkataan Cakra,
pengawal itu segera melepaskan tangannya.
Darren berdiri dengan malu dan
menatap Nindi sambil berkata, "Aku benar-benar meremehkanmu. Kamu memang
hebat."
Sania segera berusaha menenangkan
keadaan, "Kak Nindi, kamu 'kan tahu bagaimana sifat Kak Darren. Tolong
bicarakan sama Tuan Muda Cakra biar nggak mempermasalahkan hal ini."
"Nggak perlu dibicarakan
lagi!"
Darren berkata dengan penuh amarah,
"Meskipun Lesmana Grup bangkrut, aku nggak akan pernah minta bantuan
mereka!"
Sania terlihat agak panik.
Namun, Darren berbalik dan pergi. Dia
tampak sangat menyedihkan, persis seperti anjing yang basah kuyup.
Sania merasa agak tertekan. Witan
segera menariknya dan berkata, "Ayo pergi, apa kamu masih mau dipermalukan
di sini?"
Sania akhirnya pergi dengan enggan.
Bagaimanapun juga, Lesmana Grup tidak boleh bangkrut sekarang. Jika sampai
bangkrut, bagaimana dia bisa mendapatkan uang?
Nindi menatap punggung anggota
Keluarga Lesmana yang memalukan itu. "Aku nggak menyangka Darren akan
mengalami hari seperti ini!
Tadi Darren bersikap begitu angkuh,
sekarang dia sangat memalukan.
Cakra meliriknya dan berkata,
"Maaf, aku seharusnya datang lebih awal waktu jamuan makan terakhir
itu."
"Itu nggak ada hubungannya
denganmu."
No comments: