Bab 2366
Saat suara Alex
menggema, orang-orang di sekitarnya tiba-tiba serentak melangkah maju.
Bum! Tekanan besar
menyerang seperti gelombang pasang. Saka langsung bergerak, mencoba menahan
tekanan itu agar tidak mengenai yang lain.
Namun, di saat itu juga,
Gilbert yang sebelumnya terjatuh bangkit berdiri, menggunakan pedangnya sebagai
penopang. Pedang itu terus bergetar di tangannya, seolah menggema dengan
semangat pemiliknya. Menatap tajam ke arah lawan, Gilbert berteriak penuh
kemarahan, "Aku memang lemah, tapi kalian nggak bisa menyangkal bahwa
Pedang Keagungan Tunggal milikku adalah palsu!"
Setelah kata-kata itu
terucap, tubuhnya bergetar hebat. Lalu, dari dalam dirinya, muncullah aura
pedang yang begitu kuat, mengalir deras seperti air bah.
Dalam sekejap, semua
orang merasakan hawa dingin inenyelimuti hati mereka, seolah-olah ada pedang
tajam yang tak terlihat tergantung tepat di atas kepala mereka.
Saka tertegun, menatap
Gilbert dengan rasa kagum.
Suara gemuruh pedang
menggema di udara. Pedang tingkat bumi yang dipegang Gilbert, yang merupakan
sebuah pusaka keluarga Surya, kini memancarkan aura yang telah lama tersegel.
Aura itu meluap-luap, menyapu ke segala arah, seperti angin badai yang membawa
panas dari inti bumi.
Rambut Gilbert berkibar
liar di udara, darah mengalir dari sudut bibirnya, tetapi matanya bersinar
dengan rasa tidak puas dan kemarahan yang membara. Suaranya menggema penuh
kekuatan, meluncur seperti kilat yang memecah langit.
Melihat ini, wajah semua
orang sedikit berubah.
Meskipun tingkat kultivasi
Gilbert rendah dan auranya tidak cukup kuat untuk benar-benar mengancam mereka,
intensitas aura pedangnya seperti bunga api kecil yang mampu membakar
segalanya.
Saka menarik napas
dalam-dalam. "Inilah dia... Gilbert yang sebenarnya," ujarnya kagum.
Namun, sebelum suasana
sempat mendingin, Alex mencibir dan berkata dengan dingin, "Masih saja
pura-pura hebat. Aku belum pernah melihat genius selemah ini!"
Hanya dengan melepaskan
sedikit auranya, Alex langsung menghancurkan Pedang Keagungan Tunggal itu. Bahkan
sebelum Gilbert sempat mengayunkan pedangnya, pusaka keluarga Surya itu hancur
berkeping-keping di tangannya.
Gilbert memuntahkan
darah segar dan kembali jatuh ke tanah.
Dengan wajah pucat, dia
menoleh ke arah Saka dan memaksakan senyum tipis di bibirnya yang penuh darah.
"Maafkan aku, Kak Saka. Aku... masih terlalu lemah..." lirihnya penuh
rasa bersalah.
Alex tertawa dingin.
"Kamu nggak hanya terlalu lemah, tetapi juga salah memilih teman!"
tukasnya dengan nada tajam.
Setelah berkata
demikian, dia melompat maju, mencoba menangkap Gilbert.
Dengan amarah meluap,
Saka segera menarik Gilbert untuk mundur.
Namun, saat dia
bergerak, Selly telah berdiri di belakangnya, matanya yang dingin menatap lurus
ke arahnya dan berkata, "Hari ini, kamu nggak akan pergi ke mana
pun."
Saka menggenggam pedang
di tangannya, menatap sekeliling. "Kalau begitu, ayo kita coba saja,"
balasnya.
Dalam sekejap,
orang-orang dari keluarga Romli mengepungnya, memanfaatkan kekuatan mereka
untuk mengunci gerakannya. Alex mengambil kesempatan itu untuk mencengkeram
leher Gilbert dengan tangan besinya, wajahnya penuh dengan senyuman jahat.
"Jadi, kamu belajar Pedang Keagungan Tunggal, ya? Sekarang... biar kulihat
seberapa hebat itu!" ejeknya dengan nada menantang.
Namun, sebelum dia
sempat melanjutkan, tiba-tiba terdengar suara penuh kegembiraan menggema di
udara, "Siapa yang sedang mengayunkan pedang?"
Alex tertegun, tubuhnya
membeku seketika.
Semua orang secara
refleks menoleh ke arah suara itu.
Dari luar kota, sebuah
cahaya pedang melesat dengan kecepatan luar biasa, berputar di udara. Ketika
cahaya itu berhenti, tampak seorang wanita berdiri di atas pedang, auranya
memancarkan aura pedang yang tajam dan agung.
Clara Jiandi. Dia
menatap ke tengah lapangan, matanya menyapu situasi yang penuh ketegangan. Di
sana, Saka dikepung oleh orang-orang keluarga Romli.
Namun, dia tidak
langsung bergerak, hanya melihat sekeliling dengan pandangan penuh antisipasi
dan kegembiraan, lalu bertanya, "Barusan, siapa yang mengayunkan
pedang?"
Alex sempat tertegun
sejenak, hendak menjawab.
Namun, Saka dengan
santai menunjuk ke arah Gilbert. "Dia," jawabnya.
Clara mengangkat
pandangannya. Matanya segera tertuju pada Gilbert, yang saat itu sedang dicekik
oleh Alex. Seketika, kilatan kemarahan muncul di wajahnya. "Kamu ingin
membunuh sesama praktisi pedang?"
Alex merasa tubuhnya
membeku. Wajahnya pucat, dia mencoba mencari kata-kata untuk menjelaskan.
Namun, Clara mengangkat
tangannya tanpa berkata apa-apa dan berseru, "Pedang, serang!"
Dalam sekejap, suara
melengking dari pedang-pedang menggema di seluruh penjuru kediaman keluarga
Romli.
Pedang-pedang yang
tersembunyi di segala sudut terbang keluar, menembus udara dengan kekuatan yang
menggetarkan. Dalam hitungan detik, pedang-pedang itu berkumpul di langit,
membentuk sungai pedang yang berkilauan seperti aliran air yang tak terhentikan
dan meluncur ke arah Alex.
Dia tampak ketakutan,
segera melepaskan cengkeramannya pada Gilbert. Namun, Clara hanya mengibaskan
tangannya. Sungai pedang itu langsung berpencar, melesat dengan presisi ke
segala arah di sekitar Alex, membentuk sangkar pedang yang mengurungnya di
tengah.
No comments: