Bab 2367
Wajah Alex pucat pasi,
matanya dipenuhi ketakutan. Sebuah pedang melayang tepat di depan keningnya,
mengancam seolah-olah hanya menunggu aba-aba untuk menyerangnya.
Clara menatapnya dengan
tajam, berkata dingin, " Kamu tahu betapa berharganya seorang praktisi
pedang? Dan kamu berani mencoba membunuh salah satu dari kami?"
Semua orang di tempat
itu terdiam membeku.
Semua mata tertuju pada
Clara. Wajah mereka penuh keterkejutan dan kekaguman.
Di sisi lain, Saka
akhirnya menghela napas lega.
"Dasar, bahkan
memberikan orang hadiah saja bisa seberat ini," pikirnya.
Clara kemudian
mengalihkan pandangannya ke Gilbert. Matanya menunjukkan rasa tertarik saat dia
memperhatikan pria itu dari atas hingga ke bawah. "
Tadi, kamu.. yang
mengayunkan pedang itu?"
tanyanya
"Ya, itu
aku..."jawab Gilbert dengan suara serak.
Wajahnya menunjukkan
sisa-sisa kelelahan dan rasa sakit.
Clara menatapnya lebih
lama, lalu tanpa memedulikan orang lain, dia bertanya, "Bagaimana kamu
bisa menjadi seorang praktisi pedang?"
Gilbert tampak bingung
dengan pertanyaan itu. " Aku hanya melatih seni pedang. Kenapa semua orang
menyebutku praktisi pedang? Memangnya ada bedanya?" balasnya.
Clara menatapnya dengan
saksama selama beberapa detik, kemudian tersenyum dan berkata, "Maukah
kamu bergabung dengan aliran praktisi pedang di Sekte Furia?"
Begitu kata-kata itu
keluar, semua orang dari keluarga Romli tampak panik. Wajah mereka menjadi
putih seperti salju, dan Alex terlihat semakin ketakutan.
Namun, Gilbert menoleh
ke arah Saka, lalu dengan tegas berkata, "Aku mendengarkan dia."
Clara mengernyitkan
dahi, lalu menatap Saka dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kamu
bisa memerintah seorang praktisi pedang?" tanyanya dengan nada penuh rasa
ingin tahu.
Saka tersenyum santai.
"Awalnya aku berjanji akan mencarikanmu seorang murid. Dan sekarang, aku
telah membawakannya untukmu," ujarnya.
Clara menatapnya dengan
ekspresi rumit, lalu berkata, "Aku pikir kamu hanya mencari alasan untuk
mengulur waktu. Tapi ternyata kamu benar-benar menemukan seorang praktisi
pedang yang berbakat... Baiklah, anggap saja aku berutang budi padamu kali ini."
Saka tertawa kecil.
"Nggak perlu bicara soal budi. Aku membawanya ke sini untuk bertemu
denganmu, tapi sayangnya, mereka nggak menghargainya," ujarnya dengan nada
dingin dan penuh kecewa.
Mendengar itu, wajah
Clara langsung menjadi dingin. Dia menoleh ke arah Alex dan orang-orangnya,
tatapannya tajam seperti bilah pedang." Kalian benar-benar punya pandangan
yang sangat tinggi, ya?" katanya dengan nada mengejek.
Amarah membara di dalam
hati Clara. Dia tidak bisa menerima bagaimana orang-orang ini hampir saja
membunuh seorang praktisi pedang yang begitu berbakat.
Praktisi pedang bukan
sekadar kelompok, melainkan sebuah jenis keberadaan. Mereka saling mengakui,
berkumpul untuk saling mendukung.
Karena mereka terlalu
langka. Setiap tambahan seorang praktisi pedang baru adalah berkah, sebuah
peluang untuk memperpanjang jalan mereka dan memastikan bahwa warisan seni
pedang tidak terputus.
Inilah alasan Clara
sangat menghargai sesama praktisi pedang. Saat dia menyadari bahwa Saka
memiliki potensi untuk menjadi praktisi pedang, dia bahkan menyarankan agar
Saka meninggalkan jalannya yang lama. Namun, dia tidak menyangka Saka mampu
membawanya langsung seorang praktisi pedang sejati.
Alex, yang mendengar
ini, sontak bergetar. Dengan wajah pucat, dia buru-buru berkata, "Yang
Mulia, jangan biarkan dia menipumu. Orang ini mungkin tahu sedikit teknik
pedang, tapi dia bahkan belum mencapai tingkat master ilahi! Jelas dia nggak
berbakat. Apa yang membuatnya pantas menjadi praktisi pedang?"
Clara melirik ke arah
Gilbert. Dahinya berkerut, menatap pria itu dengan rasa ragu. "Usiamu
sudah seperti ini, tapi tingkat kultivasimu masih rendah. Mana bisa kamu
menjadi praktisi pedang... Siapa gurumu? Bagaimana dia mengajarkanmu ? Apa dia
nggak menyadari dia membuang waktumu?"
Gilbert sedikit
mengerutkan kening. Dengan tenang, dia menjawab, "Guru dengan tingkat
tertinggi yang pernah kumiliki hanyalah seorang master puncak tingkat delapan.
Aku sudah melampaui dia sejak lama."
Mata Clara tampak
terkejut. "Master puncak tingkat delapan sebagai gurumu, tapi kamu masih
bisa mengembangkan teknik pedang dan menjadi praktisi pedang..."
Dia terdiam lama,
tenggelam dalam pikirannya. Setelah beberapa saat, dengan wajah yang rumit, dia
berkata, "Dunia fana ternyata menyimpan banyak bakat luar biasa."
Dia kemudian menoleh ke
arah Saka, ekspresinya penuh penyesalan. "Maafkan aku. Aku datang
terlambat," ujarnya.
Saka tetap tenang.
Dengan nada santai, dia menjawab, "Nggak apa-apa. Aku sudah terbiasa
menjadi sasaran masalah Hanya saja... "
Matanya menyapu ke arah
Alex dan Selly, lalu dengan tenang berkata, "Mereka tampaknya punya dendam
pribadi dengan praktisi pedang ini. Mereka bahkan berniat membantai
keluarganya."
Wajah Alex seketika
pucat pasi.
Dia memaksa dirinya
tersenyum sambil menoleh ke Clara. "Nona Clara, biarkan aku menjelaskan
... "
"Nggak perlu
penjelasan," potong Clara.
Dia mengangkat tangannya
dan menjentikkan jari. Sebuah gelombang energi pedang melesat, langsung menuju
Alex dengan kecepatan luar biasa!
Namun, sebelum pedang
itu mencapai sasarannya, sebuah suara tenang tiba-tiba terdengar dari dalam
kediaman keluarga Romli. "Ini hanya kesalahpahaman. Kami harap Yang Mulia
nggak perlu memperpanjang masalah ini."
No comments: