Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 37

 

Bab 37

 

"Terima kasih sudah mengingatkan saya, Pak," Jackie menanggapi singkat.

 

Dengan statusnya dan apa yang terjadi di Bunga Central hampir seminggu lalu, Jackie menyadari. Dia tidak perlu terlalu menganggap omongan orang. Karena, bisa jadi maksud mereka adalah ingin merendahkan dirinya.

 

"Jackie, Pak Hendra, bagaimana kalau kita berpelesir sejenak ke Komplek Awania?" ajak Sukiman yang duduk di ruang tengah kediaman keluarga Jackie pada Hendra.

 

"Komplek Awania?" Jackie berucap spontan.

 

Cresia menatap Jackie dengan sorot sinis lagi angkuh. la bertanya, "Kenapa, Jackie? Apakah kamu tidak tahu di mana Komplek Awania berada?"

 

Begitu melihat reaksi Cresia yang angkuh, Jackie hanya tersenyum. "Tentu saja aku tahu. Apakah kalian memiliki rumah di sana juga?"

 

"Maksudmu, kalian telah memiliki rumah di sana?" tanya Cresia terkejut.

 

"Hahaha!"

 

Sejak tadi terdiam, Aldo bersuara. Dia tertawa, lalu berucap, "Jangan mengkhayal, Jackie. Kau baru saja keluar dari penjara. Bagaimana mungkin kalian dapat membeli rumah di sana? Aneh-aneh saja kamu itu!"

 

"Jackie, Jackie. Jangan mimpi! Harga rumah di Komplek Awania jauh lebih tinggi dari sebuah rumah di tengah kota. Kamu pikir hanya uang yang bisa membuat orang tinggal di sana? Komplek Awania hanya didiami oleh orang-orang kalangan atas, tahu tidak?!" cerocos Cresia.

 

"Maksud Bu Cresia... 'bukan hanya uang yang bisa membuat orang memiliki rumah di sana itu bagaimana?" tanya Sherina lugu karena pensaran.

 

"Aku adalah Manajer Penjualan di Komplek Awania! Tahun ini aku berhasil menjual tiga rumah dan menghasilkan... ya, sekian jutalah. Tak perlu kalian tahu. Salah satu pembeliku adalah seorang bos besar di kota kita dan aku dapat memiliki rumah di sebelah rumahnya!"

 

"Anakku memang pintar. Sebentar lagi kami bisa berkenalan dengan orang-orang tersebut... menyenangkan, bukan?" Cresia menambahkan.

 

"Hebar sekali kamu, Aldo. Sekarang kamu menjadi seseorang yang sukses!" puji Hendra.

 

Mendengar ucapan dan ekspresi Hendra, wajah Sukiman dan Cresia sontak menjadi cerah dan memandangi putra mereka penuh perasaan bangga.

 

"Terima kasih, Om. Yang terpenting bukanlah rumahnya, melainkan dengan tinggal di sana, kami bisa membangun relasi dengan orang-orang di Komplek Awania," kata Aldo meninggikan diri. la lanjut bertutur.

 

"Kemarin, saya sudah menjual satu rumah mewah lagi. Lalu, bertemu dengan Pak Wanarto. Tak ku sangka, orangnya begitu baik hati. Pintu sudah terbuka, mungkin nantinya aku bisa bekerja sama dengan beliau!"

 

"Lihat Aldo, Jackie. Sekarang dia sudah sukses dan kami bersyukur. Bagaimana jika dia sepertimu? Mungkin kami akan hidup penuh kecemasan. Malah bisa bikin pusing tujuh keliling!"

 

Jelas sudah bagi Jackie, kedatangan Sukiman dan keluarga di sana hanya sebatas untuk menyombongkan diri. Hendra, Anita dan Sherina menatap Jackie yang tetap tenang.

 

"Jackie, apakah kamu telah bekerja setelah keluar dari Bawah Sembilan? Jika belum, Aldo bisa membantu mencarikannya untukmu. Sebab sekarang, dia sudah mengenal para bos Kota Bunga," ujar Sukiman.

 

"Tidak terima kasih, Om. Bukannya saya tidak menghargai, akan tetapi, saya juga sudah memiliki rencana saya sendiri," kata Jackie sopan. Sukiman adalah teman baik ayahnya. Sudah barang tentnu dia menghormati kawan lama ayahnya.

 

"Tunggu Jackie, bukankah lebih baik bagimu untuk bekerja..., memiliki pemasukan yang stabil. Jadi aku rasa, tak mengapa apabila kau ingin bekerja di perusahaan kenalan Aldo," bujuk Sukiman.

 

Sontak, Aldo merasa canggung dengan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut ayahnya. "Pa, Jackie adalan seorang mantan napi. Aku khawatir statusnya membuat dia tidak bisa diterima oleh para bos itu."

 

"Sulit bagi seoseorang yang pernah dipenjara untuk mendapat pekerjaan. Belum lagi, orang-orang pasti takut dia akan bertindak yang bukan-bukan. Nanti, Jackie malah cuma menyusahkan Aldo!" sambar Cresia dengan merengut.

 

"Jackie bukan melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, Cresia! Lagi pula, orang-orang besar itu biasanya menilai seseorang dari kesetiannya. Aku percaya Jackie tidak akan macam-macam. Sudahlah, jangan lagi mengungkit latar belakang Jackie!" Sukiman menentang istrinya.

 

"Man, sudahlah. Tidak usah kamu berdebat," Hendra mengingatkan rekannya, begitu juga Anita.

 

"Sabar, Man. Ngambek seperti itu tidak baik untuk kesehatanmu, bukan?"

 

Hendra berkata lagi, "Sudah, Man. Tidak apa-apa. Tak usah Aldo bersusah payah mencarikan Jackie pekerjaan."

 

"Tidak, Hendra. Anakku sekarang mengenal banyak orang penting. Dia pasti dapat menemukan pekerjaan yang cocok untuk Jackie," Sukiman ngotot.

 

"Pa, begini saja. Nanti aku bertanya pada beberapa kenalanku. Siapa tahu, ada tempat bagi Jackie untuk bekerja di perusahaan mereka," Aldo bertutur dengan nada menyerah.

 

"Nah, begitu!" semangat Sukiman menanggapi anaknya. "Ayo, bagaimana kalau kita berangkat sekarang untuk melihat-lihat Awania dari dekat."

 

Untuk beberapa saat, Jackie dan keluarganya mempersiapkan diri. Namun lantas, Jackie medatangi adik dan ibunya.

 

"Sebaiknya Ibu dan Sherina bersiap-siap untuk membawa barang-barang yang penting."

 

"Buat apa aku mempersiapkannya, Jackie?"

 

"Iya, macam apa saja!"

 

Anita juga Sherina berkata bergantian. Jackie tersenyum. la sudah tahu. Apabila dia langsung mengatakan yang sesungguhnya, adik dan ibundanya akan terkaget-kaget.

 

"Kita akan pindah rumah. Sebetulnya, aku ingin mengungkapkannya pada kalian sejak lama. Rumah baru kita sudah siap, kita bisa mulai pindah hari ini." santai Jackie bertutur. Terang saja kata-kata Jackie membuat ibu dan adiknya terkaget-kaget.,

 

"Jackie, kamu tidak sedang main-main 'kan?" tanya Anita lagi.

 

"Astaga, Ibu. Aku bersungguh-sungguh," Jackie berusaha meyakinkan Anita.

 

Walau masih dibayang-bayangi apakah yang Jackie bilang benar-benar nyata, Anita dan Sherina tetap mempersiapkan peindahan mereka yang mendadak tersebut.

 

Untung saja keluarga mereka tidak memiliki banyak barang berharga. Anita dan Sherina juga hanya beberapa perhiasan. Sisanya adalah dokumen penting, juga beberapa pakaian.

 

"Tidak usah membawa yang lain. Kita cuku membawa badan saja ke sana!" Jackie mengingatkan.

 

Sukiman masih tidak habis pikir dan merasa curiga. Dalam benaknya, dia bertanya-tanya. "Bagaimana bisa orang yang baru keluar dari penjara mendapatkan uang untuk membeli rumah?"

 

Namun, Jackie tenang-tenang saja. Dia mendekat pada SUkiman dan berucap, "Om, nanti coba Om lihat rumah saya. Anda juga memberi masukan. Apa kekurangannya."

 

Menengar apa yang disampaikan Jackie pada ayahnya, Aldo yang berada di dekat situ angkat bicara. "Tidak usah! Tak mungkin dia memiliki rumah di Komplek Awani, Ayah!" tentangnya

 

Senyum miring terpampang pada bibir Jackie. Lantas, dia berkata, "Sebenarnya, rumahku itu berada tepat di sebelahmu, Aldo."

 

Sementara keluarga Jackie bersiap-siap, Aldo membanggakan rumah yang baru saja dia dapatkan. Termasuk menyebutkan lokasinya.

 

Saat itulah Jackie mengetahui. Ternyata, rumah yang akan ia tempati bersama orang tua dan adiknya bertetangga dengan Sukiman sekeluarga.

 

"Hahaha...!"

 

Apa yang diucapkan oleh Jackie itu malah membuat Cresia dan anaknya tergelak. Sebab bagi mereka, sama sekali tidak mungkin Jackie yang merupakan mantan napi Bawah Sembilan telah memiliki rumah tepat di sebelah kediaman mereka.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 37 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 37 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 03, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.