BAB 75
"J-ja-jackie..." geram
Stella bergumam.
Keadaan bisa dibilang genting. Akan
tetapi, untuk kedua kali Jackie menenggak anggurnya. Sesudahnya, ia kembali
berucap pada Stella.
"Karena bagiku kamu hanya
dipermainkan oleh Xander, kali ini aku mengampunimu. Tapi lain kali..., kamu
tidak akan seberuntung sekarang."
Stella mendengar peringatan Jackie
yang sedikit berbau ancaman tersebut sembari kembali bangkit berdiri.
"Lain kali? Setelah ini... akan
aku pastikan kamu tidak akan mampu mengalahkanku, dokter keparat!"
Tanpa berlama-lama, Stella yang menyeka
tetesan darah pada bibirnya memutar badan dan beranjak dari sana.
Karena sempat terjadi keributan,
Maria datang bersama petugas keamanan Phoenix Bistro juga pengawal pribadi dan
anak-anak buahnya yang lain.
"Astaga! Si-siapa yang berani
membuat keributan di sini?! Ini gilal Apakah kalian tidak apa-apa? Dokter
Jackie maafkan akul Kami benar-benar lengah. Lagi pula, siapa wanita yang bisa
menerobos barikade keamanan kami?!" panik Maria bercerocos.
"Dia adalah salah satu murid
Kuil Surya Ungu, Bu Maria. Rekan seperguruan dari Xander Rilley," Athena
yang menjawab.
"Ap-apa ?! Kuil Surya... apa
tadi? Teman seperguruan Xander Rilley?! Ya ampun...! Pantas saja cewek itu
begitu berani!" ujar Maria gugup. Dia pun memandang ke arah Jackie yang
sedang duduk di belakang meja, la berucap lagi.
"Dokter, sekali lagi. Aku
memohon maaf atas keributan yang terjadi. Lagi pula, jika memang wanita
tersebut adalah anggota perguruan yang sama dengan Xander aku juga tak dapat
berbuat banyak!"
"Tidak apa-apa Bu Maria. Ini semua
bukan salah Ibu. Bisa dibilang, akulah biang keroknya. Karena, dia datang ke
kemari untuk aku," terang Jackie menenangkan.
"Ba-baiklah, Dokter. Sekarang
sebaiknya kalian pindah ruangan saja. Karena... ya ampun..! Pintu ruanganku ini
dijebol sedemikian rupa! Dasar orang aneh!"
Usai memindahkan tempat ketiga
tamunya, Maria langsung menyuguhkan banyak makanan baru juga tambahan. Malahan
dia memastikan, semua makanan dan minuman yang Jackie dan kedua tamunya pesan
tidak perlu dibayar alias gratis.
"Kak, aku ingin meminta maaf
padamu karena tingkah aku sebelum Stella datang tadi. Mungkin... akulah yang
kruang dewasa dalam menyikapi Kakak, Athena berujar dengan mimik menyesal.
"Nyatanya bagiku..., dengan kemampuanmu, Kakak pantas untuk jual mahal."
"Tidak apa-apa Athena. Aku
sendiri menilai kamu tidak perlu meminta maaf. Toh hal-hal seperti ini biasa
terjadi dalam dunia bisnis, bukan?" Jackie berusaha menghibur kolega
barunya
"Terima kasih. Astaga, rasanya
aku butuh lebih banyak anggur," sambut Athena.
Lucu. Athena kembali menenggak anggur
sekaligus tandas. Jackie bisa memastikan si gadis muda itu mungkin sudah
sedikit mabuk. Wajahnya bersemu merah. Walau begitu, kecantikannya sama sekali
tidak memudar. Malah, semakin imut saja.
"Dokter... Anda tidak marah pada
Athena, bukan? Jika memang begitu, aku mohon... maafkan sikap Athena terhadap
Anda," pinta Siska.
"Aku sama sekali tirdak marah,
Bu Siska. Atau, menanggap Nona Arwana rendah. Aku sudah menjalin perjanjian
dengan orang lain. Mungkin Keluarga Arwana bisa bekerja sama denganku di lain
waktu," Jackie menanggapi perkataan Siska.
Lalu, Jackie menoleh ke arah Athena.
"Athena, kau telah menyaksikannya sendiri. Xander rupanya menaruh dendam
terhadapku. Makanya itu tadi aku bilang padamu. Menjalin kerja sama denganku
risikonya besar bagimu."
Sebelumnya, Athena sempat berang
sewaktu Jackie berkata akan ada masalah bagi keluarganya jika berkongsi dengan
Jackie. Tapi sekarang dirinya paham benar.
Dari apa yang dikatakan oleh Jackie
barusan, sang dokter ternyata tidak mau apabila Athena berada dalam bahaya
karena rivalitas si Dewa Muda dengan seorang Xander Rilley.
"Aku mengerti. Pengaruh Tetua
Rilley memang cukup kuat. Tapi sekali lagi. Keluarga Arwana sama sekali tidak
takut pada para Rilley. Aku sendiri belum mengetahui seperti apa pengaruh
Xander, apalagi guru dia adalah Master Diagano. Masalahnya bakal menjadi agak
rumit," tutur Athena.
"Apa mau dikata, Athena.
Sekarang ini bukanlah waktu yang tepat bagi kita untuk berbisnis bersama.
Selain itu aku juga mendengar, Dian Diagano akan datang ke Makara," Jackie
menerangkan.
Tapi begitu mengetahui dari Jackie
bahwa seorang Dian Diagano akan berada di negara mereka, Ekspresi wajah Siska
dan Athena berubah.
"Ternyata kamu memiliki niat
untuk berdamai. Yang jelas, menurutku kamu tidak mau banyak bermain-main dengan
Stella merupakan langkah yang sangat tepat," kata Athena.
"Tidak juga begitu. Aku tidak
membunuh Stella karena dia sudah terkena tipu daya Xander. Jika Stella masih
saja memaksa untuk berhadapan denganku, mungkin aku tidak akan segan-segan
untuk menghentikan dia," Jackie menjelaskan.
"Tunggu, tunggu. Apakah kamu
tidak takut gurunya akan membalas dendam terhadap kamu?!" kaget Athena
berkata-kata.
Perkataan Athena tersebut membuat Jackie
menyeringai tipis. Kembali menenggak anggur, Jackie berucap, "Atas alasan
apa aku mesti takut pada Dian. Jika memang benar Dian memiliki maksud untuk
bertemu denganku, terpaksa, la harus aku hajar, enteng dia berkomentar.
"Kakak itu ada-ada saja. Baiklah.
Aku harus kembali ke hotel dan membicarakan hasil pertemuanku denganmu ini pada
kedua orang tuaku," ujar Athena.
Siska turut buka suara. "Aku
tidak tahu persis. Tetapi di mata banyak orang Xander adalah seseorang yang
sangat kuat belum lagi, gurunya memiliki nama di dunia seni bela diri."
"Kak Jackie, tak bisakah kamu
menyelesaikan konflik ini secara baik-baik?" Athena menambahkan.
"Semestinya, perkataanmu itu
untuk Xander. Aku sendiri tidak takut apabila Master Diagano datang kemari.
Seperti apapun dia, aku akan menghadapinya," pungkas Jackie.
Sementara itu, di Hotel Pajajaran.
Stella datang ke kamar suite dari hotel tersebut untuk menjumpai Xander.
Melihat saudari sepergurannya datang dengan kuyu, dia langsung bertanya.
"Bagaimana, apakah kamu berhasil
membunuh si dokter sialan itu?" tanya Xander.
"Kakak, maafkan aku. Aku telah
gagal menjalani misiku. Tak ku sangka. Dokter Jackie itu juga adalah seorang
ahli bela diri yang hebat," lemah Stella menjawab.
"Maksudmu, kau telah dikalahkan
oleh Jackie?!" kaget Xander.
"Ya, betul, Kak
Seketika itu Xander terdiam. Ada
perasaan gusar menyergap dirinya. Seharusnya, Stella bisa mengatasi Jackie,
karena adik seperguruannya itu adalah seorang pendekar Tingkat Bumi. Tetapi
ternyata, Stella tidak mampu menang dari musuh mereka.
"Dia juga telah menaklukkan
seorang Clark Harianto. Sungguh merepotkan juga anak itu!" Xander berkata
dengan mimik berpikir.
"Kak Xander, mengapa Kakak tidak
memberitahu aku bahwa Jackie adalah seorang ahli bela diri juga?" Stella
menuntut penjelasan Xander.
"Meski ia pernah mengalahkan
Clark Harianti, bagiku dia bukan apa-apa, Stella. Itulah mengapa aku tak bilang
apa-apa padamu. Lagi pula, kamu juga adalah seorang pendekar yang kuat!"
jawab Xander.
Dia berkata lagi. "Guru kita adalah
Master Diagano. Mana bisa para murid Kuil Surya Ungu dikalahkan oleh orang
seperti Jackie?"
Apa yang dicuapkan oleh Xander
membuat semangat Stella bangkit kembali. Dia mengangguk-angguk tanda setuju.
Kemampuan seorang Clark Harianto tak sebanding dengannya.
"Bagaimanapun juga, aku harus
bisa menaklukkan dokter busuk itu,” pasti Stella dalam hati
No comments: