Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 86

BAB 86

 

Beberapa kali, Yanto berhasil menjalankan strateginya. Lebih banyak berkelit dan menangkis, ia juga melepaskan beberapa pukulan pada lawan. Akan tetapi, dirinya terkejut.

 

"Sial... dia kuat sekalil" bingung Yanto dalam hati. Lantaran, Charles seperti tidak merasakan pukulan maupun tendangan yang ia lepaskan.

 

Sebagai pemimpin sebuah perkumpulan seni bela diri, teknik yang dikerahkan Yanto tidak sembarangan. Dia berpengalaman dalam menghadapi lawan seperti apapun. Sehingga apabila dia berkata demikian, itu berarti Charles memang sangat perkasa.

 

"Sini kau, berengsek! Akan kuhancurkan kamu seperti seranggal" ucap Charles sembari terus mengejar Yanto yang melancarkan strategi gerilya.

 

Di dalam rumah. Hendra dan Anita mengintip apa yang terjadi melalui jendela. Mereka pensaran dengan apa yang sebetulnya tengah berlaku di luar. Tetapi Dhany, wakil Yanto di Geng Ular Berbisa langsung masuk ke dalam dan mengingatkan kedua orang tua junjungannya.

 

"Bapak, Ibu tetap di sini! Suasana di luar genting. Musuh yang kami hadapi sangat kuat. Sebaiknya, Anda berdua segera menghubungi Dewa Muda agar ia segera kembali kemaril Dhany berkata dengan agak panik.

 

"Ba-baik, Dhany...!" sahut Anita, la langsung mengangkat ponselnya.

 

Saat itu, Jackie memang sedang membawa adiknya untuk menjumpai seorang guru vokal kenamaan di Kota Bunga

 

Dia mendapat informasi mengenai sang musisi dari Elvi Wijaya yang langsung menghubungkan Jackie dengan orang tersebut.

 

Morgan Kalsino memang adalah seorang guru olah vokal. yang handal. la sudah menelurkan banyak musisi populer saat ini, sekaligus menciptakan lagu untuk mereka. Sehingga, nama murid-muridnya melejit.

 

"Aku sangat suka dengan karakter vokal Sherina. Jangkauan vokalnya begitu baik. Aku bukan hanya membimbing orang karena mereka datang padaku dan membayar supaya mereka menjadi penyanyi yang baik," tutur Morgan. Dia melanjutkan.

 

"Tetapi, aku juga akan sangat senang apabila calon muridku memiliki bakat yang luar biasa. Seperti Sherina ini. Suara dia bagus sekali!"

 

Mendengar seperti apa sebetulnya bakat vokal dari Sherina, sudah barang tentnu Jackie merasa bangga terhadap adiknya. la menatap Sherina dengan senyum, sedangkan sang adik tersipu-sipu malu.

 

"Terima kasih Kak Morgan. Adik saya memang memiliki suara yang indah. Oleh karena itu, aku sangat ingin dia terus mengasah kemampuan vokalnya," ucap Jackie.

 

Morgan sempat memberi tips bagi Sherina agar muridnya tersebut bisa menjaga kualitas suara. Setelah itu, Jackie dan Sherina pamit.

 

"Aku tidak menyangka, ternyata Elvi baik juga mau menghubungkan kita dengan Kak Morgan," ujar Sherina sekonyong-konyong

 

Pujian Sherina untuk Elvi tersebut membuat Jackie menoleh tipis pada adiknya, la tahu. Saat Sherina dan Elvi berjumpa pertama kali, adiknya tersebut tidak suka pada tingkah Elvi yang agak genit.

 

"Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari sekali bertemu, bukan? Sekarang kita tahu. Elvi baik hati. Dari pada seseorang yang terlihat begitu akrab, akan tetapi menyimpan niat licik terhadap kita," ucap Jackie mengingatkan adiknya.

 

"Ya, Kakak benar. Aku jadi malu juga karena sudah menganggap Elvi perempuan centil. Sekarang, dia membuka jalan bagiku untuk kembali mendalami dunia musik, Sherina berujar dengan mimik riang.

 

Sewaktu menghitung hari menjelang dirinya akan keluar dari penjara, Jackie telah menyusun banyak rencana demi keluarganya. la sudah bersumpah pada dirinya sendiri, dia mesti membahagiakan mereka.

 

Harapan terbesar Sherina adalah untuk bisa mendalami ilmu bermusiknya di ibukota. Agar kelak, dia menjadi seorang musisi handal.

 

"Untuk sementara, belajarlah dengan baik pada Kak Morgan, Sherina. Setelah itu, baru kita bahas mengenai perkuliahmu," ujar Jackie seraya merangkul pundak adiknya.

 

"Kakak, terima kasih. Kakak sudah mengusahakan yang terbaik untukku," balas Sherina sembari menoleh pada Jackie dengan wajah cerah.

 

Dang-ding-dong... dang-ding-dong..!

 

Telepon genggam Jackie berdering. la melepaskan rangkulannya dari Sherina. Sementara, Elvi yang mengantar mereka muncul.

 

"Bagaimana sudah selesai?" sambut Elvi.

 

"Sudah, Elvi!" jawab Sherina.

 

Sedangkan Jackie yang mengetahui bahwa yang menghubungi dia adalah Anita langsung menjawab panggilan masuk tersebut.

 

"Ya, Ibu?"

 

Terdengar suara Anita di seberang sana. "Jackie..., cepat pulang. Ada masalah di sini..."

 

Sementara Sherina dan Elvi berbincang-bincang, raut wajah Jackie yang mendengar informasi dari sang bunda berubah. Ekspresinya menjadi dingin.

 

Sorot mata Jackie saat itu berubah. Seolah ada sesuatu yang merasuki dia. Aura pembunuh yang pernah dilihat orang-orang dari sosoknya seketika bangkit.

 

"Sherina, Elvi," Jackie mendatangi kedua wanita muda itu usai berbicara dengan sang bunda.

 

"Kenapa, Kak?" tanya Sherina.

 

Tidak bisa. Jackie tak mungkin memberitahu apa yang tengah berlaku di rumah mereka sekarang pada Sherina. Adiknya itu sedang merasa semringah karena cita-citanya untuk kembali menekuni dunia tarik suara telah dimulai. Sang kakak enggan merusak suasana hati Sherina.

 

"Barusan ibu menghubungiku. Ada tamu mendadak berkunjung ke rumah kita. Aku harus segera pulang. Bagaimana kalau kalian pergi ke mana dulu berdua, nanti jika memungkinkan, aku menyusul," terang Jacke.

 

Sebagai orang yang memiliki pembawaan bak gunung es, Sherina tidak curiga pada Jackie. Sebab, kakaknya itu terlihat tenang-tenang saja.

 

"Ah, kebetulan. Aku sebenarnya ingin mengajak kamu makan steak, Sherina. Bagaimana kalau kita pergi sekarang? Nanti Kak Jackie menyusul!" semangat Elvi.

 

"Baik. Kak, jangan lupa kontak kami apabila Kakak bisa bergabung!" Sherina berpesan pada abangnya.

 

"OK. Kalian pergilah. Selamat bersenang-senang," balas Jackie.

 

Sherina mengikuti Elvi untuk naik ke dalam kendaraan si putri Wijaya. Tanpa menunggu hingga mobil mewah Elvi tersebut beranjak, Jackie langsung melangkah menuju arah yang berlawanan. Hatinya sudah penuh dengan perasaan geram.

 

"Siapapun yang berani mengusik ketentraman keluargaku, dia tidak akan ku biarkan selamat!" batin Jackie memastikan.

 

Begitu tiba di sebuah gang, tahu-tahu saja sosok Jackie menghilang. Lebih tepatnya lagi, dia melakukan lompatan dan melesat dengan cepat untuk menaiki tembok-tembok gedung di sana

 

Sangking cepatnya, tidak ada orang yang mampu melihat sosok Jackie yang melakukan loncatan, menyeberangi bangunan lalu kembali mendarat

 

Sempat berpapasan dengan beberapa orang, mereka tidak mengetahui apa yang melintas di dekat mereka. Sebab, Jackie tengah mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang disebut teknik Langkah Angin Sang Dewa. 1

 

Set!

 

Bwushhh!

 

Agak lucu jadinya. Sebagian orang merasa bak ada angin kencang yang berembus cepat di antara mereka. Malahan, para wanita yang mengenakan rok mesti berhati-hati. Sebab, apa yang dilakukan Jackie membuat rok yang mereka kenakan terangkat.

 

"Ups_!"

 

"Awh_!"

 

"Apa itu tadi?"

 

"Tidak tahu. Angin mendadak bertiup kencang. Tetapi, singkat saja..."

 

Kembali ke halaman rumah Jackie. Charles benar-benar seperti bulldozer yang tak mengenal lelah. Dia terus-terusan meladeni Yanto dengan strategi pukul dan larinya.

 

Tapi lama kelamaan, Yanto sendiri mulai kewalahan. Taktiknya sangat memakan energi. Sehingga, gerakannya menjadi lambat. Ya, fisik dia mulai kelelahan.

 

"Lihat..., kamu menjadi lambat sekarang. Akan ku lahap kau makhluk lemah!" ujar Charles menggunakan bahasanya.

 

Benar saja. Yanto yang lengah karena kehabisan tenaga tak mampu mengelak. Tatkala, Charles melayangkan tinju dan mendera dada si kepala pengawal keluarga Jackie.

 

Bugh!

 

"Humppphhh...!"

 

Hantaman yang diterima Yanto dari Charlie membuat tubuhnya terlempar belasan meter. Darah pun menetes dari bibir salah satu anggota Geng Ular Berbisa paling tangguh tersebut. Lalu, Charles, mendekati lawan.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 86 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 86 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 26, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.