Bab 7
Suaranya begitu datar dan tidak
terdengar arogan sama sekali.
Pria yang punya bekas luka dan juga
beberapa pria kekar di belakangnya tertegun pada awalnya, kemudian mereka
langsung tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha.... Lucu sekali. Apa
yang barusan dikatakan gigolo ini? Dia mau buat aku menghilang?"
"Bodoh. Sepertinya kamu terlalu
banyak menonton drama idola, jadi sekarang kamu sok ingin menjadi pahlawan dan
menyelamatkan gadis ini?"
"Bos, buat apa buang-buang waktu
dengannya? Bunuh saja dia!"
Anak buah di samping pria bekas luka
mengayunkan pipa baja di tangannya ke arah Nathan sambil bersiul. Apalagi,
serangannya terlihat sangat brutal.
Regina menghela napas. Sepertinya dia
harus mengambil tindakan untuk melindungi Nathan.
Keberanian Nathan memang patut
dipuji, tetapi pria itu agak bodoh dan tidak bisa memahami situasi yang sedang
mereka hadapi.
Tepat di saat itu, dia mendengar
suara teriakan melengking.
Setelah itu, dia melihat pria kekar
yang barusan berinisiatif menyerang itu terjatuh ke tanah, berguling, sambil
memegang perutnya.
Entah bagaimana pipa baja yang
dipegangnya barusan bisa berakhir di tangan Nathan.
Kemudian....
Buk, bak, buk!
Dengan serangkaian suara teredam,
pipa baja di tangan Nathan langsung diluncurkan ke depan.
Pria-pria kekar yang menyerbu itu
bahkan tidak bisa mendekati Nathan sedikit pun. Semuanya terjatuh ke tanah
sambil menjerit kesakitan.
Tidak seorang pun yang melihat
bagaimana Nathan mengeluarkan serangannya. 2
Lantaran gerakannya terlalu cepat,
seolah-olah seperti hantu!
Pria bekas luka itu meraung. Dia
adalah orang terakhir yang menyerbu ke arah Nathan. Dia melompat tinggi dan
mendaratkan sebuah tendangan cambuk yang dahsyat.
Nathan membuang pipa baja yang telah
berubah bentuk di tangannya. Tanpa melihat ke arah pria yang punya bekas luka
itu, dia langsung menendangnya.
Pria yang punya bekas luka itu
mengerang kesakitan. Tubuhnya membungkuk seperti udang, terhempas mundur dengan
kecepatan yang begitu menakutkan.
Dia mendarat tepat di atas mobil SUV.
Darah muncrat keluar dari mulutnya. Tampaknya dia tidak bisa bangkit lagi. 2
Dia mengangkat kepalanya dengan
sekuat tenaga dan menatap Nathan dengan takut. "Kamu ... kamu...."
Nathan bahkan tidak meliriknya
sedikit pun. Dia hanya berbalik dan mendekati Regina sambil berkata dengan
tenang, "Ayo kita pergi, Nona Regina!"
Masih ada kilatan keterkejutan di
mata indah Regina.
Dokter Nathan ini terlihat lembut dan
anggun, tetapi ternyata dia seorang pria sejati.
Tak disangka, begitu bertarung, dia
akan begitu hebat.
Kenapa ada orang yang mengatakan pria
ini sebagai gigolo?
Keterampilan medisnya begitu tinggi
dan seni bela dirinya juga memukau. Dia adalah sosok hebat yang tersembunyi!
Hati Regina tiba-tiba dipenuhi
kegembiraan. Mungkin dia telah menemukan harta karun!
Dia memasang senyum menawan, lalu
menyalakan mobil dan melaju menuju Gluton.
"Dokter Nathan, selain
menyelamatkan Elin, sekarang kamu juga menyelamatkanku. Aku benar-benar nggak
tahu harus bagaimana berterima kasih kepadamu."
Sembari mengemudi, Regina juga
berbicara sambil tersenyum. Makin lama dia makin tertarik pada Nathan.
2
Nathan tersenyum tipis dan berkata,
"Sebenarnya aku juga nggak melakukan apa pun. Tapi Nona Regina, sebaiknya
kamu berhati-hati. Orang-orang ini mungkin sekomplotan dengan orang yang
meracuni Elin!"
Wajah Regina berubah dingin.
"Aku bisa menebak siapa pelakunya. Huh! Keluarga Suteja kami juga nggak
bisa dianggap remeh. Aku pasti akan membuat mereka menanggung
konsekuensinya!"
Elin yang duduk di kursi belakang
berkata, "Kak, Kak Nathan sudah banyak membantu kita. Bukankah seharusnya
kita membalas budi padanya?"
Regina setuju. "Elin benar. Kita
harus berterima kasih kepada Dokter Nathan."
Elin memutar matanya dan berkata
dengan nada nakal, " Kak, aku punya saran."
"Apa itu?"
"Hmm, karena Kak Nathan nggak
menginginkan kartu emas Keluarga Suteja kita, bagaimana kalau Kakak memberinya
hadiah sekali saja?"
"Hah? Dasar bocah! Omong kosong
apa yang kamu bicarakan? Aku akan merobek mulutmu...."
Obrolan kakak beradik itu membuat
Nathan terdiam.
Wajah cantik Regina memerah, tetapi
dia masih sangat bermurah hati. Dia buru-buru berkata kepada Nathan, "
Dokter Nathan, jangan dianggap serius. Adikku memang seperti ini. Dia suka
sembarangan bicara."
Nathan hanya tersenyum tak berdaya
untuk mengungkapkan bahwa dia mengerti.
Namun detik berikutnya, Regina
berkata, "Tapi aku nggak keberatan dengan apa yang disarankan Elin.
Sermuanya tergantung pada pendapatmu, Dokter Nathan.
Nathan benar-benar tidak berdaya.
Memang benar, Regina adalah wanita
cantik yang sangat menggoda.
Lahir di keluarga bangsawan, anggun
budi pekertinya, apalagi parasnya begitu cantik dan menawan.
Gadis itu juga punya lekuk tubuh yang
indah. Tidak seperti Emilia, yang lebih memberikan kesan wanita cantik yang
dingin dan sulit didekati.
Bisa dikatakan, Regina memiliki
kepribadian yang berbeda 180 derajat dengan Emilia. Gadis ini penuh daya tarik,
bibir kecilnya begitu merah dan juga dada yang seksi. Membuat orang terpesona
kepadanya.
Nathan telah melihat banyak wanita
cantik, tetapi pesona yang dimiliki Regina terlalu kuat. Membuatnya kesulitan
untuk menolak.
Melalui kaca spion, Regina bisa
menyadari bahwa Nathan tampak agak malu. Gadis itu menutup mulutnya dan
terkikik.
Pria ini sangat menarik. Bisa-bisanya
dia malu mendengar perkataan itu.
Ada banyak pria yang mengejarnya,
apalagi segala macam tipe pria juga ada, tetapi ini pertama kalinya Regina
bertemu dengan pria yang begitu menarik.
Bagaimana kalau dia menaklukkan yang
satu ini dulu?
Panti Asuhan Gluton terletak di
bagian selatan Beluno dan memiliki area yang luas.
Tanah luas yang belum dikembangkan
itu selalu menjadi komoditas yang didambakan oleh seluruh komunitas bisnis
Beluno.
Melalui acara penggalangan dana ini,
panti asuhan akan menyerahkan tanahnya. Jadi, akan melibatkan keluarga-keluarga
terpandang di Beluno, juga kelompok bisnis besar dan kecil untuk ikut ambil
bagian
Malam sudah tiba. Lampu menyala.
Area depan Panti Asuhan Gluton sudah
ditutupi karpet merah. Orang-orang sukses dari Beluno datang bersama partner
mereka untuk bersosialisasi.
"Nona Regina, selamat
datang!"
Kepala panti asuhan langsung datang
menyambut Regina.
Tepat di saat Regina hendak
berbicara, kepala panti asuhan membetulkan kacamatanya yang miring. Dia
kemudian melirik pria di samping Regina dan berkata dengan heran, "Dokter
Nathan, kamu juga datang ke sini? Astaga. Aku dan anak-anak semuanya sudah
nggak sabar untuk bertemu denganmu."
Beberapa anak dari panti asuhan
mengelilingi Nathan dengan gembira. Semuanya terus-terusan memanggil namanya.
Regina terkejut. Melihat Nathan asyik
mengobrol dengan kepala panti asuhan, dia tidak menyangka dirinya yang notabene
seorang gadis bangsawan dari Keluarga Suteja akan kalah populer dibandingkan
seorang dokter kecil.
Beberapa tamu terhormat yang lewat
datang dan menyapa Regina.
Regina tersenyum dan berpikir dalam
hati, 'Akhirnya aku mendapatkan kembali harga diriku.'
"Dokter Nathan, mari aku
kenalkan beberapa bos padamu!"
Regina tersenyum dan bersiap untuk
memamerkan koneksi Keluarga Suteja pada Nathan.
"Eh! Bukankah ini Dokter Nathan
dari Rumah Sakit Perdana? Halo, halo. Saya Dimas Perwiro. Berkat pengobatan
dari Anda, saya sekarang sudah bisa berjalan!"
"Halo, Dokter Nathan. Anda masih
ingat saya, 'kan? Dulu, saya kesulitan untuk hamil. Berkat bantuan Anda, anak
saya sudah berusia satu tahun. Akhirnya saya punya keturunan juga!"
"Dokter Nathan, senang bertemu
denganmu hari ini. Aku ingin bersulang untukmu. Kalau bukan karena bantuanmu,
aku yang baru berusia enam puluhan mungkin sudah harus meninggalkan dunia ini.
Sekarang kondisiku masih kuat!"
Regina tercengang.
Tanpa perlu dia perkenalkan, para
tamu terhormat itu telah bergegas menghampiri Nathan dan bertegur sapa.
Pria ini punya koneksi dan kemampuan
bersosialisasi yang luar biasa.
Padahal, dia hanya seorang dokter
kecil. Siapa yang akan percaya?
Hati Regina dipenuhi dengan berbagai
emosi. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa pria ini tidak boleh dianggap
remeh!
Setelah berhasil mengusir para tamu
terhormat, Nathan meinandang Regina dan berkata, "Maaf, Nona Regina.
Mereka semua adalah pasienku. Tapi sejujurnya, aku benar-benar nggak ingat
lagi."
Regina tersenyum penuh arti.
"Dokter Nathan, ternyata kamu punya bakat terpendam."
Namun, Regina sama sekali tidak tahu
bahwa Nathan benar-benar tidak mengingatnya, meskipun orang-orang barusan
semuanya adalah tokoh terkenal di Beluno.
No comments: