Bab 6
Nathan tidak menyangkal dan hanya
mengangguk. Dia tidak menyangka bahwa wakil kepala rumah sakit ternyata
berwawasan luas.
Ruben bertanya kepada ayahnya seperti
orang bodoh, " Ayah, apa itu teknik penekanan titik akupunktur dan
penyegelan meridian? Apa benar sehebat itu?"
Wajah Andre berubah gelap. Dia
berharap bisa menampar putra bodohnya sampai mati.
"Dasar bodoh! Diam saja! Apa
kamu merasa ini semua masih nggak cukup memalukan?"
"Penekanan titik akupunktur dan
penyegelan meridian adalah keterampilan medis yang legendaris."
"Konon, ada beberapa tabib kuno
yang nggak pernah menampakkan diri bahkan menggunakan metode ini untuk
mengambil nyawa seseorang dalam sekejap. Mereka bisa menyegel pembuluh darah
seseorang, membunuh ataupun menyelamatkan nyawa seseorang dalam
sekejap....."
Regina juga punya wawasan luas. Saat
melihat Nathan menggunakan teknik itu, dia sempat terkejut.
Pemuda yang dirumorkan menjadi
'gigolo-nya' Emilia ini memang ahli dalam bidang pengobatan.
Dia tidak mengerti, mengapa orang
berkemampuan seperti Nathan akan disalahpahami sebagai gigolo ....
Perawatan tidak memakan waktu lama.
Setelah sepuluh menit, transfusi darah selesai.
Setelah Nathan membalut luka pasien
dan membersihkannya, dia menginstruksikan semua orang untuk tidak mengganggu
anak itu beristirahat dan berjalan keluar dari ICU.
Regina buru-buru mengejarnya.
"Dokter Nathan, tunggu sebentar."
Nathan berbalik dan memandangnya.
"Ada hal lain?"
Usai memberikan transfusi darah,
wajah Regina terlihat pucat. Dia berkata dengan nada serius, "Bukan
apa-apa. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada staf medis Rumah Sakit
Perdana."
"Kalau bukan berkat kalian,
nyawa Elin mungkin nggak akan terselamatkan lagi."
Regina memberi isyarat dengan
tangannya.
Sekretarisnya segera memberikan
imbalan terima kasih yang telah dia persiapkan.
Begitu menerima imbalan terima kasih,
para perawat dan dokter yang membantu Nathan semuanya tampak terkejut.
Lantaran Keluarga Suteja sangat
bermurah hati.
Apalagi, mereka sadar bahwa mereka
bisa mendapatkan semua ini juga berkat Nathan!
"Nona Regina terlalu sungkan.
Menyelamatkan nyawa sudah menjadi tugas kami sebagai dokter. Bagaimana kami
bisa menerima imbalan terima kasih dari Anda?"
Saat ini, Ruben dan ayahnya juga
mendekat.
Perkataannya terdengar seakan-akan
dirinya paling benar.
Ada ekspresi bangga di wajah Ruben,
yang berusaha keras disembunyikannya, seolah-olah penyelamatan nyawa pasien
bisa berhasil berkat dirinya.
"Maaf, aku ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dokter Nathan beserta timnya. Sama sekali nggak ada
hubungannya dengan kalian berdua!"
Nada acuh tak acuh dari Regina
seketika membekukan senyum di wajah Ruben dan ayahnya. Keduanya seakan-akan disiram
dengan baskom berisi air dingin.
Regina mengabaikan mereka begitu
saja. Sebaliknya, dia segera mengeluarkan kartu emas dan menyerahkannya kepada
Nathan.
"Dokter Nathan, anggap ini
sebagai tanda terima kasih khusus dari Keluarga Suteja kami. Aku harap kamu
menerimanya."
Sebelum Nathan sempat berbicara.
Ruben telah bergegas mendekat dan
menatap kartu emas itu.
"Nona Regina, bukankah ini kartu
emas hitam eksklusif Grup Suteja kalian?"
"Kenapa kamu malah memberikannya
pada pecundang ini? Seharusnya, kamu berikan pada ayahku, atau nggak kepadaku
juga boleh. Ayahku adalah wakil kepala Rumah Sakit Perdana. Sekalipun ingin
memberi penghargaan, kamu juga nggak boleh melangkahi jabatan...."
Regina tidak sanggup menghadapi orang
yang tidak tahu malu seperti itu lagi. Dia langsung memberi perintah dengan
dingin, "Pengawal, suruh dia keluar dari sini."
Kedua pengawal itu segera maju ke
depan, lalu menjambak rambut Ruben, dan menyeretnya dengan kasar. Mereka sama
sekali tidak menggubris teriakannya.
Andre yang menyaksikan adegan itu
tidak berani marah pada Regina. Jadi, dia hanya bisa melampiaskannya pada
Nathan. "Keterampilan medismu memang bagus, Nathan. Tapi aku harap kamu
bisa memahami satu hal. Tanpa dukungan dari rumah sakit, memangnya kamu bisa
apa? Huh!"
Nathan masih belum mengambil kartu
emas yang diberikan Regina.
Dia tidak punya kebiasaan menerima
hadiah dari pasien, meskipun kartu emas itu mewakili Keluarga Suteja yang
terkenal dan akan membuat banyak orang di Beluno yang iri pada pemiliknya.
"Nona, jangan-jangan Dokter
Nathan ini sedang menggunakan taktik 'jual mahal' padamu?" tanya
sekretaris sambil mengerutkan kening. Dia belum pernah bertemu dengan orang
yang menolak kartu emas Keluarga Suteja.
Apalagi, kartu emas ini sangat
istimewa karena diberikan oleh Regina secara langsung. Maknanya tentu tidak
biasa.
Regina menggelengkan kepalanya sambil
berpikir sejenak. "Nggak. Sepertinya dia benar-benar nggak
menginginkannya."
"Tapi kalau dia benar-benar
menggunakan taktik 'jual mahal', sepertinya juga nggak begitu buruk..."
Di akhir kalimatnya, Regina
memperlihatkan senyum menawan. Sepasang matanya tampak berbinar. Tidak ada yang
tahu apa yang gadis itu pikirkan sekarang.
Sekretaris itu mengerutkan kening,
tetapi dia tidak menganggap serius kata-kata nona mudanya.
Gadis bangsawan dari Keluarga Suteja
sudah terkenal memiliki kecantikan yang luar biasa. Hanya sedikit orang di
Beluno yang bisa menarik perhatiannya.
Walau Dokter Nathan tampan dan punya
keterampilan medis yang hebat, tetapi dia juga hanyalah seorang dokter....
Tak terasa, sudah waktunya pulang
kerja. Usai menyelesaikan pekerjaannya, Nathan pun bersiap meninggalkan Rumah
Sakit Perdana.
Baru saja sampai di depan pintu,
sebuah mobil Maserati berwarna merah muda melaju dan berhenti di sampingnya.
Jendela mobil terbuka, memperlihatkan
wajah yang sangat cantik.
"Dokter Nathan, kebetulan
sekali. Kita bertemu lagi."
Nathan menganggukkan kepalanya.
"Halo, Nona Regina.
Regina tersenyum dan berkata,
"Apa pun yang terjadi, Elin harus mengucapkan terima kasih secara langsung
karena kamu telah menyelamatkan nyawanya. Kebetulan ada acara penggalangan dana
di Panti Asuhan Gluton malam ini. Dokter Nathan, bagaimana kalau kamu menemani
Elin kami?" 1
Nathan sebenarnya ingin menolak,
tetapi saat mendengar mereka akan pergi ke Panti Asuhan Gluton, dia pun naik ke
mobil.
"Kalau begitu, merepotkanmu,
Nona Regina. Kebetulan aku juga mau pergi ke Panti Asuhan Gluton."
Regina terkejut. "Apa Dokter
Nathan juga tamu undangan malam ini?"
Nathan menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Aku hanya seorang dokter kecil, mana mungkin aku bisa diundang?
Aku hanya dekat dengan anak-anak dan kepala panti asuhan. Jadi, sekalian
berkunjung."
.Regina tidak bertanya lagi. Setelah
dipikir-pikir, tamu yang datang ke Panti Asuhan Gluton malam ini semuanya
termasuk tokoh-tokoh terkemuka di Beluno.
Mengingat dari status dan jabatan
Dokter Nathan, mustahil pria itu akan menghadiri pertemuan kelas atas seperti
itu.
Tiba-tiba dua mobil SUV melaju
kencang, lalu mengepung sisi kiri dan kanan mobil Maserati.
Wajah Regina mendadak berubah. Dia
bersiap untuk menambah kecepatan.
Mobil SUV di depan mengerem mendadak,
memaksa mobil Maserati berhenti.
Diiringi tujuh hingga delapan pria
kekar melompat keluar dari mobil. Pria yang memiliki bekas luka di depan
melompat ke depan Maserati dan berkata kepada Regina sambil tersenyum,
"Nona Regina, silakan keluar dari mobil."
Regina tidak panik, melainkan
bertanya dengan dingin, " Kalian anak buahnya siapa? Berani menyentuh
anggota Keluarga Suteja? Kalian tahu akibatnya akan seperti apa?
Pria yang penuh bekas luka itu
tersenyum sinis. "Justru karena tahu kamu itu putri sulung Keluarga
Suteja, kami baru bertindak."
"Jangan khawatir, Nona Regina.
Kami nggak akan melukaimu, tapi kamu mungkin nggak akan bisa pergi ke Panti
Asuhan Gluton malam ini."
Regina baru menyadari bahwa pesaing
malam inilah yang mencoba mencegatnya di sini.
"Dokter Nathan, Elin, duduk yang
benar. Para bajingan ⚫ini
benar-benar cari mati sendiri. Aku akan menelepon ke rumah sekarang juga."
Melihat Regina menelepon, wajah pria
yang penuh luka itu berubah gelap. Dia langsung melambaikan tangannya untuk
memberi isyarat. "Buka pintu mobilnya."
Dua orang pria berbadan kekar itu
langsung datang membawa palu dan berusaha mendobrak pintu mobil. Ternyata
mereka datang dengan persiapan.
Regina terlihat cemas. Sekalipun dia
menelepon sekarang dan pengawalnya bergegas datang, mungkin juga sudah
terlambat.
"Nona Regina, aku sarankan
sebaiknya jangan bertindak bodoh lagi. Bekerja samalah dengan kami."
Pria yang penuh bekas luka itu
tersenyum sinis, seolah-olah dia telah menguasai semuanya. 3
Tepat di saat ini, pintu mobil
Maserati terbuka.
Nathan turun dari mobil.
"Dokter Nathan, jangan turun.
Bahaya!" teriak Regina dengan cepat. Dia bahkan tidak ingat untuk
menelepon lagi.
Pria yang punya bekas luka itu
tertawa terbahak-bahak." Nona Regina, gigolo-mu ini terlalu penakut. Dia
bahkan sudah menyerah sebelum anak buahku bertindak. Benar-benar
pengecut."
Regina menghela napas tak berdaya dan
meletakkan ponselnya. "Baiklah, Keluarga Suteja nggak akan iküt acara
penggalangan dana di panti asuhan malam ini."
"Jangan menyakiti Dokter Nathan.
Dia hanya orang luar dan nggak ada hubungannya dengan dendam kita."
Saat ini, Nathan angkat bicara.
"Anak di dalam mobil adalah
pasienku dan kalian sudah membuatnya ketakutan. Aku akan beri kalian waktu
sepuluh detik untuk menghilang sekarang juga."
No comments: