Bab 8
Ponsel Regina tiba-tiba berdering.
Setelah menjawabnya, Regina berkata kepada Nathan, "Dokter Nathan, kamu
jalan-jalan sendiri dulu. Aku punya urusan yang harus kutangani. Sampai
jumpa!"
Nathan mengangguk. "Nona Regina,
pergilah!"
Masih ada waktu sebelum acara
penggalangan dana dimulai.
Para pebisnis yang mengincar tanah
Panti Asuhan Gluton masih terus berdatangan. Kini gerbang panti asuhan sudah
penuh dengan mobil mewah.
Tampak sebuah Rolls-Royce hitam yang
menarik perhatian semua orang melaju ke arah sana.
Begitu pintu mobil terbuka, seorang
gadis cantik yang mengenakan gaun putih dan berkaki jenjang keluar dari mobil.
Penampilannya benar-benar membuat semua orang takjub.
"Gadis yang cantik sekali!
Temperamennya juga nggak tertandingi!"
"Kalau aku bisa mendapatkan
gadis secantik itu, sekalipun butuh waktu setidaknya tiga tahun, itu juga
sepadan!"
"CEO cantik dari Grup Sebastian
juga datang. Gadis ini bukan hanya cantik, tapi dia juga punya kemampuan bisnis
yang luar biasa. Malam ini, tanah Panti Asuhan Gluton kemungkinan besar akan
jatuh ke tangannya."
1
Mobil mewah lainnya juga ikut
berhenti. Daniel sudah tidak sabar untuk turun dari mobil dan berjalan
mendampingi Emilia, gadis yang sangat dinantikan.
"Emilia, kamu yang sekarang ini
sudah bisa menciptakan sensasi ke mana pun kamu pergi."
"Haha. Aku rasa meski Emilia
nggak menjadi CEO Grup Sebastian, dia juga mampu menjadi bintang terkenal di
industri hiburan!"
Daniel memandang Emilia dengan kagum
dan juga ekspresi menyanjung. Bahkan, matanya juga berbinar-binar.
"Tuan Daniel, sebaiknya kita
selesaikan masalah penting dulu. Selain itu, di depan umum seperti ini, aku
rasa ada baiknya kita menjaga jarak."
Emilia tidak terlalu suka dengan
kontak fisik Daniel yang berlebihan.
Daniel berkata dengan nada acuh tak
acuh, "Apa yang kamu takutkan? Semua orang di Beluno sudah tahu kalau aku
menyukaimu, Emilia."
"Lagi pula, Emilia, bukankah
kamu sekarang masih sendiri? Kamu sudah menyingkirkan pecundang itu. Sekalipun
ada orang lain ingin mencari-cari kesalahan, juga nggak ada yang bisa mereka
perbuat."
Tamara ikut menimpali. "Benar.
Emilia, Nathan si pecundang itu sudah nggak ada hubungannya denganmu lagi
sekarang."
"Apalagi, Tuan Daniel sekarang
berada di pihak yang sama dengan kita. Nanti kita masih harus minta Tuan Daniel
untuk mendukung Grup Sebastian!"
Nathan, yang berada di kejauhan,
memandang Emilia dan Daniel tanpa ekspresi apa pun. Keduanya tampak bertukar
sapa dengan kerumunan tamu terhormat di hadapan mereka.
Nathan tidak menyangka akan kebetulan
seperti ini. Dia malah bertemu dengan gadis yang hampir menjadi istrinya itu.
Nathan menarik kembali pandangannya.
Pria itu berbalik dan bersiap untuk pergi.
Namun, Emilia sudah melihatnya.
"Bukankah itu... Nathan?
Berhenti!"
Terdengar ketukan suara sepatu hak
tinggi di lantai. Emilia mendekatinya dengan ragu.
Sambil mengumpat dalam hati, Nathan
berbalik dan menatapnya dengan dingin. "Ada apa Bu Emilia
memanggilku?"
Senyum di wajah Emilia membeku.
"Nathan, sungguh kamu rupanya. Kamu ... masih marah padaku?"
Nathan menarik napas dalam-dalam.
Emosi yang tadinya sempat berfluktuasi kembali tenang.
"Haha. Bu Emilia, jangan
bercanda. Apa orang biasa sepertiku punya hak untuk marah? Kalau nggak ada hal
lain, aku akan pergi dan mengganggu Bu Emilia lagi."
"Tunggu sebentar. Kamu nggak
boleh pergi!"
Melihat Nathan bersiap pergi, Emilia
maju ke depan dan berkata dengan nada serius, "Meski hubungan kita telah
berakhir, Nathan, aku selalu menganggapmu sebagai orang baik. Jadi,
dengarkanlah nasihatku untuk terakhir kalinya. Serahkan dirimu pada polisi,
ya?"
Nathan tersenyum sinis. Gadis bodoh
yang sok suci!
Sampai sekarang, Emilia masih belum
memahami situasinya.
"Bagaimana kalau Bu Emilia lapor
polisi sekarang dan suruh mereka datang menangkapku?"
Nathan meliriknya sekilas.
Emilia tertegun. Wajahnya berubah
kesal. "Nathan, mengapa kamu begitu keras kepala? Meski aku sudah berbuat
salah padamu, kamu juga nggak perlu mempermalukan dirimu sendiri dan melanggar
hukum!"
"Dengarkan nasihatku. Segera
serahkan cincin berlian itu dan terimalah semua tanggung jawab dengan
berani."
Saat ini, Tamara dan Daniel juga
berjalan mendekat dengan ekspresi tidak bersahabat.
"Emilia, buat apa peduli
dengannya? Huh! Dasar pencuri yang nggak tahu malu! Masih berani memasuki
tempat berkumpulnya orang-orang kelas atas. Siapa yang memberimu nyali?"
"Nathan, apa kamu mendengar
bahwa Emilia akan datang, jadi kamu mengikutinya ke sini? Aku sungguh nggak
mengerti, apa ada gunanya kamu menjeratnya seperti ini?"
Keduanya memandang Nathan dengan
tatapan sinis dan terus-menerus mentertawakannya.
Nathan melirik Daniel yang bersikap
sombong sambil berkata, "Apa tamparan di wajahmu waktu itu masih belum
mengajarimu untuk berperilaku baik?"
Wajah Daniel langsung berubah gelap.
Dia pun berkata dengan kejam, "Nathan, sebelumnya kamu dilindungi oleh
Emilia, jadi aku melepaskanmu begitu saja. Tapi sekarang sudah berbeda. Aku
hanya butuh beberapa menit saja untuk melumpuhkanmu!"
Dia melambaikan tangannya. Dalam
sekejap, pengawal Keluarga Liman bergegas mendekatinya.
"Tuan Daniel begitu marah dan
arogan. Beraninya kamu menyentuh orangku."
Tepat di saat itu, terdengar suara
dingin.
Regina, yang mengenakan gaun merah
mewah, berjalan anggun bak seorang ratu, ditemani oleh sekretarisnya dan juga
para master dari Keluarga Suteja.
Rambut panjang Regina disanggul
tinggi, memperlihatkan lehernya yang mulus dan jenjang. Wajahnya begitu putih
dan menawan. Penampilannya sungguh memesona.
Daniel memandang Regina dengan mulut
ternganga. Bahkan, air liurnya sudah hampir menetes.
Cantik sekali. Lagi-lagi muncul gadis
yang kecantikannya begitu menawan.
Dia termenung menatap Regina dan
berkata dengan tergagap, "Nona ... apa yang baru saja kamu katakan?"
Regina memegang lengan Nathan dan
berkata sambil tersenyum, "Aku bilang dia ini orangku. Apa kamu
mengerti?"
Daniel baru tersadar dan hampir gila
karena cemburu. Nathan, si pecundang ini, benar-benar beruntung.
Padahal, Nathan baru saja putus
dengan Emilia, tetapi sekarang sudah ada wanita cantik lagi di sampingnya.
Tidak adil! Mengapa hal-hal baik seperti itu tidak pernah terjadi padanya?
"Nona, dengarkan nasihatku. Pria
ini pecundang dan hanya bisa mengandalkan wanita. Berdasarkan kecantikan yang
kamu miliki, dia bahkan nggak pantas mendampingimu!"
Tamara juga ikut menambahkan.
"Kamu putri dari keluarga mana? Berhati-hatilah. Pria ini nggak berguna.
Dia hanya seorang pecundang yang mengandalkan putriku. Sebaiknya kamu menjauh
darinya dan jangan sampai tertipu!"
Regina mengabaikan mereka berdua. Dia
hanya memasang senyum dan mengalihkan pandangannya kepada Emilia.
Lantaran punya otak yang cerdas, dia
sudah menyadari bahwa hubungan di antara Nathan dan gadis ini sepertinya tidak
biasa.
Emilia juga memandangnya dengan
tatapan dingin.
Tatapan kedua gadis itu bertemu.
Memperlihatkan api membara yang sulit untuk dijelaskan.
"Kak Nathan, mengapa kamu nggak
perkenalkan gadis cantik yang sepertinya punya hubungan istimewa denganmu
ini?"
Regina menatap Emilia dengan
provokatif dan berbicara kepada Nathan dengan nada yang ambigu.
Kepala Nathan terasa sakit. Dia tidak
menyangka kedua gadis ini akan bertemu.
Dia juga tidak menduga Regina akan
memanggilnya dengan sebutan 'Kakak'.
Gadis dari Keluarga Suteja ini jelas
punya niat tersembunyi!
"Ini CEO cantik dari Grup
Sebastian. Seperti rumor yang beredar sekarang, dialah Nona Emilia yang
mencampakkanku itu!" kata Nathan dengan nada mengejek. 1
Regina tertawa terbahak-bahak dan
berkata, "Ternyata ini Nona Emilia. Pantas saja dia begitu cantik."
"Oh ya, aku harus berterima
kasih kepada Nona Emilia. Kalau bukan karena Nona Emilia lepas tangan, Kak
Nathan dan aku juga nggak akan punya kesempatan seperti sekarang ini!"
Kata-kata ini langsung mengundang
emosi Emilia!
No comments: