Bab 10
Tampak orang-orang dari Keluarga
Suteja duduk di sisi lain aula.
Regina melambaikan tangannya dan
memanggil sekretarisnya. "Sumbangkan 40 miliar menggunakan nama Dokter
Nathan."
Sekretaris itu tercengang.
"Nona, apa 40 miliar nggak terlalu banyak?"
Grup Suteja memang kaya, tetapi juga
tidak boleh menghambur-hamburkan uang seperti ini!
Regina tersenyum bangga. "Apa
salahnya menyumbangkan 40 miliar untuk pria yang aku sukai?"
"Meski Emilia, CEO cantik, itu
meremehkannya, aku nggak akan sebodoh dia! Jelas-jelas pria berbakat ini ada di
depannya, tapi dia buta dan nggak memegangnya erat-erat. Ironis sekali!"
Tangan Regina yang indah dan putih
tampak memegang sebuah dokumen.
Semua informasi mengenai Grup
Sebastian tertera di sana. Hanya dalam beberapa tahun, Grup Sebastian telah
berkembang dari sebuah pabrik kecil yang hampir bangkrut menjadi perusahaan
tercatat di Beluno.
Kekayaan yang dimiliki Emilia telah
meningkat berkali-kali lipat dan telah melampaui 20 triliun.
Yang lebih menarik lagi, ada beberapa
aspek dari kebangkitan Grup Sebastian yang tidak terbukti, seolah-olah ada
orang yang diam-diam memanipulasinya.
Apalagi, Nathan dan Emilia telah
bersama selama tiga tahun. Ditambah lagi, dalam tiga tahun ini, Grup Sebastian
yang tadinya berada di ambang kehancuran tiba-tiba bangkit kembali.
Jika mengatakan ini semua tidak ada
hubungannya dengan Nathan dan hanya murni kebetulan, Regina sama sekali tidak
percaya. Kecuali dia bodoh dan tidak bisa membaca situasi yang terjadi.
Nathan telah menemukan tempat duduk
saat ini.
Begitu duduk, Daniel langsung
mencibir. "Nathan, kamu benar-benar nggak tahu malu. Kamu mengikuti Emilia
ke mana pun dia pergi."
"Apalagi, tamu-tamu di aula ini
semuanya orang kaya yang akan menyumbangkan uang. Kamu hanya seorang pecundang
dan miskin. Buat apa kamu datang ke sini?"
Nathan melirik Emilia sejenak, lalu
berkata dengan nada datar, "Apa Tuan Daniel selalu meremehkan orang lain?
Kamu punya uang untuk disumbangkan, jadi apa aku nggak bisa menunjukkan kasih
sayangku pada anak-anak di panti asuhan?"
Daniel tersenyum mengejek. "Apa
kamu nggak merasa malu menyumbangkan beberapa ratus ribu di acara besar seperti
ini?"
Tamara juga ikut menghinanya.
"Tuan Daniel, jangan pedulikan dia. Begitu Emilia berhasil mendapatkan
tanah panti asuhan, kita akan segera mengeluarkannya dari sini!"
Emilia mengerutkan kening. Dia
melirik Nathan sekilas, lalu menggelengkan kepalanya.
Meski Nathan tidak memiliki ambisi,
Emilia mengira setidaknya pria itu masih punya harga diri.
Setelah dilihat sekarang, begitu
meninggalkan Emilia, Nathan makin tidak berakhlak. Pria itu mengira dengan
menghadiri acara seperti itu akan membuatnya tampil beda. Namun, Nathan tidak
sadar bahwa hal itu hanya akan membuatnya makin dipandang rendah!
Saat ini, penggalangan dana telah
selesai. Wajah pembawa acara tampak berseri-seri. Dia mulai mengumumkan
nama-nama donatur dan jumlah sumbangan.
"Keluarga Tanadi dari Beluno
menyumbangkan 16 miliar!
"Grup Pratama menyumbangkan 20
miliar!"
"Real Estat Bawadi menyumbangkan
60 miliar!"
Para tamu terhormat tidak lagi duduk
diam dan mulai berdiskusi dengan suara pelan.
Yang namanya diumumkan lebih dulu
jelas tidak punya harapan lagi. Lantaran makin ke belakang, jumlah nominalnya
akan makin besar.
Akhirnya, pembawa acara tersenyum
misterius dan berkata, "Grup Sebastian... menyumbangkan 160 miliar!"
Pft!
Begitu nominal itu disebutkan, banyak
tamu terhormat yang terkesiap.
Grup Sebastian memang hebat.
Perlu diketahui bahwa ini hanyalah
donasi cuma-cuma, yang mana sama saja dengan memberikan uang secara cuma-cuma
kepada panti asuhan.
Setelah berhasil mendapatkan hak
beli, mereka masih harus mengeluarkan uang untuk membeli tariah tersebut.
Apalagi, jumlahnya juga tidaklah kecil.
Menyadari tatapan terkejut yang
datang dari berbagai arah, Daniel dan Tamara langsung menegakkan punggung
mereka dengan bangga.
Bahkan, Emilia yang biasanya tenang
pun tak kuasa menahan diri dan langsung memperlihatkan senyum penuh percaya
diri saat ini.
"Dengan angka ini, aku yakin
Grup Sebastian pasti akan unggul dan mendapatkan hak beli tanah!"
Saat ini, pembawa acara terus
mengumumkan. "Kini hanya tersisa dua donatur terakhir yang dermawan. Salah
satunya adalah Nona Regina Suteja dari Grup Suteja yang menyumbangkan 160
miliar!"
Sekali lagi, suasana di aula itu
kembali gempar.
Sumbangan Grup Suteja juga tidak
sedikit.
Yang mengejutkan semua tamu terhormat
adalah Nona Regina, gadis bangsawan dari Keluarga Suteja, dan CEO cantik dari
Grup Sebastian sama-sama menyumbangkan dana sebesar 160 miliar.
Harus diakui, kebetulan seperti ini
pasti akan memperlihatkan tontonan yang seru.
Dua gadis yang memiliki kecantikan
alami bersaing di panggung yang sama, pasti akan menjadi sebuah pemandangan
yang indah.
Regina mengerutkan kening dan melirik
ke arah Emilia.
Tak disangka, Grup Sebastian punya
kemampuan seperti itu.
Kebetulan, Emilia juga menoleh dan
melirik Regina.
1
Keluarga Suteja memang bukan lawan
yang mudah. Dia harus waspada terhadap Regina.
"CEO cantik dari Grup Sebastian
dan putri sulung Keluarga Suteja sama-sama menyumbangkan jumlah yang sama.
Jadi, keluarga mana yang akan diberi hak untuk membeli tanah tersebut?"
Saat ini, para tamu terhormat mulai
berteriak dan ingin tahu hak beli tanah itu akan jatuh di tangan siapa.
Daniel merapikan jasnya, berdiri
dengan percaya diri, dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, harap
tenang."
"Meski nominal yang ditawarkan
oleh Grup Suteja sama dengan Grup Sebastian, Keluarga Liman kami telah memilih
untuk berpihak pada Grup Sebastian. Kami mendukung Grup Sebastian tanpa syarat.
Oleh karena itu, aku rasa tanah panti asuhan harus diberikan kepada Grup
Sebastian untuk dikembangkan!"
Begitu mendengar kata-kata itu,
orang-orang dari Grup Suteja langsung mengerutkan kening.
Para tamu juga sibuk berdiskusi.
"Demi mendapatkan hati CEO
cantik itu, Daniel bahkan rela melakukan segala macam hal!"
"Emilia sungguh gadis yang
hebat. Aku nggak sangka dia masih punya trik seperti ini. Dengan adanya
dukungan Keluarga Liman dan mereka berdua bergabung, Grup Suteja nggak akan
punya kesempatan lagi!"
"Nggak perlu diragukan lagi.
Kalau aku menjadi kepala panti asuhan, aku juga akan bersedia menjual tanah itu
kepada Grup Sebastian. Selain itu, aku bisa mendapatkan dukungan dari Grup
Sebastian dan juga Keluarga Liman. Bukankah itu semua sangat hebat?"
Sekretaris Regina tampak tidak
senang. "Nona, sepertinya jumlah yang kita berikan terlalu sedikit!"
Regina berkata dengan nada datar,
"Jangan panik, 160 miliar sudah menjadi batasan. Kalau lebih tinggi,
percuma saja meski kita berhasil membeli tanah itu."
Dia mengalihkan topik pembicaraan dan
tersenyum, " Tapi, aku nggak akan membiarkan Emilia berhasil
mendapatkannya. Kalau itu orang lain, aku mungkin nggak akan peduli, tapi aku
nggak akan membiarkannya menang!"
Kepala sekretaris itu terasa
berdengung. "Nona, kamu melakukan ini bukan karena cemburu pada Emilia,
'kan? Apa Dokter Nathan itu layak kamu perjuangkan seperti ini?"
Regina mendengus dan bersiap untuk
berbicara.
Suara pembawa acara di panggung
kembali terdengar.
Dia tampak sangat gembira,
seolah-olah telah melihat kejutan besar.
"Penyumbang terakhir adalah Tuan
Nathan Anggoro!"
"Nominal yang disumbangkan oleh
Tuan Nathan Anggoro sebesar ... 200 miliar!"
Dalam sekejap, seluruh ruangan
menjadi sunyi!
Lalu, diikuti dengan suara bising.
Seluruh tamu terhormat yang ada di aula itu langsung terkejut.
"Ya ampun! 200 miliar! Siapa
orang itu? Dia mengalahkan semua orang hanya dengan satu gerakan."
"Nathan Anggoro? Kenapa aku
belum pernah mendengar nama ini? Kapan orang seperti itu muncul di kalangan
atas Beluno?"
"Menyumbangkan 200 miliar atas
nama individu bukan lagi perkara kemurahan hati, melainkan sebuah pukulan
telak!"
Diskusi sengit muncul satu demi satu.
Bahkan, ada beberapa tamu terhormat yang berdiri dan melihat sekeliling untuk
menemukan sosok bernama Nathan Anggoro itu.
Regina langsung menatap sekretarisnya
dan bertanya, " Apa yang terjadi? Bukankah aku memintamu untuk
menyumbangkan 40 miliar?"
Sekretaris juga tampak bingung.
"Nona, aku sudah mengikuti perintahmu dan menyumbangkan 40 miliar dengan
nama Tuan Nathan."
Saat ini, ada orang dari Keluarga
Suteja yang datang dan berkata kepada Regina, "Nona, panti asuhan telah
mengembalikan 40 miliar yang kamu sumbangkan atas nama Tuan Nathan. Katanya,
itu keinginannya Tuan Nathan sendiri. Dia bilang nggak perlu!"
Tidak perlu?
Regina tidak lagi tenang dan langsung
menatap Nathan.
Jadi, pria ini merogoh 200 miliar
dari kantongnya sendiri?
"Nathan? 200 miliar? Mana
mungkin?"
Orang-orang dari Grup Sebastian,
khususnya Emilia, tidak bisa tinggal diam lagi.
Saat menatap Nathan, wajahnya yang
cantik dipenuhi ketidakpercayaan.
200 miliar?
Dari mana dia mendapatkan 200 miliar?
No comments: