Bab 11
"Tuan Nathan Anggoro menyumbangkan
200 miliar!"
Bisa dikatakan, pernyataan itu
membuat para tamu terhormat di aula penggalangan dana gempar!
Daniel tidak tinggal diam lagi. Dia
langsung berdiri dan bertanya, "Pembawa acara, aku ingin minta verifikasi.
Apakah ada orang dengan nama yang sama di tempat kejadian?"
Tamara tampak begitu cemas, bagaikan
seekor semut di wajan panas, berputar-putar tanpa henti.
"Benar, pasti hanya nama yang
sama. Nathan, si pecundang itu, datang ke sini untuk menunjukkan niat baiknya.
Paling-paling, dia hanya memberikan beberapa ratus ribu. 200 miliar? Jangan
harap dia akan punya uang sebanyak itu dalam hidupnya!"
Satu-satunya orang yang tetap di
tenang di lokasi kejadian itu hanyalah Nathan.
Dia masih duduk dengan tenang,
apalagi ekspresinya begitu datar dan kalem.
Pembawa acara tidak menolak
permintaan Daniel. Setelah menyelidiki dengan cepat, dia segera mengumumkan
hasilnya.
"Maaf, para tamu terhormat,
hanya ada satu tamu bernama Tuan Nathan Anggoro di sini dan nggak ada tamu lain
yang memiliki nama yang sama."
"Sekarang, aku akan menyatakan
bahwa Tuan Nathan telah memenangkan hak untuk membeli tanah Panti Asuhan
Gluton. Selamat pada Tuan Nathan!"
Hasilnya sudah keluar!
Wajah Emilia berangsur-angsur berubah
pucat. Dia sama sekali tidak membayangkan akan ada hasil yang seperti ini.
Regina menatap Nathan yang berada di
sudut dengan mata berbinar. Pria ini jelas memiliki pesona yang tersembunyi!
Dia punya sosok pemimpin dalam dirinya!
Regina sudah tidak sabar untuk segera
menggali lebih dalam rahasia di balik pria ini, apalagi bakat pria itu terus
-menerus mengejutkannya.
"Nggak mungkin, sama sekali
nggak mungkin. Bagaimana bajingan itu mendapatkan begitu banyak uang? Atas
dasar apa pria miskin itu?
Daniel tampak kesal. Dia bergegas
menghampiri Nathan dan berteriak, "Nathan, dari mana kamu mendapatkan 200
miliar?"
Nathan meliriknya dengan enggan.
"Apa hubungannya denganmu?"
Daniel tercekat dan langsung
tersenyum sinis. "Aku tahu, kamu pasti mencurinya, 'kan? Jangan pikir aku
nggak tahu, kamu pasti mencurinya!"
Saat ini, Regina juga berjalan
mendekat. Dia memandang Daniel dengan tatapan meremehkan.
"Kamu kira pencuri bisa dengan
mudah mendapatkan 200 miliar? Tuan Daniel, sepertinya mentalmu bermasalah.
Bagaimana kalau kamu sendiri mencoba mencurinya lebih dulu?"
Daniel sangat emosi. Dia masih ingin
bertanya lebih banyak kepada Nathan.
"Sudahlah, Tuan Daniel. Ayo kita
pergi!"
Emilia angkat bicara di saat ini.
Wajahnya penuh dengan ekspresi dingin.
Dia telah menyembunyikan emosi yang
dia perlihatkan sebelumnya dan kembali bersikap layaknya CEO yang berhati
dingin.
"Tapi Emilia, bajingan ini
menghancurkan rencana kita. Apa kita akan membiarkannya begitu saja?"
Daniel tidak rela. Dia menggertakkan
giginya.
Tamara juga memelototi Nathan. Tatapan
matanya begitu tajam. "Nathan, beraninya kamu melawan Emilia. Apa kamu
masih punya hati nurani? Dasar nggak tahu berterima kasih!"
Suasana hati Emilia yang baru saja
tenang kembali diporak-porandakan.
"Daniel, Bu, bisakah kalian
berhenti bicara? Apa semua ini masih nggak cukup memalukan?"
Usai melampiaskan emosinya, dia
mengalihkan pandangannya ke arah Nathan. Tatapannya seketika berubah menjadi
acuh tak acuh.
"Tak kusangka, ternyata karmu
orang seperti itu. Apa kamu puas setelah mengikuti perintah orang lain dan
menggunakan pengaruh orang lain untuk membalas dendam padaku?"
Nathan mengerutkan kening.
"Menggunakan pengaruh orang lain? Balas dendam padamu?"
Dia sama sekali tidak mengerti apa
yang diucapkan gadis ini.
Emilia menyela dengan tegas dan
kembali membalas Nathan, "Bukankah begitu?"
Nathan menggelengkan kepalanya.
"Meski aku nggak bukan seorang pria sejati, pernahkah aku bersikap kejam
padamu? Kamu bilang aku balas dendam padamu, kalau begitu aku tanya, bagaimana
aku membalas dendam padamu?"
Emilia tersenyum sinis dan berkata
dengan ekspresi datar, "Kamu paling jelas dengan apa yang kamu lakukan
sendiri. Karena kita sudah sampai pada titik ini, nggak ada lagi yang perlu aku
perdebatkan denganmu."
2
"Aku akan memberimu sedikit
nasihat. Sebelum melawan orang, kamu harus menjadi tangguh lebih dulu. Kamu
bisa mengandalkan orang lain sekali, tapi kamu nggak bisa mengandalkan orang
lain seumur hidup. Hanya saja, sikapmu selalu mengikuti arus. Kamu nggak punya
sisi maskulin sama sekali."
"Jujur saja, aku... sama sekali
nggak menyesal telah mengakhiri hubungan kita!"
Selesai mengatakan itu, Emilia
meninggalkan tempat kejadian dengan arogan, seakan-akan menyatakan bahwa dia
tidak menyerah begitu saja.
Daniel dan Tamara juga menatap Nathan
sambil mencibir, lalu meninggalkan tempat itu.
Nathan masih berdiri di tempat. Dia
menarik napas dalam dalam dan merasakan api dalam hatinya telah membakar
organ-organ dalamnya.
Tuan Nathan, kamu nggak mengejarnya?
Nona Emilia yang saat ini nggak setegar yang dia tunjukkan barusan. Kamu
seharusnya tahu, makin menonjol seorang perempuan, kata-kata yang keluar dari
mulutnya akan berbeda dari isi hatinya!" ucap Regina sambil tersenyum.
Saat ini, dia sangat pintar dan tidak
memilih untuk menyerang Emilia. Sebaliknya, dia malah membantu Emilia
berbicara.
Wajah Nathan berubah muram.
"Nggak ada yang perlu dikejar. Aku nggak berutang pada siapa pun!"
Dari awal hingga akhir, dia sama
sekali tidak memikirkan untuk mendapatkan tanah panti asuhan itu.
Dia menyumbangkan 200 miliar hanya
untuk kepala panti asuhan dan juga ratusan anak-anak di sini.
Namun, kata-kata yang diucapkan
Emilia telah membuat Nathan merasa kecewa.
Prasangka buruk gadis ini terhadap
dirinya sepertinya sudah mengakar dalam.
Konyol sekali! Nathan bahkan sempat
mempertimbangkan untuk memberikan hak beli yang diperolehnya kepada Grup
Sebastian secara gratis.
"Pak Bima, aku punya sebidang
tanah. Kamu bisa mengambilnya dan mengurusnya."
Setelah mengirim pesan kepada Bima,
Nathan tidak lagi mempedulikan masalah tersebut.
Dia tahu Keluarga Suteja juga
menginginkan tanah ini, tetapi Nathan tidak tertarik dengan masalah-masalah
kecil seperti ini, jadi dia menyerahkannya kepada Bima, orang terkaya di
Beluno, untuk mengurusnya. 1
Bima segera membalas. "Tuan
Nathan, sebidang tanah ini sangat berharga. Bukankah Keluarga Suteja dan Grup
Sebastian tengah memperebutkannya?"
"Begini saja. Aku akan
menawarkan tanah ini pada kedua keluarga di saat bersamaan. Lalu, membiarkan
Emilia dan Regina menghangatkan tempat tidurmu. Tuan Nathan, bagaimana
menurutmu?"
Nathan tidak menggubrisnya.
Begitu lelaki tua ini tahu Nathan dan
Emilia telah putus, dia makin tidak senang dengan Grup Sebastian.
Jika bukan karena Nathan memberinya
peringatan, Bima mungkin telah menghancurkan Grup Sebastian demi melampiaskan
emosi untuknya.
Sebenarnya, pemikiran Bima sangat
sederhana. Bukankah Tuan Nathan sudah putus dengan Emilia? Itu sebabnya, dia
bisa mengungkit Regina di saat ini.
Kebetulan sekali. Tuan Nathan bisa
langsung menaklukkan gadis bangsawan dari Keluarga Suteja ini. Gadis ini punya
bokong besar dan dada yang besar, jadi dia pasti bisa melahirkan anak
laki-laki!
Keesokan harinya, Grup Sebastian.
"Emilia, ada kabar baik!"
Daniel bergegas masuk ke dalam
ruangannya Emilia sambil memperlihatkan ekspresi gembira.
Emilia mengenakan jas dan rok pinggul
hari ini. Saat mengangkat kepalanya, sukses memperlihatkan tulang selangkanya
yang indah.
"Ada masalah apa, Tuan
Daniel?"
Daniel berkata dengan nada misterius,
"Emilia, yang kamu katakan benar. Nathan hanya seorang pecundang yang
digunakan sebagai alat."
"Bukan dia yang membayar 200
miliar kemarin, melainkan dia diperintah oleh seseorang untuk
melakukannya."
Emilia hanya bergumam kecil.
"Kalau ini kabar baik yang ingin kamu sampaikan, kamu sudah bisa
keluar."
Emilia sudah menebak dugaan ini
kemarin di panti asuhan.
Dia sudah tidak menaruh harapan pada
Nathan lagi.
Daniel tersenyum menyanjung.
"Emilia, lihat dirimu. Aku masih belum selesai bicara."
"Kabar baik yang ingin aku
sampaikan adalah kita punya kesempatan untuk mendapatkan tanah panti
asuhan."
"Kamu masih belum tahu, 'kan?
Ternyata dalang di balik kejadian kemarin adalah Tuan Bima, orang terkaya di
Beluno. Nathan hanya dimanfaatkan oleh orang lain. Sekarang tanah itu sudah ada
di tangan Tuan Bima. Dia sudah mengumumkan untuk mencari orang yang akan
mengambil alih!"
Emilia tertegun. Dia kemudian
berkata, "Kalau begini perniasalahannya, semuanya sudah jelas."
"Awalnya aku mengira Nathan
diperintah oleh Regina, tapi setelah dilihat sekarang, ternyata dalang di balik
semua ini melibatkan Bima."
"Tuan Bima masih licik seperti
biasanya. Tapi suatu hari nanti, aku yakin bisa melampauinya!"
Daniel tersenyum dan berkata,
"Emilia, ayo kita bertindak."
Setelah merenung sejenak, Emilia pun
berkata, "Tapi Bima sangat berkuasa di Beluno. Grup Sebastian kami bahkan
nggak bisa menghubunginya. Aku khawatir ...."
Sebelum Emilia menyelesaikan
perkataannya, Daniel sudah menepuk dadanya sendiri dan berkata, "Nggak ada
yang perlu ditakutkan. Setidaknya, Tuan Bima masih segan pada Keluarga Liman
kami."
Di saat bersamaan, di depan Rumah
Sakit Perdana Beluno.
Nathan turun dari mobil dan berjalan
menuju ke rumah sakit.
"Nathan, kamu tunggu saja!"
Terdengar umpatan marah datang dari
belakang.
Nathan menoleh ke belakang. Ada
Tamara dan juga seorang pemuda berambut kuning yang berjalan mendekatinya.
Tangan pemuda berambut kuning itu
memegang parang, apalagi dia langsung mengarahkannya pada Nathan.
"Dasar bajingan yang nggak tahu
berterima kasih! Kakakku sudah memberimu makan dan pakaian gratis, lantas
beginilah caramu membalasnya?"
"Aku akan menegaskan satu hal
hari ini. Kalau kamu nggak memberikan tanah panti asuhan itu pada kakakku, aku
pasti akan membuatmu mati mengenaskan!
No comments: