Bab 144
"Bawa pergi!"
Begitu perintah itu dilontarkan!
Dua anak buah segera maju, lalu
menangkap Emilia, dan mencoba menyeretnya pergi.
Ken sangat marah dan berkata,
"Lepaskan! Siapa kalian? Beraninya kalian menyentuh anggota Keluarga
Sebastian?"
Tamara juga marah. "Coba saja
kalian berani. Asal kalian tahu, putriku ini tunangannya putra sulung Keluarga
Halim. Kamu yakin kamu berani menyentuhnya?"
Pria yang memimpin itu memasang
ekspresi datar. Ada aura membunuh yang keluar dari tubuhnya.
"Memangnya kenapa kalau aku
menyentuh Keluarga Sebastian kalian? Di Beluno ini, jangankan keluarga kecil
seperti Keluarga Sebastian kalian, bahkan orang-orang dari keluarga bangsawan
pun sudah banyak yang tewas di tanganku."
"Kalau nggak mau mati, enyahlah
dari sini. Kalau nggak, aku juga nggak keberatan membunuh kalian sekarang.'
Temperamen dingin dan suram itu
membuat anggota Keluarga Sebastian ketakutan setengah mati.
Ken masih tidak percaya dan berkata
dengan marah, " Kamu kira aku bakal takut? Ayo, bertindaklah. Kakak iparku
itu putra sulung Keluarga Halim. Kalau kamu berani menyentuhku, dia pasti akan
membunuhmu!"
Ada kilatan dingin yang melintas di
mata sang pemimpin itu. Dia tiba-tiba menyerang dan menampar Ken hingga
tubuhnya terhempas.
Sembari berteriak, Ken juga langsung
memuntahkan darah dan dipukul hingga setengah mati di tempat.
Emilia dan Tamara langsung ketakutan
karena mereka tahu telah bertemu dengan lawan yang kejam!
Tamara berusaha berteriak
sekeras-kerasnya. "Tolong, ada yang mau bunuh orang di sini. Tolong ada
pembunuh!"
Emilia masih tenang dan berteriak,
"Jangan lukai siapa pun. Aku akan ikut kalian."
Tamara menangis tersedu-sedu.
"Emilia, kamu nggak boleh pergi bersama mereka."
"Kalau kamu ikut mereka, apa
kamu masih bisa kembali hidup-hidup? Putriku, cepat telepon Edward dan minta
dia menyelamatkanmu!"
Pemimpin itu tersenyum dingin dan
berkata, "Jujur saja, orang yang meminta kami membawa pergi Nona Emilia
adalah Tuan Waldi, penguasa bawah tanah Hessen kami. 11
"Jadi, nggak ada gunanya kalian
menelepon siapa pun. Hanya ada satu cara untuk mempertahankan nyawa kalian.
Kalian harus minta Nathan datang ke Hessen dan berlutut di hadapan Tuan
Waldi."
Selesai berbicara, mereka pun membawa
Emilia pergi.
Tamara membeku di tempat. Dia merasa
kepalanya berdengung.
"Ken, Ken, kamu baik-baik saja?
Ibu akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga. Putraku yang malang!"
Sembari memeluk Ken, Tamara juga
meratap tiada henti.
Putranya yang malang dan menyedihkan
ini ditampar berkali-kali di hadapannya.
Ken berkata, "Bu, jangan
khawatirkan aku. Cepat hubungi kakak iparku. Orang yang membawa pergi kakakku
adalah Waldi, penguasa Hessen. Kita nggak boleh menyinggungnya."
Tamara berkata dengan cemas,
"Tapi orang itu bilang harus bawa Nathan baru bisa menyelamatkan Emilia.
Nggak ada gunanya kalau orang lain yang pergi."
"Apa kita bisa mengandalkan
pecundang itu untuk menyelamatkan kakakku? Kalau dia ke sana, aku rasa Waldi
pasti akan membuatnya takut setengah mati," ucap Ken dengan geram.
"Asal kakak iparku meminjam
kekuatan Keluarga Halim, dia pasti bisa menyelamatkan kakakku."
Tamara gemetar dan segera menelepon
Edward.
"Edward, Emilia dibawa pergi
oleh anak buahnya Waldi. Cepat pergi selamatkan dia!"
Putra sulung Keluarga Halim berkata
dengan suara gemetar, "Apa? Tuan Waldi membawa Emilia pergi. Kenapa?"
Tamara langsung menggeram.
"Entah apa yang terjadi pada Waldi? Dia membawa Emilia pergi begitu saja
dan memukul Ken sampai muntah darah."
Sembari berbicara, Tamara mulai menangis
tersedu-sedu. "Kudengar, Waldi dari Hessen itu pria cabul dan mesum.
Emilia begitu cantik. Kalau dia jatuh ke tangannya, apa dia bisa mempertahankan
kesuciannya?"
Di ujung telepon sana, wajah putra
sulung Keluarga Halim berubah muram.
No comments: