Bangkit dari Abu Kembalinya Nathan ~ Bab 150

Bab 150

 

Jakun Daren bergerak dengan liar. Dia langsung menjerit aneh dan menarik pakaian Emilia dengan kuat.

 

Seketika, sepotong besar rok Emilia robek, memperlihatkan dadanya yang seputih susu.

 

"Jangan! Lepaskan aku!"

 

Saat ini, Emilia sudah hampir pingsan dan mulai menangis sambil berteriak histeris.

 

Tindakan Daren barusan sudah hampir menghancurkan pertahanan dirinya.

 

Menyadari dirinya akan dipermalukan lagi, dia tidak bisa bertahan lagi.

 

Daren merasa tenggorokannya seperti terbakar. "

 

Teriaklah, teriaklah sekuatnya. Makin kamu berteriak, makin membangkitkan gairahku untuk bersenang-senang denganmu!"

 

Para preman Hessen yang sedang menonton, bahkan orang-orang tua seperti Bahir yang duduk di kursi utama, juga sangat tertarik dan berteriak dengan penuh semangat.

 

"Tuan Muda hebat. Ayo, tunjukkan keperkasaanmu."

 

"Mari kita perjelas dulu. Setelah Tuan Muda selesai bermain, giliran Tuan Waldi. Selanjutnya, giliran tiga master hebat. Setelah itu, baru giliranku...."

 

"Hari ini saudara-saudara Hessen kita akan bersenang-senang!"

 

Suara-suara di sekeliling Emilia kini terdengar seperti teriakan setan.

 

Emilia tidak bisa menahan diri lagi. Dia berlutut di lantai, menutupi kepalanya dan menangis tersedu-sedu.

 

"Nathan ... Nathan, kamu di mana? Huhu. Tolong selamatkan aku. Kumohon, aku membutuhkanmu...."

 

Emilia sendiri tidak menyadari bahwa di saat yang paling tidak berdaya ini, nama yang dia panggil bukanlah putra sulung Keluarga Halim, melainkan nama Nathan.

 

Napas Daren tampak memburu. Dia sudah terbakar nafsu dan bersiap menerkam Emilia.

 

"Di saat seperti ini, percuma saja kamu panggil nama orang lain. Patuhlah dan bersenang-senang padaku. Hahaha!"

 

Bahir yang berdiri di samping Waldi juga tengah menikmati adegan itu. "Meski aku sudah terlalu tua untuk menikmati pemandangan seperti itu, menyaksikan Tuan Muda bersenang-senang adalah pengalaman yang istimewa. Bagaimana menurutmu, Tuan Waldi?"

 

Waldi menyeringai cabul sambil memasang ekspresi nakal di wajahnya. Dia sama sekali tidak memiliki sikap seperti penguasa lokal.

 

"Bahir benar. Terkadang, menonton orang lain bermain lebih mengasyikkan daripada diri sendiri mengalaminya langsung. Bahir, silakan duduk dan saksikan putraku bermain."

 

Terdengar lagi tawa kotor di antara keduanya.

 

Orang-orang dari Hessen juga menjulurkan leher dan menjilati bibir mereka dengan penuh semangat.

 

Bum, bum!

 

Di tengah keributan itu.

 

Setelah dua kali bunyi dentuman keras, pria kekar yang menjaga gerbang itu terhempas masuk sambil menjerit dan tubuhnya langsung menabrak kerumunan orang-orang.

 

Kerumunan orang itu terkejut dan memandang dengan tatapan tidak percaya.

 

Mereka melihat dua orang penjaga gerbang itu memuntahkan darah segar. Mata kedua pengawal itu juga terbelalak. Sepertinya keduanya sudah mati dengan mata terbuka.

 

Buam!

 

Wajah para anak buah Hessen, begitu pula Waldi dan lainnya yang duduk di kursi utama, berubah drastis dalam sekejap.

 

"Siapa yang berani menerobos wilayah Hessen kami? Keluar!" teriak Waldi dengan marah. Dia menatap ke arah gerbang dengan mata berapi-api.

 

Tampak seorang pria bertubuh tinggi yang wajahnya memasang ekspresi dingin masuk.

 

Para anak buah Hessen, yang bersenjata parang, kapak, dan senjata lainnya, menyerbu ke depan sambil meraung dan memulai perkelahian.

 

Hasilnya!

 

Tinju pria itu bagaikan angin, langkahnya kuat, seakan memasuki tempat tak berpenghuni.

 

Buk, bak, buk.....

 

Krek, krek, krek, krek!

 

Bagaikan harimau yang sedang menyerbu mangsanya. Dalam beberapa tarikan napas, ratusan master terbaik Hessen menjerit, apalagi kepala mereka juga berlumuran darah dan tampak berguling ke tanah.

 

Argh! Argh! Argh!

 

Terdengar suara erangan di antara para anak buah Hessen yang tersisa.

 

Pria itu.

 

Punya kekuatan yang begitu dahsyat.

 

Serangannya juga luar biasa.

 

Dalam sekejap, sekelompok master terbaik Hessen yang tersisa tampak ditakutkan oleh aura pembunuh pria itu. Mereka sampai lupa untuk mengambil tindakan dan mundur dengan gemetar.

 

Waldi yang duduk di kursi utama, akhirnya bisa melihat jelas wajah pria yang datang itu.

 

"Nathan ... dasar bajingan! Tak kusangka, kamu punya nyali datang ke tempat berbahaya seperti wilayah Hessen kami ini!"

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Abu Kembalinya Nathan ~ Bab 150 Bangkit dari Abu Kembalinya Nathan ~ Bab 150 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 15, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.