Bab 177
Bibi Eva tiba-tiba bertanya,
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Aku sedang memikirkan seorang
pria," jawab Regina dengan sedih.
Bibi Eva berkata dengan penasaran,
"Nona muda dari Keluarga Suteja begitu menawan dan cantik. Aku penasaran
dengan pria yang dipikirkan Nona?"
Regina juga tidak menyembunyikannya.
"Namanya Nathan. Dia seorang dokter yang baik dan penampilannya juga
tampan."
"Sebelum bertemu dengannya, aku
sama sekali nggak tahu bahwa menyukai seseorang terkadang bisa begitu sulit dan
membuatku kesepian hingga ingin menangis."
Bibi Eva langsung menghentikannya.
"Jangan bicara lagi. Kamu nggak perlu ceritakan hal ini padaku."
Regina menatap Bibi Eva dengan aneh,
terutama wajahnya yang penuh bopeng. Gadis itu sepertinya menyadari sesuatu.
"Bibi Eva nggak pernah menyukai pria, 'kan? Salah, seharusnya nggak ada
pria yang menyukai Bibi Eva, 'kan?"
Raut wajah Bibi Eva berubah jelek,
seolah-olah Regina menabur garam pada luka dalam hatinya.
"Huh! Semua pria di dunia ini
adalah sekelompok orang bodoh. Hal-hal yang mereka sukai hanya membuatku merasa
jijik."
"Lantaran kamu sudah akan mati,
aku akan beri tahu kamu. Saat masih muda, aku juga bertemu dengan beberapa
pria, tapi pada akhirnya, mereka semua berselingkuh. Mereka hanya bermulut
manis, tapi nyatanya mereka mengkhianatiku. Aku langsung membunuh mereka! Kalau
pria bukan sampah, apa lagi namanya?"
Regina menatapnya dengan kasihan dan
menggelengkan kepalanya. "Bibi Eva, semua pria yang kamu temui memang
sampah."
"Tapi Dokter Nathan nggak
begitu. Meski hatinya sekarang masih tertambat pada wanita lain, aku masih
tetap menganggapnya sebagai pria yang sempurna."
Bibi Eva tampak marah dan perlahan
mendekatinya. " Aku paling nggak suka kalau ada orang yang memuji pria di
hadapanku, terutama gadis cantik sepertimu."
Regina mundur selangkah dan bertanya
secara defensif, " Apa yang ingin kamu lakukan?"
Bibi Eva memasang ekspresi garang.
"Apa lagi yang ingin aku lakukan? Aku ingin menghancurkan wajahmu dan
mengubahmu menjadi wanita jelek, lebih jelek dariku. Aku ingin tahu apa masih
ada pria yang menyukaimu?"
"Haha. Jangan khawatir. Aku
hanya akan menghancurkan wajahmu yang kecantikannya bahkan membuatku iri. Aku
nggak akan mengambil nyawamu. Lagi pula, aku sudah berjanji memberikan nyawamu
pada orang lain."
Regina berbalik dan mencoba melarikan
diri, tetapi Bibi Eva langsung melompat keluar dengan kecepatan tinggi dan
mencengkeram wajah Regina.
"Haha. Kamu nggak akan bisa
melarikan diri. Aku akan buat wajahmu jelek hingga nggak dikenali lagi!"
Mendengar suara tawa mengerikan di
samping telinganya, mata Regina dipenuhi dengan keputusasaan.
Penampilan selalu menjadi mahkota
paling berharga bagi seorang wanita.
Jika wajahnya hancur, Regina telah
memutuskan untuk bunuh diri saat itu juga.
"Dokter Nathan, selamat
tinggal."
Nona Regina memejamkan matanya. Ada
air mata yang jatuh dari sudut matanya.
Di saat-saat terakhir!
Buam!
Diikuti raungan yang dahsyat, mobil
Panamera meluncur keluar dari hutan lebat bagaikan seekor harimau yang keluar
dari kandang.
Wajah Bibi Eva berubah. Dia dengan
cepat memutar tubuhnya untuk menghindari serangan itu.
Mobil itu masih melaju dengan
kecepatan tinggi. Ada sosok yang menendang pintu hingga terbuka dan meluncur
keluar.
Diikuti benturan keras, Porsche yang
melaju kencang itu menabrak batu besar dan berhenti. Sepertinya mobil telah
rusak.
Namun, orang yang turun dari mobil
tidak peduli begitu banyak.
Dia hanya menatap Nona Regina yang
matanya tampak berkaca-kaca dengan ekspresi bersalah.
"Maaf, aku datang
terlambat!"
Nona Regina menatap pria yang
tiba-tiba muncul itu. Tak disangka, Nathan benar-benar datang.
Pria itu datang menyelamatkannya!
Air mata di pelupuk matanya tidak
bisa ditahan lagi dan keluar begitu saja.
"Nathan, kukira kamu nggak akan
datang. Kenapa kamu datang?"
No comments: