Bab 205
Namun, Edward hanya bisa menelan semua
penghinaan itu.
Dia sudah akan mengambil alih
Keluarga Halim. Jadi, di saat krusial seperti ini, dia tidak boleh melakukan
kesalahan apa pun.
Walau Julian, si bajingan ini, pantas
mati.
Namun, Sekte Pirata bukanlah
keberadaan yang bisa disinggung oleh Keluarga Halim dengan mudah. Apalagi,
mereka saat ini sedang mengalami masalah.
Liam maju ke depan dan bertindak
seolah pembawa damai. "Tuan Julian, Tuan Edward, kita semua termasuk
orang-orang yang punya status. Acara lelang akan segera dimulai. Lebih baik
lupakan saja. Ayo kita masuk ke dalam dulu."
Julian mengangkat dagunya dan berkata
dengan nada meremehkan, "Benar juga. Ayo kita ikut acara lelang
dulu."
"Tapi langit bisa membuktikan
cintaku pada Nona Emilia. Kalau nggak mendapatkan Nona Emilia, aku nggak akan
menyerah begitu saja. Tuan Edward, kamu tunggu saja. Ada baiknya kamu
memberikan Nona Emilia padaku!"
Lagi-lagi penghinaan yang begitu
arogan.
Orang-orang lainnya yang ada di
tempat kejadian menghela napas dalam hati. Perlu diketahui, Julian berasal dari
sekte di Bimala dan merupakan seorang master bela diri.
Dia bertindak semena-mena di Beluno
ini. Sepertinya tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkannya hari ini.
Tepat di saat ini!
Sebuah mobil G-Class melaju kencang
dan berhenti di depan pintu masuk gedung Grup Valentino.
Seorang pria tampan berpakaian jas
rapi keluar dari mobil. Dia mendorong Julian dan hampir membuat pria itu
terjatuh ke bawah.
"Tolong beri jalan. Jangan
menghalangi jalan!"
Langkah Julian tampak terhuyung.
Lantaran hampir terjatuh, dia langsung menggeram.
Dia berbalik dengan cepat. Wajahnya
tampak seperti hendak membunuh seseorang. "Siapa? Beraninya mendorongku?
Apa sudah bosan hidup?"
Kedua pelayannya mengerutkan kening
dan sudah bersiap untuk bertindak.
Namun saat melihat orang yang datang,
mereka langsung mundur dan berkata dengan ketakutan, "Kamu rupanya!"
Semua orang terkejut dan saling
memandang. Julian sudah begitu mendominasi, tetapi orang yang tiba-tiba muncul
ini bahkan lebih mendominasi.
Pria ini bahkan berani mengabaikan
Julian, generasi penerus sekte ini.
"Nathan."
Dalam sekejap, semua orang memandang
Nathan dengan berbagai ekspresi.
Ada yang terkejut, emosi, dan ada
juga yang tercengang.
Liam tersenyum sinis. "Nathan,
beraninya kamu menyerang Tuan Julian. Berlututlah dan tunggu dia membunuhmu.”
Lantaran tidak menemukan tempat untuk
melampiaskan emosinya, Edward pun berkata dengan nada dingin, " Nathan,
kamu sudah membuat masalah. Apa kamu nggak tahu siapa Tuan Julian? Beraninya
kamu menyentuhnya."
Nathan meliriknya dan berkata sambil
tersenyum, " Bukankah kamu baru saja dipermalukan habis-habisan?"
"Sekarang kamu malah menjilat
orang itu lagi. Edward, sebagai putra sulung Keluarga Halim, ternyata kamu itu
pecundang yang hanya bisa memohon belas kasihan."
Edward marah besar. "Jangan
sembarangan."
Akan tetapi, dia menyadari bahwa
orang-orang di sekitarnya telah memandanginya dengan jijik.
Bahkan Emilia yang ada di sampingnya
menggelengkan kepalanya karena kecewa dan berinisiatif untuk menjauh darinya.
"Emilia, aku...."
Edward ingin menjelaskan.
Emilia menoleh dan berkata dengan
nada dingin, " Jangan bicara lagi. Edward, ayahmu sakit parah dan sekarang
masih harus bekerja keras untuk Keluarga Halim. Sebagai penerus, aku harap kamu
nggak membuat Keluarga Halim dipermalukan."
Julian sangat marah saat ini.
"Beraninya gigolo dan pengecut sepertimu menghinaku. Aku rasa kamu sudah
bosan hidup."
Begitu tiba di Beluno, dia sudah
langsung ditampar oleh Nathan dan sangat marah.
"Tak kusangka, pecundang ini
akan sekali lagi mengabaikanku di hadapan begitu banyak orang kelas atas di
Beluno. Aku nggak akan menoleransinya lagi kali ini!”
No comments: