Bab 158
Saat ini, Edward langsung berteriak
dingin, "Nathan, aku memperlakukanmu sebagai saudara demi Emilia. Tapi aku
nggak sangka kamu akan membuat Emilia terluka parah seperti ini."
"Aku peringatkan kamu, jauhi
Emilia secepatnya. Kalau nggak, aku nggak sungkan-sungkan lagi."
Edward yang sekarang ini berlagak
seperti pria yang baik.
Seakan-akan demi Emilia, dia bahkan
rela mempertaruhkan nyawanya.
"Tuan Edward, kamu sudah berani
muncul sekarang? Saat Emilia mendapat masalah, kamu bahkan bersembunyi. Kamu
lebih parah daripada seorang pengecut," ucap Nathan sambil mencibir.
"Sekarang setelah aku
menyelamatkannya, kamu malah berani omong kosong di sini. Apa kamu nggak merasa
malu?"
Edward mendengus dingin. Dia kemudian
membela diri. " Siapa bilang aku nggak membantu Emilia saat dia mendapat
masalah?"
"Apa kamu kira Arjun dari Gluton
dan juga Tuan Bima, orang paling kaya di kota kita akan mengambil tindakan
tanpa alasan?"
Tamara menatap Nathan dan
mengejeknya, "Sekarang kamu nggak bisa membantah lagi, 'kan? Terus terang
saja, Edward-lah yang meminta Arjun dan Tuan Bima untuk membereskan
Waldi."
Nathan tersenyum. "Jadi, inilah
yang diceritakan Edward pada Keluarga Sebastian kalian? Atau Keluarga Sebastian
yang menebaknya sendiri?"
Tamara berkata dengan marah,
"Ini bukan urusanmu. Pokoknya, aku hanya ingin beri tahu kamu. Emilia bisa
kembali dengan selamat karena Edward. Jadi, jangan kira kamu ingin mengklaim
jasa di sini. Sebaiknya menyerah saja."
Nathan berkata dengan nada
meremehkan, "Aku sama sekali nggak tertarik untuk mengklaim jasa seperti
yang kamu bicarakan itu."
"Kalau kamu benar-benar nggak
percaya, tunggu saja sampai Emilia siuman dan dengar dari mulutnya
langsung."
"Emilia itu pacarku dan juga
satu-satunya wanita dalam hidupku. Memangnya apa lagi yang akan dia bicarakan?
Lagi pula, kami berdua adalah pasangan serasi dan juga cinta sejati yang sulit
ditemukan," ucap Edward dengan bangga.
Mendengar itu, Nathan sudah hampir
muntah. Putra sulung Keluarga Halim ini benar-benar pecundang.
Tiara berkata dengan ekspresi rumit,
"Kak Edward, aku dulu sangat menghormatimu dan mengagumimu sebagai tuan
muda nomor satu di Beluno. Aku kira kamu itu terpelajar, lembut, anggun, dan
punya sikap pria sejati."
"Tapi setelah dilihat sekarang,
aku merasa kamu juga bukan apa-apa."
Ada kebencian yang melintas di mata
Edward, tetapi dia tetap memasang tampang polos dan berkata, "Tiara,
kenapa kamu sama dengan Nathan dan menganggapku sebagai orang seperti
itu?"
"Apa aku pernah melakukan
kesalahan atau membuat hal yang mengecewakanmu?"
Tiara berkata dengan nada dingin,
"Kamu memang nggak bersalah padaku. Tapi kamu sendiri seharusnya tahu apa
yang sudah kamu lakukan."
"Jelas-jelas Nona Emilia diselamatkan
oleh Nathan. Apalagi, penyebab ketegangan dengan Hessen sebenarnya karena kamu
yang menghasut-hasuti Daren, 'kan?"
"Aku nggak mengerti apa yang
sedang kamu bicarakan," ucap Edward sambil tersenyum sinis.
"Sebaliknya, Tiara, sebagai
kakakmu, aku harus menasihatimu. Sebaiknya jauhi Nathan secepatnya. Kalau suatu
hari kamu terlibat, aku khawatir kamu bahkan akan berakhir celaka."
Tiara berkata dengan nada dingin,
"Kamu nggak perlu ikut campur dengan hubunganku dan Nathan."
Dia benar-benar sudah muak dengan
Edward, yang mana disebut-sebut sebagai tuan muda nomor satu Keluarga Halim di
Beluno ini.
Tatapan Edward berubah muram. Dia
tampak sangat marah.
Sekarang bahkan Tiara pun begitu
membela Nathan.
Sebelumnya ada Regina dan sekarang
malah Tiara.
Yang lebih parah lagi, kedua gadis
ini bukan hanya cantik, tetapi latar belakang keluarga mereka juga termasuk
kelas satu di Beluno.
Jika mereka semua mendukung Nathan,
bagaimana Keluarga Halim mereka bisa berkembang ke depannya?
Yang lebih menjengkelkan lagi, meski
Waldi telah mengumpulkan kekuatan yang begitu besar di Hessen, dia masih gagal
menyingkirkan Nathan.
Edward sangat geram. Nathan ini
benar-benar beruntung.
No comments: