Membakar Langit 2401 - 2500
http://lynk.id/novelterjemahan/wr7r39jvwkeg/checkout
Bab 71
Kuda nomor dua memimpin dan telah
melewati setengah lintasan balap, tanpa menunjukkan tanda-tanda mengurangi kecepatan.
Meski kuda nomor empat yang dipilih
oleh Nathan juga tidak kalah cepat, ia masih tertinggal setengah badan di
belakang.
"Nggak perlu ditonton lagi.
Pemenangnya sudah keluar!"
Edward menarik pandangannya dan
tersenyum pada Samuel.
Andre langsung berseru, "Pak
Samuel memimpin kita dan akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Dia telah
menunjukkan keberanian seorang pemimpin!"
Lantaran telah mengubah kekalahan
menjadi kemenangan, amarah di hati Samuel akhirnya mereda. Dia merasa sangat
gembira.
Dia menoleh ke arah Nathan dan
berkata sambil tersenyum, "Anak muda, apa pendapatmu tentang ronde
ini?"
Nathan menarik pandangannya dari
lapangan kompetisi. "Benar, pemenangnya sudah keluar!"
Samuel tertegun sejenak, lalu tertawa
terbahak-bahak." Dia mampu menerima kekalahannya. Anak ini mudah
diajar!"
Nathan menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Pak Samuel mungkin salah paham. Pemenang yang aku bilang barusan
itu aku. Sayangnya, kuda nomor dua yang dipilih Pak Samuel telah kalah!"
Sebelum Samuel sempat berbicara,
Andre telah berteriak, "Apa yang terjadi? Bagaimana kuda nomor empat bisa
secepat itu?"
Jantung Samuel berdebar kencang.
Seakan-akan merasakan firasat buruk, dia langsung melihat ke arah arena
pertandingan.
Tepat sebelum melewati garis finis,
kuda pacu nomor empat berhasil menyalip kuda nomor dua dan menjadi yang pertama
melintasi garis finis.
Dalam sekejap, senyum penuh percaya
diri di wajah Samuel langsung membeku.
Dia dikalahkan lagi!
Di kalangan kelas atas Beluno, Pak
Samuel dikenal sebagai yang terbaik dalam pacuan kuda.
Siapa sangka dia akan mengalami
kekalahan sebanyak tiga kali berturut-turut!
Tiara berkata dengan nada tidak
percaya, "Nomor dua benar-benar menang!" 1
"Nathan, bagaimana kamu melakukannya?"
Regina tertawa terbahak-bahak hingga
tubuhnya gemetar. Dia sama sekali tidak menghiraukan yang lain. Dia sudah
hampir meneteskan air mata bahagia.
"Dokter Nathan, kita telah
memenangkan tiga pertandingan berturut-turut. Aku telah menghitungnya sebelumnya.
Kali ini kita hampir mendapatkan 20 miliar. Kamu benar-benar luar biasa!"
Edward tidak bisa lagi mempertahankan
ketenangannya dan berteriak dengan marah, "Curang! Pasti dia curang!"
Namun, tidak ada seorang pun yang
menanggapi protesnya, karena orang di balik klub tersebut juga seorang bos
besar.
Lagi pula, Pak Samuel sudah lama
bermain di sini. Mustahil klub berani menyinggung wali kota hanya karena satu
pertandingan.
"Edward, meski kalah, kita masih
bisa menerima kekalahan. Duduklah. Ini bukan kecurangan!"
Samuel tersenyum pahit dan bergegas
meminta Edward untuk duduk.
Sembari menyeka keringat dingin di
dahinya, dia menatap Nathan dengan ekspresi tidak berdaya. "Anak muda,
kamu hanyalah seorang dokter kecil di Rumah Sakit Perdana. Apa kamu juga pernah
belajar tentang pacuan kuda?"
Nathan menjawab, "Nggak pernah
sama sekali!"
Senyuman Samuel makin tidak berdaya.
"Seorang dokter kecil sepertimu nggak belajar pacuan kuda, tapi kamu bisa
memenangkan tiga pertandingan berturut-turut?"
"Bahkan, aku pun kalah darimu.
Apa ini kehendak Langit?"
Andre berteriak dengan marah,
"Pak Samuel, ini bukan kehendak Langit! Anak ini hanya beruntung!"
Samuel mendengus dingin.
"Diamlah! Ini hanya keberuntungan atau dia memang pintar menilai, aku bisa
menentukannya sendiri."
Lantaran tidak berhasil menyanjung
Pak Samuel, Andre pun kembali terdiam.
"Dokter Nathan, aku benar-benar
nggak mengerti mengapa aku bisa kalah. Bisakah kamu menjelaskan ketiga ronde
ini kepadaku?"
Samuel dengan rendah hati meminta
nasihat dari Nathan.
Adegan ini membuat Tiara, Emilia, dan
bahkan Regina tercengang.
Pak Samuel malah merendahkan dirinya
untuk meminta nasihat dari Nathan.
Orang-orang di sekitar juga terkejut.
Siapa pemuda ini sebenarnya? Bisa-bisanya dia membuat wali kota merendahkan
statusnya seperti itu?
No comments: