Bab 21
Namun setelah melihat sekeliling, dia
tidak menemukan jejak Nathan.
"Karena kamu begitu pengecut dan
masalah ini nggak ada hubungannya denganmu, aku akan melepaskanmu."
Dia langsung menendang Daniel ke
samping. Kemudian, pria botak itu menatap Emilia.
"Nona Emilia, Kak Arjun kami
sangat menyukai sebidang tanah itu. Sekarang, ikutlah dengan kami untuk
menandatangani perjanjian pengalihan."
Daniel merangkak ke samping, lalu
tersenyum pahit. " Saudaraku, terima kasih untuk kemurahan hatimu. Terima
kasih Bos Arjun sudah mengampuni nyawaku."
Dia diam-diam mengumpat dalam
hatinya, 'Sial sekali. Kenapa bisa bertemu dengan sekelompok orang ini?'
Di empat wilayah besar di Beluno
terdapat empat penguasa lokal yang hebat.
Kak Arjun yang mereka sebut barusan
memiliki nama lengkap Arjun Praditya. Dia adalah penguasa lokal di Glutori,
dengan ratusan anak buah di bawah komandonya.
Keluarga Liman benar-benar tidak
layak disebut di hadapan orang berkuasa seperti itu.
Tamara ingin meminta bantuan saat
ini. "Tuan Daniel, mereka ingin membawa Emilia pergi. Tolong bantu aku
memikirkan solusinya."
Ken juga ikut berjuang dan memohon,
"Kak Daniel, aku tahu kamu pasti punya cara. Bukankah kamu putra sulung
dari Keluarga Liman? Aku yakin kamu pasti punya beberapa koneksi, 'kan?"
Wajah Daniel berubah muram.
"Siapa bilang aku punya cara? Apa pun yang disukai oleh Kak Arjun, aku
sarankan sebaiknya kalian serahkan saja."
Tamara memalingkan wajahnya dan
berteriak, "Daniel, apa kamu masih punya hati nurani? Biasanya kamu
bertingkah seolah-olah kamu hebat. Tak kusangka, ternyata kamu seorang
pecundang."
Karena tadi dipukuli secara
habis-habisan, Daniel merasa dirinya sudah dipermalukan.
Apalagi, dia dimarahi lagi sekarang.
Wajahnya langsung berubah garang.
"Tamara, kamu benar-benar bodoh.
Kamu pantas mendapatkannya. Seluruh keluargamu pantas menerima akhir seperti
ini."
"Kamu kira aku mendekati
Keluarga Sebastian karena ingin mendapatkan hati kalian? Terus terang saja,
kalau bukan karena ingin meniduri Emilia, aku nggak mungkin akan melayani
sepasang ibu dan anak bodoh seperti kalian."
"Karpu, kamu...."
Saking emosinya, Tarmara bahkan
hampir pingsan.
Ken langsung meraung. "Daniel,
kamu benar-benar berengsek!"
Daniel mendengus dingin. "Kalian
boleh mengumpatku sesuka hati. Sekarang aku mau lihat bagaimana kalian
melindungi Emilia. Kalau sempat jatuh ke tangan Kak Arjun, dia pasti akan
celaka."
"Nona Emilia, ayolah. Kami semua
nggak tahu cara bersikap lembut terhadap wanita."
Pria botak itu mendesak dengan tidak
sabar.
Emilia menyembunyikan kepanikannya
dalam hati dan berkata dengan dingin, "Aku nggak akan ikut bersama kalian.
Aku juga nggak akan menyerahkan tanah itu."
Pria botak tertawa dan mengulurkan
tangannya untuk mencubit dagu Emilia. "Aku suka wanita yang suka melawan
sepertimu. Haha. Aku akan membawamu kembali dan menunggu Kak Arjun selesai
bermain. Setelah itu, barulah aku dan rekan-rekanku bergiliran bermain
denganmu."
"Nggak tahu malu!"
Karena marah dan merasa dipermalukan,
Emilia tidak berpikir panjang lagi. Gadis itu mengangkat tangannya dan langsung
menampar wajah pria botak itu.
Tindakan itu tentu mengejutkan semua
orang.
Daniel tampak menggigil dan berkata,
"Gawat. Gadis busuk itu berani memukul orangnya Kak Arjun. Dia pasti akan
mati. Nggak ada seorang pun yang bisa menyelamatkannya."
Tamara maju ke depan dan memohon
ampun dengan pria botak. "Kak, aku akan memberimu uang, bisakah kamu
melepaskan putriku? Kamu boleh menangkapku. Aku akan melakukan apa pun yang
kamu inginkan!"
"Sialan! Siapa yang mau
menyentuh wanita tua sepertimu! Minggir sana!"
Tamparan dari pria botak itu seketika
membuat Tamara terhempas.
Pria botak menatap Emilia dengan mata
berapi-api.
"Dasar murahan! Nggak tahu malu.
Karena kamu nggak tahu diuntung, jangan salahkan aku kejam dan nggak
berperasaan."
Emilia mundur selangkah. Wajahnya
memucat. "Kalian benar-benar keterlaluan. Aku sudah lapor polisi."
Pria botak tersenyum jahat.
"Saat polisi datang nanti, saudara-saudaraku sudah menikmati tubuh
indahmu. Dasar jalang nggak tahu berterima kasih."
Sebuah tamparan langsung dilayangkan
ke wajah Emilia.
Banyak orang yang tidak tega melihat
adegan itu dan buru-buru memalingkan muka.
Gawat! CEO cantik ini kemungkinan
besar akan menjadi mainan gangster-gangster ini.
No comments: