Bab 170
Tiara langsung memarahinya.
"Edward, cepat lepaskan wakil kepala rumah sakit kami."
"Kamu buta dan menyeret Keluarga
Sebastian ke dalam perapian bersamamu. Apa hubungannya dengan Nathan? Kalau
kamu punya nyali, sana luapkan amarahmu pada Keluarga Sebastian. Apa kamu
berani?"
Edward menggertakkan giginya dan
bertanya, "Jangan kira aku nggak tahu. Kamu beruntung bisa menikmati
dividen dari proyek Analin pasti karena kamu sudah menggunakan taktik murahan,
'kan?"
Nathan berkata dengan kagum,
"Tuan Edward benar-benar hebat. Kami memang menggunakan beberapa trik
untuk menghasilkan banyak uang."
Edward meraung. "Kamu hanyalah
dokter kecil yang nggak berdaya. Katakan padaku, dari mana kamu mendapatkan
informasi wilayah yang akan dikembangkan berada di Analin?"
Nathan tersenyum dan berkata,
"Dari mana lagi? Tentu saja aku tahu berita itu dari bertanya-tanya di
jalan. Tuan Edward, apa kamu nggak tahu? Kalau begitu, kamu benar-benar
ketinggalan berita!"
"Kamu bercanda, 'kan? Nathan,
kamu ingin mati?"
Edward meraung. Dia tahu Nathan
sedang mempermainkannya.
Dia mengangkat tinjunya ke wajah
Nathan, seolah-olah ingin memukulnya.
Tiara berkata dengan marah,
"Edward, kalau kamu berani menyentuh wakil kepala kami, jangan harap kamu
bisa keluar dari Rumah Sakit Perdana."
Edward mencibir. "Tiara,
statusnya sekarang juga sudah turun karena kamu membela pengecut ini."
"Huh. Sekalipun Keluarga Wijaya
kalian memihaknya, menghadapi bocah ini juga bukan masalah sulit bagiku."
Saat ini.
Emilia tidak tahan lagi dan
berteriak, "Hentikan. Edward, lepaskan Nathan. Sebagai tuan muda paling
berkuasa di Beluno, apa kamu nggak hal ini sangat memalukan?"
Dia tidak menyangka putra sulung
Keluarga Halim yang selalu berkelas ini ternyata punya sisi seperti itu.
Wajah Edward berubah jelek. Dia
mendorong Nathan dan berkata dengan dingin, "Nathan, sebaiknya kamu
berhati -hati."
"Sekalipun aku melakukan
kesalahan kali ini dan kehilangan uang, lantas kenapa? Keluarga Halim kami kaya
dan berkuasa. Bukankah hanya beberapa ratus miliar saja? Aku masih bisa
mendapatkannya dengan mudah."
Nathan berkata sambil tersenyum
nakal, "Tuan Edward sangat kaya dan sepertinya nggak kekurangan uang.
Lantas, mengapa terlihat seperti aset seluruh keluarganya telah terkuras
habis?"
"Ckck. Tuan Edward, kamu sudah
terlilit banyak utang. Tapi nggak masalah. Meski banyak utang, juga nggak akan
membebanimu."
Kemarahan dan kebencian yang baru
saja ditekan Edward kembali melonjak. "Dasar pengecut. Aku mau kamu
mati!"
Dia meraung dan meninju wajah Nathan.
Tiara berteriak kaget, "Nathan,
hati-hati!"
Nathan mendengus dingin dan menendang
keluar.
Diiringi suara keras, dada Edward
langsung ditendang. Dia mengerang kesakitan dan terlempar ke belakang.
Dia jatuh terduduk ke tanah. Kacamata
di hidungnya pun terlepas. Dia tampak sangat malu.
"Bajingan! Beraninya kamu
menyentuhku. Aku ini tuan muda paling berkuasa di Beluno dan juga pewaris
Keluarga Halim. Kamu cari mati."
Kacamatanya bengkok dan menggantung
di pangkal hidung.
Wajah Edward berubah muram. Dia
bangkit dan langsung berteriak keras.
Ekspresi Nathan berubah dingin. Dia
maju dua langkah.
Kemudian, melayangkan dua tamparan di
wajah Edward.
"Jangankan kamu pria munafik
yang terlihat baik di luar, tapi sebenarnya busuk di dalam, bahkan Keluarga
Halim kalian hanyalah sampah di mataku."
Tatapan mata Nathan tampak dingin.
Dia menampar putra sulung Keluarga Halim hingga sudut mulutnya berdarah.
Kondisi Edward sekarang sangat menyedihkan.
Tiara sangat terkejut. Dia tidak
menyangka Nathan akan begitu kuat.
Meski Edward bukanlah seorang
kultivator, kekuatan Keluarga Halim sangat nyata.
Kekuatan Edward memang tidak terlalu
tinggi, tetapi juga tidak terlalu buruk.
Dia mempelajari seni bela diri sejak
kecil dan merupakan tuan muda terkenal dari keluarga terkemuka di Beluno. Dia
sangat berbakat dalam sastra maupun seni bela diri.
No comments: