Bab 209
Regina bertanya sambil memiringkan
kepalanya. Leher rampingnya tampak sangat putih dan halus di bawah cahaya
redup.
Nathan tersenyum dan berkata,
"Ya, ada barang yang aku inginkan."
"Nathan, apa itu ramuan
legendaris?" tanya Tiara.
Nathan juga tidak ingin menyembunyikannya.
"Benar, Teratai Sanoya."
Tiara mengangguk. "Teratai
Sanoya merupakan ramuan legendaris bermutu tinggi dan disukai oleh para ahli
medis serta sejumlah kolektor cerdas."
"Tapi Beluno nggak seperti
kota-kota besar serupa Peldu dan Mavodi, yang mungkin ada banyak orang yang
tertarik pada Teratai Sanoya. Seharusnya kamu nggak sulit untuk
mendapatkannya."
Begitu selesai berbicara, wanita
cantik berpakaian tradisional di atas panggung langsung menarik kain merah dan
memperlihatkan Teratai Sanoya.
"Tamu yang terhormat, barang
lelang malam ini agak istimewa."
"Bukan permata yang nggak
ternilai, juga bukan sebuah mahakarya. Ini adalah obat ajaib yang telah
diidentifikasi secara profesional dan berusia setidaknya 500 tahun."
"Bisa dibilang sangat langka di
dunia. Kalau ada VIP yang suka dan butuh, jangan sampai terlewatkan."
Wanita cantik berpakaian tradisional
menawarkan produknya dengan ramah. Dia juga tak lupa memaksakan senyum sempurna
di wajahnya.
Sayangnya, respons yang diterima
tampak biasa-biasa saja.
Jelas sekali, para pemodal yang hadir
di sini tidak tahu banyak tentang pengobatan atau mereka juga tidak
membutuhkannya.
"Jangan buang-buang waktu lagi.
Ramuan legendaris apa rupanya? Bukankah hanya tanaman kering saja? Apa bisa
dibandingkan dengan energi kehidupan yang ada dalam tanduk rusa?"
"Benar sekali. Cepat keluarkan
barang bagus lainnya. Sekarang sudah zaman modern, siapa lagi yang butuh ramuan
seperti itu? Memangnya ada yang berlatih bela diri untuk mencapai
keabadian?"
"Alih-alih menghabiskan waktu
semua orang untuk memperkenalkan ramuan nggak berguna ini, lebih baik kamu
angkat sedikit rokmu agar semua orang bisa melihatnya."
Beberapa tuan muda kaya yang tidak
sabar mulai menggoda wanita cantik berpakaian tradisional yang berdiri di atas
panggung.
Hal ini seketika membuat banyak
hadirin yang tertawa terbahak-bahak. Jelas sekali, mereka semua juga ingin
melihat lekuk indah tubuh wanita cantik yang tersembunyi dalam balutan pakaian
tradisionalnya.
Tiara langsung memaki. "Dasar
bajingan!"
Regina malah tertarik dan menatap
Nathan dengan pandangan menggoda. "Dokter Nathan, apa kamu juga ingin
melihat seperti apa pemandangan yang ada di balik pakaian tradisional gadis
cantik itu?"
Nathan tertegun. "Ehem. Aku
nggak memikirkan hal ini."
Regina mencondongkan tubuhnya.
Napasnya begitu dekat. Dia terkekeh dan berkata, "Dokter Nathan, jangan
malu-malu. Kalau kamu ingin melihatnya, aku juga bisa mengenakan pakaian
tradisional lain kali agar kamu bisa menikmati sepuasnya.”
"Aku jamin milikku jauh lebih
indah dibandingkan dengan gadis itu."
Tatapan Regina yang memesona itu dan
aroma samar dari tubuhnya hampir membuat Nathan tidak mampu mengendalikan diri.
Gadis ini makin berani menggodanya
akhir-akhir ini.
Pipi Tiara memerah. Dia menyaksikan adegan
itu dari samping sambil menggertakkan giginya.
Saat tatapannya bertemu dengan
Nathan, dia buru-buru memalingkan mukanya. Dari ekspresinya, gadis itu
kelihatan kesal.
Regina menutup mulutnya dan tertawa,
"Dokter Nathan, kamu lihat. Sepertinya Tiara cemburu."
"Bagaimana kalau kita
mengajaknya bergabung agar kita bertiga bisa bermain bersama?"
Sebelum Nathan sempat berbicara,
Tiara sudah menjauhkan diri dari mereka berdua seolah-olah dirinya terbakar
oleh api. Dia kemudian berkata dengan nada meremehkan, "Aku nggak
tertarik. Dasar pasangan hina.
Menghadapi godaan seperti itu, gadis
cantik berpakaian tradisional di atas panggung tampak tersipu malu.
Ekspresinya yang malu-malu membuat
banyak tuan muda kaya yang berteriak histeris dan ribut. Mereka merasa
seakan-akan ditantang oleh gadis cantik itu.
Beberapa bos yang lebih tua dan juga
kepala keluarga kecil juga merasa tergoda.
Nathan diam-diam menganggukkan
kepalanya. Pembawa acara ini cukup pintar juga.
Suasana yang awalnya sempat dingin
karena kemunculan Teratai Sanoya, kini langsung berubah hidup karenanya.
Asalkan tahu bagaimana
mengekspresikan kecantikan seorang gadis, terkadang kehebatannya bahkan bisa
setajam pisau.
No comments: